Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 3

Jam beker berdering nyaring memaksa wajahnya menyembul, membuka sebagian selimut yang menutup tubuhnya. Dia sesekali menguap merasakan kantuk yang masih mendera. Di kucek matanya lalu meraih ponsel yang biasa tersimpan di atas bantal. "Ngimpi apa Gue semalem?? " tak percaya berulang kali mengedipkan matanya. Bola matanya bersinar terang, seterang lampu bohlam seribu watt.

Dewa: Ra, Lo berangkat sekolah Jam berapa?

"Kesambet setan mana kak Dewa?? " ocehnya heran.

Tumben Kak Dewa menawarkan diri mengantarnya. Akhir akhir ini juga selalu gencar menggodanya dengan candaan. Apa ini namanya dari awal rasa sayang yang tumbuh menjadi cinta??tertunduk dengan pikiranya.
Dia abaikan segera segala pertanyaan dan prasangkanya. Jemarinya sibuk bergerak kilat mengetik di layar hp.

Laura: Sekitar jam 6.00 an, Mau anter Rara, Kak?

Aneh tidak ada balasan dan terlihat masih D saja. Laura memasang wajah masamnya, "yaelaah,,,Kak Dewa kenapa sie?? bikin orang melayang terus down gini"
Padahal dari chat yang masuk cuma beda 3 menit dari balasanya. Masa iya udah ngilang. "Gua chat lagi aza kali ya,,,?? "gumamnya lalu kembali mengirim pesan

Laura: Kok gak dibalas sie?????

Sayangnya tetap sama, tidak ada tanda-tanda dibaca. Laura melemparkan ponselnya sedikit kesal."Abaikan, peduli amat! gak penting dijemput apa enggak juga!" senyumnya acuh, toh sudah biasa dia berangkat sendiri. Tubuh mungilnya bergerak malas, berjalan menuju kamar mandi melakukan aktifitas biasanya.

Hal pertama selepas mandi yang Laura lakukan dalah melihat chat WA. Berbunga-bunga dia mendapatkan balasan Dewa.

"Ok, say. Eh, adek"

Kata 'Say' itu juga, yang diharapkan dari gadis SMA kelas 2 itu untuk menyapa Dewa.

Hanya waktu yang bisa menjelaskan kapan kata 'say' menjadi panggilan mesranya bersama Dewa.

Jam enam. Laura melihat sejenak jam yang memperindah tangannya dengan warna gold. Sudah waktunya dia berangkat.

Wajah riang dengan senyum lebar berjalan semangat. Begitu dilihatnya motor Dewa terlihat memasuki halaman rumahnya.

Sayang, Raina belum bangun dari mimpi, padahal lumayan seru kalau Raina bangun, setidaknya dia bisa menunjukan kalau sekarang adiknya memiliki gebetan, pertanda dia sudah move on dari Rizky. Anak rohis yang selalu diimpikanya jadi pacar pertamanya sejak SMP. Yang pada kenyataanya, tidak pernah merespon perasaan Laura. Oleh karena itu Raina selalu mencibir adiknya.

Akhirnya Dia berangkat tanpa bisa memperlihatkan keberhasilanya menggaet satu teman sekampus kakaknya.

Dia melihat wajahnya sekilas di kaca spion motor Dewa, riasan wajah naturalnya terlihat segar. Dia Menatap wajahnya puas dengan senyum yang membuat lesung pipinya mengembang.

" Kak kenapa balas chatnya lama sieh? " tanya Laura membuka percakapan. Kemudian kakinya menapak pada step motor duduk dibelakang Dewa memegang punggung nya.

"Pas lo chat kakak lagi mandi, " balasnya sambil terus fokus mengemudi.

Hah???!! Lagi?? Di kamar mandi?? Kak Dewa kesambet setan penunggu kamar mandi kali ya??
Bathin Laura lalu menggelengkan kepalanya lalu menguap lebar.

"Tadi pagi bangun jam berapa? "lanjut Dewa melirik sekilas wajah Laura yang sesekali terlihat menguap.

"Euumm,,,Jam 5 Kak. Kenapa? "

"Kalau gitu, pasti semalem tidurnya malem banget."Ucapnya perhatian.

"Keliatan masih ngantuk ya? " cewek dibelakangnya tersenyum, "Iya lumayan, sekitar jam sebelasan lebih."

Mengingat keteledoranya sampai lupa dengan tugas bejibun ditambah soal- soalnya rumit, serumit mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Tak tahu kenapa tiba-tiba Dewa meraih tangan Laura yang diam di punggungnya. Dia melingkarkan ke pinggangnya dan merapatkanya hingga tangan itu bersinggungan langsung.
Lagi dan lagi, degup jantung Laura berpacu. Angin semilir yang menerpa seolah tiada gunanya, sesak. Pipinya merona menjalar cepat seperti udang rebus.

Apa gua sanggup seperti ini mendekap tubuh Dewa??? sepertinya mau meledak dada ini. Rileks-rileks, ayolaah

Bathin Laura menjerit memohon agar dia bisa sedikit tenang perlahan. Meskipun ini adalah hal pertama yang dialaminya,tetap saja dia harus tenang. Tidak mungkin membiarkan Dewa menggodanya mengatakan anak bawang.

"Ra, lo baru pertama kali,ya? " Dewa merasakan degup jantung Laura meskipun samar. Jemari tanganya begitu dingin saat dia memegangnya.

Ingin bilang tidak tapi semuanya berbanding terbalik dengan kondisinya. Akhirnya dia menyerah menganggukan kepalanya dan mengembangkan senyum di wajahnya yang masih merona.

Beberapa obrolan kecil meluncur dari bibir dua remaja itu. Tidak segan Laura mencubit pinggang Dewa ketika dia menggodanya. Sedangkan Dewa tertawa lebar menerima penindasan Laura.

"Kakak jahat masa gua disamain bunga sepatu? Wangi juga nggak. " protesnya tak suka
Dewa tertawa sebelum akhirnya dia berkata, " Memang gak wangi tapi banyak madunya."

"Terus? "masih belum mengerti.

"Lo itu manis banget seperti banyaknya madu pada bunga sepatu, dan ketika disesap akan mengurangi dahaga. "

"iih,, kakak mesum bangeet! " teriak Laura di telinga Dewa.

"Kok mesum? "tanya Dewa heran.

"Apa maksudnya dari disesap?? Kalau gak mesum apaan?"

Dewa terkekeh " Lo udah dewasa, Ra." Lanjutnya,"tapi masa madu dalam bunga Lo minum?? " elaknya.

"Dihisap itu lebih baik" tolak gadis bermata bulat mempertegas pendapatnya.

Dewa tidak berniat meneruskan perdebatanya. Dia hanya ingin melihat wajah cewek imut dibelakangnya tersenyum. Dia diam dan memusatkan matanya pada jalan.

Tiba-tiba Dewa menghentikan laju motornya. Menatap tajam ke arah tepian jalan. Tidak ada yang aneh menurut kacamata Laura. Hanya aktifitas biasa semua orang, mencari sarapan dipinggir jalan. Tidak ada yang spesial. Tapi, sangat mengganggu perhatian Dewa.

Dewa menelan ludah menarik nafas panjang dan menghembuskanya kasar. Tanpa aba aba dia tancap gas,Laura yang tak siaga hampir saja oleng.

"Kak Dewa abis liat hantu mana lagi sie?" ujarnya horor. "Main ngegas aja, " oceh Laura sambil memegang erat tubuh Dewa.

Menyadari perbuatanya membuat Laura kaget. Dewa segera menoleh ke belakang, melihat wajah Laura yang memucat. " Maafkan gue, Ra" Dia menggenggam tangan Laura, menenangkanya. Menepuk lembut tersenyum, menyimpan perasaan lelahnya.

Motornya berhenti di depan gerbang sekolah. Laura memberikan senyum lega. "Makasih, Kak. " Dia hendak berbalik tapi Dewa menghentikan tindakanya. Cowok itu meraih tangan Laura. Dia merogoh roti yang sedianya akan dimakanya dari dalam tas selempang. "Makan," ujar Dewa lalu menyerahkan roti itu ke tangan Laura.

"Jangan lupa sarapan," tambahnya lebih perhatian.

Dia berbalik sambil memegang tali tas punggungnya." Kakak tahu kalau gua belum sarapan? " ungkap Laura keheranan. Dewa bak paranormal yang bisa tahu segala hal. Apa itu efek setan kamar mandi??

Dewa tersenyum dan menunjuk perut Laura yang tanpa disadarinya telah bernyanyi. Tawanya pecah, dia mengangguk, mengerti maksud Dewa.

Perutnya memiliki alarm yang tepat di saat lapar. Menunjukan keaslian kondisinya, kadang memalukan dan menggelikan. Seperti hari ini.
***

Terimakasih bagi yang berkenan membaca cerita awalku..berikan bintang.. Dan pesanya yak😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro