Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❤ Chapter 7 - Hasrat Terpendam Sang Ipar

Karya punya Kak LoVelly09

❤❤❤

DEVAN POV

Bibirku terus menciumi leher Hanum hingga turun ke tulang selangkanya yang menonjol. Aroma tubuh Hanum sangat wangi. Bukan aroma parfum yang aku cium, melainkan tubuhnya.  Aku suka.

"Oh, Mas.” Hanum mendesah.

Aku lantas membalikkan tubuh Hanum kemudian meraup dagu dan melumat bibirnya dengan rakus. Bibirku terus mengulum bibir Hanum yang tebal. Sesekali aku memasukkan lidah ke dalam mulutnya.

Hanum membalas ciumanku dengan tidak kalah brutal. Aku mendorong tubuhnya hingga ke meja tengah pantry. Ku angkat kaki Hanum tanpa melepaskan kecupan kami. Sementara itu tangan Hanum sibuk melepaskan kancing sweaternya.

Aku mengais-ngais oksigen ketika ciuman kami akhirnya terlepas. Begitu pula dengan Hanum yang dadanya naik turun karena napas terengah. Kami saling bertatapan sepersekian detik.

Rasanya masih tidak percaya jika wanita yang sedang aku cumbu ini adalah Hanum. Bertahun- tahun aku berusaha mencari cara untuk mencari informasi dan mendekatinya tanpa hasil, kini tiba-tiba dia mendekat begitu saja. Well, tidak mungkin aku mencari informasi terlalu detil tentang  Hanum dari Ajeng 'kan?

Terakhir kali aku mengetahui informasi mengenai Hanum saat junior kapalku berpacaran dengan teman Hanum. Cara berpakaian Hanum serta sikap beraninya di postingan media sosial membuatku penasaran. Sangat berbeda dengan Hanum ketika berada bersama keluarganya.

Aku hanya bisa memerhatikan Hanum dari media sosial. Namun sekarang, aku bisa mengecup dan menjilat setiap inchi tubuhnya.

Hanum berhasil tumbuh menjadi wanita yang sexy dan cantik. Entah apa yang diperbuat oleh Hanum hingga memiliki tubuh berlekuk yang begitu indah. Apalagi sekarang dia sedang duduk sambil membusungkan dada. Dia memamerkan dadanya yang bulat berbalut bro merah merona.

"Kenapa mas liatin aku gitu?” tanya Hanum.

"Kamu cantik,” jawabku sambil menyelipkan beberapa helai rambut Hanum ke belakang telinga.

Hanum tersenyum lalu bergelayut manja di leherku. “Ayo mas, aku udah sange.”

"Memekmu udah pengen dimasukin ya?” Aku melucuti celana Hanum kemudian menampar  gemas vaginanya.

"Ah!” Hanum mengerang.

Gairahku semakin membumbung ketika melihat Hanum keenakan seperti ini. Kembali aku tampar vaginanya.

"Oh, Mas!”

"Kenapa, Dek? Memekmu udah gatal ya?”

"Heem, Mas. Ayo!”

Aku membelai bibir vagina Hanum yang  merah menggoda. Cairan sudah membasahinya dan becek di sana.

"Udah basah. Enak ini,” kataku.

Hanum menggigit bibir bawah diikuti napas yang mulai berat. Aku lantas memainkan  vaginanya hingga terdengar suara merdu yang semakin membakar gairahku.

"Oh, Mas!” Hanum menggelinjang saat aku menggosok-gosok klitorisnya.

"Kenapa, Dek? Enak nggak kalau aku giniin?” Aku terus menggoda Hanum dengan memainkan klitorisnya.

"Enak banget.”

Aku langsung beringsut ke bawah, menatap vagina Hanum yang merah menggoda. Lantas aku menjilatinya. Membuat gerakan memutar pada klitoris dan menghisapnya kuat-kuat. Vagina Hanum harum, lembut dan hangat. Berbeda dengan milik Ajeng. Pernah aku ingin menjilatinya, tetapi Ajeng enggan dan aku juga kurang berselera sekarang.

“Oh, Mas!”

Tubuh Hanum belingsatan. Diam-diam aku mencuri lihat ke arah Hanum yang sejak tadi mendesah keenakan.

“Suka, Dek?” tanyaku tetap menjilat.

“Suka banget, Mas… ahhh.”

Melihat Hanum yang keenakan, gairahku seolah dipompa. Aku menyeringai dan semakin ganas menghisap klitoris Hanum. Enak hingga cairannya keluar dan membasahi bibirku.

Kurang puas hanya menjilati vagina Hanum, aku lantas mengeluarkan oenis beruratku. Perlahan ku hentakkan ke dalam milik Hanum.

“Ah, iya Mas ayo masukin lagi,” pinta Hanum tidak sabar.

Aku terus mendesak ke dalam perlahan. Lantas menghentak hingga payudara Hanum bergetar. Dia mengerang keenakan dan berhasil menaikkan gairahku.

“Ah, Dek!”

“Oh!”

Desahan kami saling bersahutan dan bergema di dalam ruangan. Keringat Hanum yang membasahi dada membuatnya semakin terlihat seksi. Aku sangat menyukai Hanum.

Di mataku dia seperti boneka yang berhasil mewujudkan semua fantasi liarku. Hanum terlihat menantang.

Aku semakin menghentak ke dalam saat Hanum terus mengerang. Dia menjambak lembut rambutku. Ketika lidahku bergerilya di putingnya. Ritme hentakanku semakin cepat.

“Mau di cepetin?”

“Mau Mas?”

“Gini?”

“Iya Mas. Oh!”

“Enak, Dek?”

“Enak banget Mas! Ah … kontol mas, lidah mas semuanya enak. Aku suka.” Hanum mengakuinya.

Aku semakin bersemangat melesakkan milikku ke dalam vagina Hanum yang sempit dan hangat. Semakin aku menghentak, maka penusku semakin terjepit di dalamnya. Enak sekali.

“Oh, sempit banget, Dek. Ah!”

“Ah, mas! Terus!”

Pinggangku semakin bergoyang mendobrak setiap dinding vagina Hanum.

“Ah! Ah!”

“Oh!”

“Mas! Aku mau keluar!”

“Mas juga mau crot Dek! Ah!”

“Oh!”

“Ah!”

Aku mengeluarkan cairanku di dalam Hanum. Hangat dan menenangkan. Kemudian aku menarik tubuhnya ke dalam pelukan dan menciumi wajah wanita itu.

“Mas Sayang sama kamu, Num,” ucapku spontan.

***
Aku menghela napas panjang saat suara Ajeng terdengar di telepon. Suaranya lembut seperti biasanya, tapi aku bisa mendengar nada lelah di balik setiap katanya. Dia sedang sibuk mengurus toko barunya. Hah, semakin tidak ada waktu.

"Mas, nanti kalau pulang tolong belikan mainan edukasi untuk Raja, ya. Dia sudah bosan dengan mainan yang ada di rumah," pinta Ajeng, suaranya sedikit memelas. 

"Iya, nanti aku mampir," jawabku singkat sambil menggenggam erat setir mobil. Aku melirik jam di dashboard. Sudah hampir jam tujuh malam. Jalanan simpang lima sudah mulai sepi,
"Mainannya yang ada unsur belajar, ya. Jangan yang cuma buat hiburan aja," tambah Ajeng lagi. 

Aku mendengus pelan, mencoba menahan rasa jengah. Kadang, aku merasa Ajeng terlalu mengatur.

"Iya, sayang. Aku tahu," jawabku dengan nada selembut mungkin. 

Setelah beberapa saat berbicara, aku mengakhiri panggilan. Kupikir percakapan itu selesai sampai di situ, tapi ternyata tidak. Kata-kata Ajeng terus terngiang di kepalaku saat aku melajukan mobil melewati deretan toko di sepanjang jalan utama. 

Saat melewati sebuah toko mainan, aku memperlambat laju mobil. Tapi entah kenapa, aku malah terus melaju. Aku tahu seharusnya aku berhenti, tapi pikiranku sudah dipenuhi sesuatu yang lain. 

Beberapa ratus meter kemudian, mataku tertumbuk pada etalase toko perhiasan. Cahaya lampu menerangi jejeran kalung, gelang, dan cincin yang berkilauan di balik kaca. Tanpa sadar, kakiku menginjak rem. Mobil berhenti tepat di depan toko itu. 

Aku menatap etalase itu dalam diam. Sebuah kalung sederhana dengan liontin berbentuk hati menarik perhatianku. Tiba-tiba, pikiranku melayang ke wajah seseorang, bukan Ajeng, tapi Hanum. 

Segera aku keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam toko. Suara bel kecil terdengar saat pintu terbuka. Seorang pramuniaga menyapaku dengan senyum ramah. 

"Selamat malam, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya. 

"Iya," jawabku sambil menunjuk kalung di etalase. "Boleh lihat yang itu?" 

Pramuniaga itu mengambil kalung yang kumaksud dan memberikannya padaku. Aku memegangnya dengan hati-hati, merasakan dinginnya logam di tanganku. 

"Ini bagus," kataku pelan. 

"Ini salah satu koleksi terbaru kami, Pak. Cocok untuk hadiah istimewa untuk istri," ujar pramuniaga itu sambil tersenyum. 

Aku hanya mengangguk. Dalam hati, aku tahu hadiah ini bukan untuk istriku, melainkan untuk wanita lain. 

TO BE CONTINUED….

❤❤❤

Hay, pembaca setia bagi kalian yang ingin tahu kelanjutan cerita Godaan Cinta Kakak Ipar (kisah Yasmin, Ezra, dan Dika) bisa klik link di bawah ini, ya ⬇️

https://karyakarsa.com/SilviaArnaz/godaan-cinta-kakak-ipar-chapter-1

See you next chapter ❤❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro