Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 1

Sepercik air jernih menimpa pipi Laura. Dia menengadahkan tanganya dan melihat ke atas awan. Bulir-bulir air dingin mulai menetes. Hujan bergerak cepat membasahi semua yang ada. Termasuk tubuh Laura yang terbungkus jaket tipis.

Diam sejenak di pinggiran halte bus, Dia memeriksa ponsel di dalam tasnya. Senyum tipis mengembang cepat berganti tawa ringan.

Pesan singkat dari Dewa,mengomentari statusnya.

'Ya, Tuhan. Hujan!! Payung, payung, payung. '

Dewa : "Gue punya payung hati mau gak?"

Laura : "Yeee,,, emang bisa buat hujan?

Sambil menunggu balasan dari dewa, cewek bermata bulat dengan warna coklat itu memainkan kakinya dan bersenandung, menyanyikan lagu milik Afgan, wajahmu mengalihkan duniaku.

Sebuah getar dari hpnya terasa. Pesan dari Dewa muncul.

Dewa : Hujan air mata saja bisa, apalagi hujan air doang, gampang.

Laura : Gombal ah,😋

Dewa : Gombal? Ini bukan gombal tapi perjuangan?

Wajah Laura memerah dengan cepat dia menekan tiap huruf dalam layar di hpnya dengan senyum tipis merekah.

Laura : Kalau cuma kata-kata, ya gombal namanya. Kalau dibuktikan dengan perbuatan baru itu PERJUANGAN.

Dari layar hpnya terlihat Dewa tengah menulis pesan balasanya. Beberapa detik kemudian pesan masuk.

Dewa : "Ok, lo dimana?"

Laura : "Halte bus dekat sekolah."

Senyumnya mewarnai mimik wajahnya yang bahagia. Sebenarnya dalam lubuk hati, Laura mengagumi Dewa. Dia sosok yang mampu membuat perasaanya nyaman dan yang paling penting Laura bisa menjadi diri sendiri tanpa memaksakan harus ini dan itu.

" Kak Dewa,"lagi-lagi dia tersenyum manis.

Membayangkan sosok tegap dengan gaya kasualnya saja membuat hati cewek berambut panjang sebahu berdegup lebih keras. Ditambah lagi perhatianya dan humorisnya itu, semakin menggetarkan hati Laura.

Sambil menunggu kehadiran Dewa, dia membuka aplikasi wattpad. Ada list bacaan yang ingin mulai dibacanya.

Entah sudah berapa lama dia memusatkan perhatianya pada layar hp yang memberikan beberapa tulisan cerita.

"heem... "

Laura masih asyik dengan bacaanya.

"heemm.. "sekali lagi suaranya terdengar.

Ih nieh orang ngapain hem hem mulu. Ganggu banget.

Gak ada niatan sama sekali buat Laura menengok sejenak ke arah sumber suara. Hingga pada akhirnya telapak tangan menutupi layar hp miliknya.

Ditengoknya wajah pemilik tangan yang mengganggunya. Wajah Dewa yang cool dan melebarkan senyum, menjadikan degup jantung Laura kembali berlomba. Lesung pipinya terukir, manis.
"Udah dari tadi Kak?" Laura memasukan hpnya ke dalam tas.

Cowok disisinya mengangguk. "Lo sibuk baca apaan? Kakak kodein gak noleh- noleh," lanjutnya menatap bola mata gadis di sisinya.

Matanya membulat. "I,,,iyaa, maaf dech." Laura celingukan toleh kanan kiri. "Mana payungnya? " begitu dia tidak melihat dewa memegang payung.

"Lo fokus banget ma hp. Jadi gua taruh payung dibelakang badan Lo, Lo gak tau." Dewa menggelengkan kepalanya.

"Iya,iya maaf. Maaf banget. Habis ceritanya bagus. Lagi baca novel barusan." Jelasnya bersalah.

Dewa mengelus rambutnya yang basah akibat rintikan hujan tadi. "Kita pulang sekarang yuk!"

Laura mengangguk."Iya, udah laper juga. Pingin buru-buru pulang, makan masakan mommy." Gayanya terus mengelus perutnya yang rata.

"Udah jangan dielus, ntar buncit Ra?"ujarnya terkekeh yang disambut cubitan Laura di pinggang empuknya.
Mata Dewa berputar, berusaha melihat tempat makan yang ada.

"Di sini gak ada yang jualan. Kita cari tempat makan di jalan aja."

Dewa mengembangkan payung warna merah muda dengan motif bunga.

Sesaat tapi jelas di mata Dewa. Cewek disampingnya tengah senyum meledek dengan tatapan mengejek.

"Kenapa? Gak usah ngeledek ya"

Laura yang tadinya diam justru tidak bisa menahan tawa."Iya, lo payungnya cewek banget."

Sebenernya itu payung bukan miliknya. Payung itu milik kakanya, yang holic sama warna pink. Pas kebetulan ketinggalan di mobil Dewa. Daripada mencari plus makan waktu, akhirnya Dewa memutuskan untuk memakainya.

"Trus kalo cowok harus pakai warna item? Ya kali disangkanya mo nganter jenazah" jawab Dewa spontan.

Dewa mendekap Laura sebelum akhirnya bibir tipis laura bersuara.
"Kak Dewa kenapa peluk peluk sieh? Rara bukan jenazah loh, " ungkapnya cemberut.

"Bukan gitu, Ra. Payungnya khan kecil, biar lo gak kena hujan. " Dewa tertawa ringan melihat tingkah Laura.

Kakak so sweet banget. Jagain gua dari hujan. Beneran di saat hujan itu ada malaikat yang turun, dan sekarang ada di sisi gua.

Mata Laura menatap wajah Dewa, kagum dengan sikapnya.

"Heem,,,, " gumam Dewa membuyarkan imaginasi Laura. Berjalan beriringan.

"Kak, motornya mana? " Laura tak mendapati adanya motor Dewa di pinggir jalan. Sementara kakinya terus mengikuti langkah Dewa, pria yang masih mendekap pundaknya.

Yang ditanya hanya diam lalu berhenti di dekat mobil biru.

"Ini mobil kakak?? " Laura berpikir cepat dia picingkan matanya. Ada keraguan dibenak Laura, mengingat kejadian tempo lalu. "Pasti kakak mau ngerjain lagi. Kita langsung naik motor saja, Kak"

"Bawel, ini mobil kakak. Ayo, masuk" Dewa membuka pintu mobil.

Yang bener ini bukan lelucon kayak kemarin?!?!

Berkali kali Laura mengedipkan mata, lalu mencubit lengan Dewa. "Kak, gak bakalan disangka maling khan?? "

Karena hujan semakin deras tanpa menjawab candaan cewek berhidung mancung yang masih kembang kempis, cowok berbadan tegap itu mendorong tubuh Laura.

Sebagian punggungnya basah akibat melindungi Laura dari hujan. Begitu masuk ke dalam mobil dia melepaskan bajunya.

"Kakak mo ngapain!? " jerit Laura yang langsung tertelan suara riuhnya hujan. Laura menutup mata dengan telapak tanganya. Tidak lama karena dia juga penasaran dengan apa yang akan dilakukan Dewa. Tak mau kalau-kalau Dewa berbuat yang tidak- tidak. Tapi sekarang justru Dia menikmati pemandangan di depanya. Dada bidang Dewa terekpos jelas.

Kaos coklat dengan gambar lock out kini membungkus badanya. Dia tersenyum lalu berkata, " jangan mikir yang enggak- enggak." Dewa menyapu wajah cewek yang masih takjub dengan apa yang baru dilihatnya.

Rona pipinya memerah.

Badanya bagus banget. Aduuh ampuun harusny gak boleh liat, jadi salting gini khan??

Laura memainkan jemarinya pada pangkal paha, melepas groginya. Hembusan nafas sesekali dia lepaskan. Dan suara hening berganti music pop yang diputar oleh Dewa mengiringi perjalanan mereka.

Entah karena lapar atau suasana hujan deras dengan iringan musik membuat Laura memejamkan matanya.

Dewa melihat Laura sebentar dan kembali fokus pada jalanan yang makin basah oleh guyuran hujan.

Di pertigaan depan mobil mereka berhenti, memasuki tempat perbelanjaan yang memiliki tempat makan.

"Ra, bangun" Dewa menggoyangkan badan Laura.
Sebentar Dia memainkan bola mata coklatnya. "Di mall?? Ngapain kak?? "lanjutnya meregangkan badan ke kanan dan ke kiri.

"Makan, katanya laper." Dewa mengelus rambutnya yang tergerai, lembut.
Belum juga menjawab, suara perutnya sudah bicara. Keduanya tertawa renyah. Dewa keluar lebih dulu dari mobilnya disusul Laura.

Tiba di lantai tiga swalayan besar, mereka masuk ke tempat makan. Banyak menu pilihan yang bisa dipilihnya. Laura penyuka makanan sunda jelas langsung menunjuk menu makanan khas sunda. Cah kangkung, pepes ikan, dan minumnya dia pilih teh

"Makanya gak usah marathon, Ra. Ntar keselek loh," lanjut Dewa.

Laura menghentikan makannya. "UGD laper, kak." Dia tersenyum lalu melanjutkan kembali acara makan. Sementara Dewa menggelengkan kepalanya lalu menyodorkan tissu.

"Kenapa? Belepotan ya?? " tanya Laura.

Dewa mengangguk lalu menunjukan sudut bibir kananya menggunakan jari telunjuk.

Dengan tissu pemberian Dewa cewek berbibir tipis itu menyeka nasi yang menempel. "Udah?" tanya Laura dengan mimik polosnya.
Dewa menjawab dengan kode tangan ok.

Usai acara makan mereka langsung pulang. Mobil biru terpacu mengitari jalan merak, dan berhenti di depan rumah yang tidak memiliki pagar. Halamanya cukup luas untuk parkir mobil.

Hujan masih turun. Laura memaksa Dewa untuk diam saja di mobil. Kasihan juga kalau bajunya basah habis diganti. " Udah, kakak gak usah turun. Tapi kalau mau nginep boleh, "candanya mengedipkan mata.

"Boleh nginep? Seriuus?? " respon cowok berambut cepak dengan membulatkan matanya. Lalu melemparkan tawa meledeknya.

"Boleh tapi siap-siap saja dapet bogem" tanganya mengepal menunjukan tinjunya.

"Kalau tinjuan dari lo, gua gak bakalan nolak. Gak papa," samber Dewa memojokan tantangan Laura.

"Udah ah, gua pulang dulu. Becandanya besok-besok lagi. Makasih buat jemputanya." Laura hendak membuka pintu tapi berhenti ketika wajah Dewa mendekatinya. Degup jantungnya berlomba.

Kak Dewa mo ngapain?? Mampus aku gimana kalu dia ,,,,???

Dewa melepaskan seatbelt. Sebelumnya Dia tersenyum menatap wajah merah Laura yang tidak berkedip.
"Kenapa? Ada yang salah? " tanya Dewa.
"Eh iyya, enggak maksud gua,,"laura bingung harus merangkai kata apa? Shock berat

"Payungnya jangan lupa" Dewa menghentikan tingkah kikuk cewek yang masih bingung harus berkata apa? sembari menyodorkan payung di tanganya. Diterimanya payung itu, hembusan nafas lega menenangkan degup jantungnya yang sangat cepat. Dia mengelus dada dan tersenyum di samping Dewa.

Laura masuk ke rumah dengan membawa payung merah muda. Wajahnya riang dengan mata berbinar cerah.

Sementara Dewa diam sejenak melihat langkah Laura hingga menghilang di balik pintu.

Di dalam rumah cewek bermuka oval menyapa adeknya. Mulutnya yang masih penuh dengan cemilan membuatnya tampak lucu.
"Baru pulang dek? Tumben? " Masih asyik mengunyah.

Adeknya berlari memeluk, wajah sumringah dengan senyum lebar terpampang jelas. Dia memejamkan kelopak matanya sejenak lalu berteriak membulatkan matanya "Kak Dewa,,," Dia menarik nafas "orangnya perhatian banget ya kak."

Mendengar ocehan Laura mata Raina terlihat shock"Dewa,,,?"

Semoga menghibur y? Tekan bintangnya pleasee... Dan tinggalkan jejak untuk penyemangatku sebagai penulis pemula.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro