Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Summary (44)

"Aku tidak punya jawaban, bagaimana aku melakukan dan mengapa aku lakukan. Jika suatu hari masalah ini selesai akan aku katakan segalanya."

(Author **** POV)

Dia buka dengan perlahan kamar tidak di kunci itu, suasana kamar di sini berbeda sekali dengan miliknya. Ruangan yang di gunakan sang adik cukup rapi dengan beberapa file tertata rapi disana, sangat berbeda dengan kamarnya yang berantakan akan botol minuman keras disembunyikan nya. Dia tidak mabuk hanya saja kasar alkohol dia teguk masih meninggalkan jejak bau di mulutnya.

Tatapan mengitari seluruh ruangan dia habis membasahi wajahnya berharap jika kewarasannya kembali pulang dalam tubuhnya. Andai kata dia bisa mengatur fungsi dunia, ia ingin membalikkan waktu dimana semua ini berawal. "Aku tidak akan terkejut." Dengan gampangnya dia melempar salah satu poster kesayangan sang adik di atas meja dengan asal. Dia memang malas merapihkan sesuatu tapi tak akan merusak barang orang lain. Salah satu barang kesukaan adiknya adalah gitar buatan tahun 2006 yang dia belikan saat Chanyeol memenangkan kontes pekan olahraga.

Tapi seperti benda itu sudah lama tidak di pakai hingga dia tahu bahwa senar pada gitarnya putus. Dia sengaja tidak menggantinya atau memang membiarkannya begitu saja. Logikanya Suho akan menduga bahwa adiknya tak akan sempat karena dia sudah menjadi mahasiswa. "Kapan aku bisa merapikan kamar seperti ini, ah tidak mungkin aku juga tidak berminat." Seperti orang bodoh bicara pada diri sendiri. Suho mengulas senyum miring dengan menatap salah satu foto disana.

Foto yang ada dirinya, Chanyeol dan juga Sehun yang masih merah dan dalam gendongan keduanya. Bukan hanya itu saja foto itu diambil cukup lama, sederhana dia tidak akan lupa. Begitu juga banyak sekali foto antara Chanyeol dengan Sehun. Tanpa ada dirinya hal itu bisa dimaklumi, beruntung Suho bukan orang yang mudah sakit hati. Merasa tak peduli ada atau tidak adanya gambar di antara mereka. Tapi yang membuat Suho terdiam adalah ketika dia melihat salah satu benda yang berada di sana. Tak berdenyut tapi tersimpan rapi di sana, itu hadiah yang dia berikan untuk Chanyeol dan Sehun ketika tahun baru.

Muak!

Mendadak dia muak dengan hal ini, bagaimana bisa dia kehilangan akal selama beberapa tahun. Menghadapinya sendiri sampai kedua telapak tangannya menyentuh kaca lemari disana. "Aku kira sudah tidak ada, oh sial kenapa harus aku yang melakukannya tapi jika tidak siapa lagi. Aku tidak ingin membuat hancur, lebih baik aku makan dari pada di makan." Bukan keinginan dan bukan kesalahannya juga, hanya rahasia kecil sebagian hidup tak bisa dia ungkapkan. Alasan dia datang kesini pun dia tidak tahu, hanya saja sudah sangat lama dia tidak memasuki kamar adiknya. Hanya sesekali melihat di malam hari sekedar mengecek.

"Park Sehun..." Gumamnya sembari melihat hasil rajutan tangannya, dia membuat syal dan ternyata yang menyimpan semua hadiah itu adalah Chanyeol. Suho tahu kalau bungsu memang ceroboh. Sadar atau tidak ada sunggingan senyum tipis di sana. Apakah itu senyum kejam atau senyum punya maksut lain, entahlah tidak ada yang tahu karena dia menyimpan semuanya dalam diam. Dia melihat lengan kanannya terluka ketika kemeja panjangnya dia angkat sengaja. Perban membelitnya kencang dan siapapun tidak tahu, ini adalah bukti bahwa dia menyakiti dirinya sendiri.

"Semua ada di sini tapi kenapa aku tidak terlalu ingat kapan aku berikan, Chanyeol memang... Oh astaga." Dia bicara sendiri lagi, wajah sumringah membuat dia semakin tampan. Apakah ini adalah sisi malaikat dia miliki jika biasanya dia hidup dengan sisi iblis nya.

Penebus dosa dan pelampiasan rasa sakit. Meringis tanpa kejelasan dan semua itu berawal saat semua kesedihan dan masalah nampak dalam pandangan nya. Pandangan buram di masa lalu dan sekarang kenapa malah semakin parah, hingga pada akhirnya semua ini menjadi lebih jelas. Mendadak hatinya benci sebuah fatamorgana.

"Apa yang kau lakukan di sini." Ibunya heran ketika melihat anaknya di dalam kamar Chanyeol, dia heran karena tidak bisanya si sulung begini. Tapi ketika pandangan sang ibu menatap pergelangan kanan anaknya, dia langsung berseru.

"Apa yang terjadi dengan tanganmu Suho?" Ibunya ingin melihat tangan itu tapi langsung di tepis sang anak cepat. Dia tak membalas hanya gelengan kepala dengan wajah tak moodnya seakan menjawab semua. "Aku hanya salah masuk." Mencoba mengelak dengan ucapan singkat tetapi sang ibu menahan tangan satunya untuk diam. Keduanya menolah dimana satu sama lain saling berpandangan tentu saja dengan sang ibu yang seakan meminta dalam maksut tertentu.

"Katakan padaku apa yang kau lakukan dan apa yang terjadi, apakah kau melakukan hal tidak kami tahu."

"Ini bukan urusan eomma."

"PARK SUHO! KENAPA KAU TIDAK MENDENGARKAN KU!" siapa bilang jika ibunya tidak akan kesal dia cukup keras agar anaknya mau mendengarkannya. Tapi seakan dia enggan mengatakannya membuat gelengan kepala ketidakberdayaan muncul. Jika saja bibir ini mampu bergerak untuk mengatakannya dia akan katakan, dan jika saja dia tidak melakukannya maka bahaya mengancam. Mana yang akan dia pilih seakan semua memiliki jalan buntu bahkan ibunya kalah dalam perdebatan ini.

"Lepaskan aku eomma, ada hal penting yang harus aku lakukan." Tangan kiri itu bergerak untuk melepaskan tangan sang eomma menahannya, tapi semua itu tak ada guna. "Hal penting apa sehingga kau tidak katakan apapun. Apa kau menyembunyikan sesuatu dan ini--" gerakan begitu cepat menunjukkan lilitan perban di lengannya. Sang ibu marah tapi sedih juga di dalam dirinya. Tapi dia juga melihat bahwa di tangan kiri anaknya seperti ada bekas.

Permukaan kulit kasar seperti bekas sayatan dari benda tajam seperti cutter atau silet.

Self injured. Ibunya menatap tak percaya hingga kedua bola mata itu pecah dengan berkaca. Pedoman bahwa dia akan menjadi ibu yang berhasil itu hancur mendadak. Ini bukan kesalahan tapi tragedi, kenapa bisa dia tidak tahu hal apapun bahkan anaknya seakan mengalami masalah dalam dirinya.

"Kenapa ini bisa terjadi apa kau menyakiti dirimu, katakan pada eomma kenapa bisa." Dengan tenaga sedikit lemas sang ibu mengguncang kedua pundak putranya, dia tak bisa menahan derai air mata. Ibu macam apa dia hingga hal seperti ini terjadi. Jika suaminya tahu mungkin pria itu akan menyidang anaknya dengan keras. "Eomma tidak tahu apapun ini hanya luka biasa, jangan ikuti aku eomma." Berulang kali Suho menolak berulang kali juga ibunya mencoba kekeh. Dia harus tahu karena bagaimana pun anaknya tetap anaknya.

"Tidak katakan dulu padaku, kenapa kau sakiti lenganmu katakan padaku Suho." Ibunya menangis lagi dia juga mencoba memeluk anaknya akan tetapi, rasa nyeri kian menusuk ketika. "Jangan sentuh aku, aku tidak butuh eomma." Hidupnya sudah di cap buruk sekarang, dia mengatakan hal itu dengan gamblang dan nyata. Remuk hati seorang ibu mendengarkan tak ada rintihan atau tangisan. Hanya ada diam dalam otak terus berputar dengan mengatakan di benaknya mengapa.... Mengapa...

"Suho.."

Wajah sang anak nampak acuh dia juga melangkah dengan cepat untuk turun, sudah tak ada gunanya dia mampir ke sini. Dia diam tapi wajahnya judes dan sikap sang anak seperti inilah membuat kedua orang tuanya tuanya ingin taubat nasuha rasanya. "Kenapa kau katakan padaku nak, kenapa kau tidak butuh eomma. Apa salah eomma dan apa salah keluarga ini padamu." Dengan suara lutut jatuh dengan lantai kayu yang bergetar di sekitarnya. Pandangan kosong dengan kelopak sembab, dia bukan wanita yang membuat kesalahan tapi...

Mendengar hal itu membuat sang anak diam tepat di bawah tangga ketika kakinya sudah saling sejajar. Suho memiliki pandangan kosong dan mencoba melirik ke belakang. Akankah dia melihatnya? Tidak... Dia tidak mau mengubah susunan awal hubungannya. Hanya dalam satu tarikan nafas pun dia mengatakan nya tanpa mengulang.

"Entah tapi aku muak, bahkan aku ingin pergi jauh dari kalian."

Sebuah kehancuran, ucapan sang anak kini membuat beban ibunya. Semakin merasa gagal dan gagal dengan derap kaki pergi keluar dari pintu di sana. Suho anaknya... Benar-benar membenci keluarganya. Perasaan gagal dengan hatinya hancur berkeping. Suara tangis pecah suara itu juga di dengar olehnya, setiap langkah derap kaki seperti membawa kabar. Kabar bahwa wanita yang sudah melahirkannya menangis tersedu, ketika angin membawa pesan pada kedua telinga nya kenyataannya dia juga sama-sama remuk.

"Maaf..."

Satu kata kecil tak terdengar dengan ucapan dan tatapan menyesal sayang sekali dia tak menoleh hanya karena jiwa tak sanggup dan misi di lanjutkan. Sebenarnya dia ada dimana di sisi seorang malaikat atau setan, terkadang semua orang sudah anggap dia sebagai manusia setan biadab.

.

Kai sudah lelah nafasnya sudah terengah pandangannya memutar dan mengabur, dia menarik nafas dalam dan cepat seakan keringat begitu banyak mengucur dari tubuhnya. Musim panas membawa berkah untuk kesehatan sekaligus membakar kalori, sedikit berharap bahwa Tuhan memberikan mendung untuk hujan. Bermain air di luar sepertinya seru juga, lebih seru ketimbang harus meminum es jeruk buatan pemilik rumah.

Sementara Sehun dia masih serius bermain trampoling dengan girang, tawa kecil dengan teriakan kesenangan bahkan dia melambaikan tangan pada siapapun yang lewat disana dan di balas oleh mereka. "Sehun sudah cukup aku rasa aku sangat lelah hhh..." Dia bangun dengan tubuh lemas dan melihat Sehun seperti tidak kehabisan tenaga.
Jiwa bocah bersemayam dalam tubuh orang dewasa, ilmu dewa luar biasa. Hanya bisa menggelengkan kepala dan mengelus dada sembari berucap Tuhan bantu hamba.

"Tapi aku tidak lelah Hyung, aku masih ingin main." Ucapan diantara rengekan dua atensi itu masih berbinar, merasa dia kalah dalam argumen membuat seseorang yang lelah itu semakin lelah batinnya dan menepuk jidat. "Kalau begitu temani aku istirahat apa kau mau membunuhku dengan tulang sakit seluruh badan, jangan buat aku menarik mu atau mengempeskan trampolin ya." Ancamnya secara kecil, dia memang akan memaksa jika ini menyangkut waktu istirahat. Hanya saja Sehun malah terpekik girang karena dia sudah biasa dihadapkan makhluk seperti itu.

"Mana bisa kau akan melakukan itu sementara aku kesayangan Chan Hyung, kalau kau lakukan itu nanti Chan Hyung marah." Begitu percaya dirinya dia mengatakan hal itu. Bertopang dagu pada dua tangan dan membuat wajah manis seakan dia imut, dia memang imut tapi dalam sudut pandang sebagai seorang pria dewasa.

"Aissshhh... Kau dan kakakmu sama saja. Baiklah aku tidak akan lakukan tapi kau juga harus istirahat, ingat nanti kau juga kena marah oleh dokter itu. Apa kau lupa kalau kau juga harus makan."

Sehun menghentikan aksi melompatinya dia juga mengedipkan mata beberapa kali ke arah Kai. Hingga membuat namja itu mengangkat sebelah alisnya bingung. "Ada apa?" dia menggerakkan kedua lututnya untuk mendekat ke arah namja muda itu dan menjentikkan jarinya di depan Sehun, hingga ia sadar. "Eh, aku lupa kalau Suho Hyung ulang tahun." Ucap Sehun dengan wajah polosnya, hanya saja dia menampilkan raut sedihnya.

Sepertinya dalam satu rumah hanya dia saja yang ingat ulang tahun kakaknya, bahkan dia akan selalu semangat mencari kado atau antusias memberitahu orang tua dan kakaknya untuk membuat pesta. Tapi selama mereka melakukannya, Suho tak pernah pulang dan seakan melupakan ulang tahunnya sendiri. Hingga beberapa tahun selanjutnya mereka tidak melakukan acara perayaan untuk nya.

"Lalu apakah dia peduli? Bahkan dia sangat acuh padamu. Chanyeol juga tidak ingat atau mungkin sengaja lupa, kalau kau katakan ucapan ulang tahun pada kakakmu itu dia pasti akan membentak mu." Nasihat ini diharapkan bisa mengubah niat Sehun untuk menghindari nasib dimana dia akan kena pelampiasan. Siapa yang tega jika harus melihat seseorang yang baik malah kena bentak biasanya hanya orang tak punya perikemanusiaan. "Aku tahu hanya saja ini tidak adil, Suho Hyung kan juga kakakku. Aku ingin sekali dia menerima hadiahku." Sehun memainkan dua jemarinya dia mengatakan dengan nada lirih dan takut tapi dia juga tersenyum jika membayangkan keduanya akrab dan bisa berbagi kesenangan bersama.

Fantasi indah antara kakak beradik. Sehun selalu yakin kalau Suho tidak akan pernah menyakitinya, dia masih ingat ketika terjebak di kamar mandi pun. Kakaknya yang mendobrak tapi dia juga kasihan karena sang ayah langsung marah padanya. Sayangnya dia tidak langsung bercerita hingga dia melihat tamparan keras mengenai pipinya. Sehun mengakui secara jujur kalau dia memang penakut, andai saja dia bisa mengatakannya mungkin dia tidak akan semakin di benci.

Ya, bencinya sang kakak disebabkan karena dia berbeda dengan lainnya. Menjawab pertanyaan Kai selanjutnya dengan perlahan dia merogoh di dalam tasnya. Menemukan sebungkus kado dengan pita yang di susun cantik dari toko.
"Ini aku dapatkan dari pusat kota saat ada wahana permainan, mungkin ini bukan berharga tapi Hunie mendapatkan nya saat menang permainan. Saat itu aku membayangkan kalau wajah Suho Hyung akan senang jika aku kasih ini, eh... Ternyata berhasil makanya aku ingin dia menerimanya."

Manis...

Hal yang dianggap pertama kali dalam benak Kai adalah itu, rasa peduli Sehun tidak terbatas. Bagaikan sebuah fakta bahwa dia kurang tapi tak mati rasa. Lalu bagaimana dan kapan orang itu akan sadar kadang Kai gemas sendiri jika harus melihat tingkahnya. Ucapannya awalnya menggantung tapi dia tidak bisa membuat Sehun menunggu ucapannya.

"Kau sangat baik, kenapa kau tidak jadi adikku saja. Astaga, betapa sayang nya Suho tidak peduli padamu. Tapi aku yakin dia pasti akan sadar dan berubah bahwa kau adalah adik hebat." Dia mngacak rambut hitam itu hingga berantakan, si pemilik surau hitam arang itu tertawa tampan serta mengangguk semangat. "Hehehe iya makanya aku akan berikan ini nanti malam, tapi jangan kasih tahu siapapun ya biar jadi kejutan." Dia seperti anak kecil polos dimana tangannya menyentuh ujung bibir dan membuat seperti mendesis untuk diam.

Kai tentu saja melakukannya juga jika Sehun bahagia dia juga. Dalam hati kecilnya juga dia berharap semoga Tuhan membuka hati untuk beberapa jam agar Sehun tahu dan pernah memiliki pengalaman, dia pernah memberikan hadiah dan disayang secara lengkap oleh saudaranya.

Memang Suho bukan orang baik tapi di setiap manusia itu ada sisi baik secara tulus. "Apakah Suho Hyung akan suka?" Sehun bertanya tapi Kai tak langsung menjawab dia mengerutkan dahinya dan meringis. "Hei aku bahkan tidak tahu apa yang kau kasih Sehun, bagaimana bisa aku katakan jawabannya."

Sehun angguk paham dia akhirnya mendekat pada sahabat kakaknya dan berbisik.

"Ooohhh baiklah aku akan jamin dia akan suka tapi janji apapun yang terjadi jangan menangis. Jangan buat Chanyeol sedih atau apa dia sedang sakit bagaimana." Kai sengaja mengatakan itu dia tidak berani menjamin apakah Suho akan menerima hadiah itu meskipun suka dia akan melihat dari realitanya saja.

Nampak berfikir sejenak dengan putaran jawaban dalam otaknya dia pun setuju dan mengacungkan jempolnya seakan mengatakan oke.

"Bagus, kalau begitu untuk sekarang kau harus makan. Aku sudah di beri pesan tadi kau ini belum sarapan bukan?" Kai memang pemuda tanggung jawab tak peduli saudara atau bukan dia pasti akan membantu siapapun itu selain penjahat tentunya. "Tapi aku sedang malas makan bisakah aku makan bersama Chanyeol Hyung?" Tanyanya dengan harapan bahwa dia bisa mendapatkan jawaban dia inginkan.

"Emmm... Coba kita lihat jika mereka selesai berbicara kau bisa ajak dia makan. Kebetulan dia sakit dan harus banyak gizi masuk dalam perutnya. Oh iya mana cokelat yang kau janjikan aku menagihnya." Dengan tangan teracung dan mengatakan menggunakan nada manis. Mendadak keduanya seperti anak kecil sekarang dan Sehun menjulurkan lidahnya serta mengatakan dengan bangga.

"Kalau Kai Hyung mau coba saja beli sendiri, weeekkk..."

Rancu, andaikan bukan temannya dia tidak akan mau menerima hinaan receh ini. Tapi lucu juga karena Sehun seperti bahagia dalam hidupnya, sama seperti saat dia bertemu dengan namja muda ini pertama kalinya. Ketika semua teman sekolah mengolok Chanyeol hanya dia yang tidak.

Sepertinya Sehun memang di kelilingi orang-orang baik.

,

Chanyeol dia sendiri seperti sangat lemah dan sekarat, dengan memandang teh herbal yang katanya bisa mengurangi rasa sakitnya tanpa minat. Dia bahkan mengusap sisa air mata yang jatuh dari kelopak pucat nya, dia lemah dan tak berani menunjukkan pada siapapun termasuk adiknya. Jika dia lakukan dia akan dianggap sembrono.

"Sebaiknya kau jangan menyerah terlalu sulit memang tapi kau yakin kalau kemoterapi akan-"

"Aku sudah tahu bagaimana keadaan ku sekarang, aku memang tidak menyerah dan ingin hidup. Tapi aku merasa jika Tuhan akan membawaku di sisinya. Kau tahu aku menyayangi Sehun lebih dari apapun dan siapapun seperti yang aku katakan, kalau kau mau kau bisa menggantikan ku. Karena aku khawatir dengan kakakku." Chanyeol mengusap wajahnya dengan tisu, dia sangat tidak sanggup untuk mengatakan hal ini dan memaksakan lidahnya. Ludah seperti tidak ada lagi di dalam mulutnya, Kyungsoo melihat bahwa di depannya menginginkan sebuah harapan besar.

"Aku tahu aku juga pernah kenal Suho seperti yang aku katakan tadi, aku peduli dengan Sehun. Aku menyayangi nya sebagai adikku, maafkan aku karena pernah menghajar kakakmu." Tak ada wajah menyesal tapi tidak enak hati, Chanyeol sudah menduga jika dokter di depannya bukan sembarangan dalam menjaga adiknya.

"Tidak masalah dia memang tidak peduli dengan Sehun atau apapun. Bisakah kau mengabulkan keinginanku?" Pinta Chanyeol, berharap dia bisa mendapatkan kesempatan. Dia ingin mati dengan tenang walaupun caranya menyakitkan.

"Tentu saja, karena aku juga ingin yang terbaik. Tapi berjanjilah bertahan hidup tanpa kau Sehun juga akan mati."

Chanyeol paham dia mengerti dalam hati kecilnya dia memang menyadari bahwa adiknya tidak mudah lepas darinya. "Bantu aku kalau begitu." Suaranya makin serak dengan air mata datang tanpa di jemput. Kini semuanya menjadi tahu bahwa semua ingin terbaik bagi seseorang, hanya saja ketika Kyungsoo ingin mengatakan sesuatu seseorang berteriak dengan semangat.

"CHANYEOL HYUNG AYO KITA MAKAN, AKU LAPAR EOH..."

Sehun datang dengan riang dengan Kai yang melambaikan tangan canggung.

"Maafkan aku tapi dia sangat semangat hehehe..." Kai tertawa dengan bodoh.

.

Seseorang sudah jenuh berdebat dengan dirinya sendiri dia juga tidak mau jika seperti ini terus dengan wajah mabuknya dan menghabiskan sekitar satu setengah botol minuman keras disana. Tatapannya pindah ke salah seorang wanita yang hadir.

Dia benci bertemu tapi Tuhan akan tertawa jika dia menyerah.

"Sudah berapa lama kau menunggu, apa kau tidak baca pesanku karena aku akan telat satu jam." Sebuah suara seperti rayuan, ada kuku cantik berwarna merah dengan hiasan mawar disana. Ucapan bagaikan mantra penggoda dari seseorang yang telah mengusik kehidupannya. "Tahu apa kau, aku tidak peduli kau datang atau tidak. Aku ingin mabuk dan jangan ganggu aku." Tersenyum remeh dan menghabiskan satu gelas secara langsung dalam sekali teguk dari gelas kecilnya.

Bau mulutnya sangat kentara dan ini adalah bar yang buka di siang hari tapi seorang Park Suho menganggap dirinya di bar pada malam hari. Cukup gila bukan? Seorang Park Suho melampiaskan semua perasaannya pada satu pusat. Sangat membenci pada hal ini.

"Kau masih melakukan tugasmu dengan baik, apakah kau masih bisa setia dengan sumpah mu." Mereka seperti berbicara serius, seorang betender datang serta membawa minuman juga camilan pesanan wanita itu. "Terima kasih dan ini bonus untukmu, oh iya bawakan juga minuman pengar untuk namja ini." Dia mengulas senyum santainya dan mengedipkan sebelah matanya. Wanita penggoda ulung. Hal tersebut langsung di tanggap ramah oleh si betender.

"Katakan saja apa mau mu nenek sihir, belum puaskah kau mendapatkan yang kau mau. Aku muak berhadapan dengan mu, sadar wanita sialan." Suho memang mabuk tapi kesadaran dalam menghinanya masih dibilang ulung. Wanita itu bahkan tertawa sinis dan menganggap bahwa Suho adalah kawan akrab. "Menarik, kau membuatku semakin bangga. Apakah kau mengatakan kata sekasar itu pada keluargamu. Ah, iya... Kau bahkan berada dalam posisi teratas sebagai anggota keluarga paling buruk." Celoteh tak berguna tapi ada benarnya, anggap saja dia menjadi sesuatu yang di sebut sebagai dalang.

"Bagaimana bisa seseorang punya ambisi cinta mengerikan bisa mengerti soal keluarga. Aku tanya apakah kau punya keluarga, suami juga anak." Dia meneguk dengan keras minuman di tangannya juga meremehkan dengan jelas wanita di depannya itu. Tertawa bodoh sebagai senjata utama untuk menantangnya.

"Sampai sekarang pun kau tidak pernah berubah, apa kau menjadi iblis sekarang. Kau hanya manusia suruhan ku." Wanita itu membalas tak mau kalah dia mengambil kentang goreng dan menjejal nya pada sebuah saus. Nikmat dan pedas menyentuh di lidahnya bahkan dia sendiri tidak merasakan bahwa ucapan Suho menyakitkan.

Dalam mata mabuknya dia melihatnya dari sisi samping, separuh wajahnya tenggelam dalam lengannya. Suho meringis sadis dan mentertawakan semua. "Wanita sialan, hahaha...." Mungkin kebanyakan akan sakit hati jika banyak wanita mendengarnya hanya saja dengan gampangnya seseorang itu menganggap sebagai candaan saja.

"Kau bahkan lebih bajingan dari sialan." Ngawur tapi menusuk seakan dia adalah seorang bagi pemuda di sampingnya. Cengkraman tangan penuh dendam mengepal pada gelas, andai saja di dunia tak ada namanya hukum dosa sudah dia tebas kepalang hingga puas. Pemikiran bajingan seperti itu yang seharusnya Suho butuhkan untuk sekedar membela diri.

"Jung Seha, aku memintamu enyah kenapa kau datang. Jika kau menyukai ayahku katakan saja dan kenapa kau benci ibuku. Kau belum mengatakan segalanya tapi ancaman mu keterlaluan."

"Hemm... Kau masih ingat bagaimana kedua orang tuamu hampir tewas karena kecelakaan bukan dan beberapa bulan kemudian adikmu yang pintar itu aku celakai."  Kedua tangan menaut satu sama lain ini seperti ketika wanita itu mencoba memberikan ketenangan dengan jalan bahwa kita itu teman, sayang sekali Suho menganggap bahwa dia musuh setan.

Suho tertawa lantang dia tak peduli jika dia anggap semua memandang dia gila. Biarkan saja dia dianggap gila dunia sudah gila dan tak waras, kebaikan kalah dengan kejahatan. "Lalu, kau ingin membuatku seperti boneka Hem! Jika kau lakukan hal buruk pada nya aku akan melakukan hal buruk padamu." Tegasnya dengan nada penuh penekanan dan jangan lupa akan tatapan tajam nyalang.

Larangan seorang pria untuk menganiaya wanita itu ada. Dia benci akan hal itu jika ada peraturan maha benar, hanya saja jika mengungkit masa lalu semua rasa sakit tertohok itu berarti menyakitkan. Entah kenapa pemikirannya menjadi bobrok sekarang dia tidak bisa menerima lindasan mental seperti ini.

"Kau mau bunuh aku perlahan ya..."

Bibir merah merona mekar dengan menampilkan gigi putihnya, dia bersungut senang dengan suara dahak pelan. Teh madu kesukaannya ini adalah hasil relaksasi untuk segala penenang pikiran. "Sepertinya kau cacat mental bukan adikmu, oh ya bagaimana kabar dengan adikmu yang kecil. Apakah dia masih baik saja." Dia mengetuk tangannya pada meja bahkan melakukannya secara berulang seakan menghitung detik.

"Jika kau menyentuhnya ancamanku bukan permainan. Aku tidak sakit mental tapi jiwa ku sakit dan semakin sakit karena kau biadab."

Mendecih...

Masa bodoh...

Kumparan perputaran konflik yang begitu menyenangkan menurutnya. Sebuah kisah majemuk tapi bukan biasa, hal tak terduga akan datang termasuk pada lawan.

"Mengalah demi keluarga, sekarang aku tanya kalau aku biadab kenapa aku masih membiarkan semua baik saja. Ah, karena kau menjalankan tugas dengan baik. Buat hancur dengan caramu dan kau berharap tidak ada korban. Hemm... Menarik aku akan melakukan reward pada usahamu."

"Aku tidak butuh uangmu!'' sarkatik ucapannya, dia bahkan membanting keras gelas itu di atas meja.

"Suatu hari nanti kau akan butuh, kau bisa cari aku. Lakukan dan kerjakan buktikan siapa yang salah dan benar, tapi yang pasti hidup adikmu dan orang tuamu ada di tanganku." Menang dan bangga dia adalah pengusaha sukses yang gagal.

"Kau-''

"Kelemahan mu adalah itu dan tanpa sadar kau sudah menyadari kau gila dan marah. Karena kau salah, Park Suho sekarang kau katakan pada dirimu who are you?"

Ribuan sial datang, ribuan masalah datang tanpa majemuk. Ingin sekali Suho menghancurkan kepalanya dalam lautan benua atau membakar dirinya dalam lahar gunung.

Mati dan binasa!

.....

TBC...

Sudah sampai chapter ini aku akan semangat untuk selesaikan semoga kalian suka ya..

Tunggu next chap akan ada kejutan besok jangan bosan dengan aku ya.

Gomawo and saranghae...

#ell

19/09/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro