❤ Chapter 4 - Hasrat Terpendam Sang Ipar
Karya ini milik Kak LoVelly09
***
Hanum POV
Waktu berjalan begitu cepat. Hingga tanpa sadar aku dan Mas Devan sudah melucuti pakaian kami. Aku masih menindih Mas Devan dan membiarkannya memainkan payudaraku. Sesekali dia menghisap puting sambil menjilati bagian areola.
BuIu kudukku meremang seketika, setiap Mas Devan memainkan lidahnya. Sangat menggoda dan membuat tubuhku bergelinjang tidak karuan. Wajahnya yang tampan serta tubuh yang terpahat sempurna menaikkan gairahku. Fantasi-fantasi liar langsung mengumpul dan ingin diwujudkan segera.
“Ah, Mas,” desahku ketika Mas Devan menggesekkan penisnya di bibir vagina.
“Dek Hanum suka sama kontol Mas?” tanyanya.
“Suka,” jawabku sambil menggigit bibir bawah. Ukurannya yang besar dengan otot menonjol membuatku semakin bergairah.
“Mau coba dimasukin nggak, Dek?” tanya Mas Devan yang masih giat membuat vaginaku basah.
“Mau,” jawabku sambil mengangguk. “Pengen pegang.”
“Pegang aja.” Mas Devan mempersilahkan.
Aku memegang penis berotot Mas Devan lalu mengurutnya. Ukurannya terasa pas di genggamanku. Nafsu yang semakin memenuhi kepalaku semakin tidak terkontrol. Perlahan aku memasukkannya ke dalam milikku sedikit demi sedikit.
“Oh!” Mas Devan melenguh.
“Ah.” Vaginaku terasa penuh saat dimasuki milik Mas Devan.
“Oh, Dek.” Mas Devan tampak menikmatinya.
“Ah, Mas.” Aku menengadahkan kepala. Membiarkan penis Mas Devan menjelajah ke dalam sana dengan bebas.
“Argh!” desahku ketika penis Mas Devan masuk penuh.
Aku merubah posisi menjadi jongkok lalu menggoyangkan pinggul keluar masuk. Suara becek yang tercipta membuat gairah kami semakin tidak terkontrol.
“Oh, becek banget, Dek,” ucap Mas Devan.
Aku terus bergoyang. Membiarkan tubuhku terlena dalam kenikmatan.
“Oh, kamu pinter banget, Dek,” puji Mas Devan sekali lagi.
“Mas suka? Ah,” tanyaku terus bergoyang di atas Mas Devan.
“Suka banget, Dek.”
Aku mempercepat ritme. Terus menghentak dan memanjakan penis Mas Devan. Sementara bibir Mas Devan kembali mengulum putingku dengan brutal.
“Ah! Mas!” teriakku ketika penis Mas Devan memenuhiku.
“Oh, Dek sempit banget memekmu.”
“Ah, Mas. Kontolmu juga enak.”
“Argh!” Mas Devan ikut mendesah sambil memegangi pinggangku untuk mengontrol hentakanku.
“Oh!” Aku terus mendesah dan bergoyang tanpa henti.
Melihat ritmeku yang memelan, Mas Devan ambil alih. Dia bergantian menindihku lalu menciumi leherku dan perlahan turun ke bawah. Tubuhku semakin bergelinjang tidak karuan.
Bibir Mas Devan terus menciumi perut, lalu berhenti di depan vagina. Spontan aku menekuk kedua lutut. Seolah mempersilahkan Mas Devan untuk mengeksplorasi vaginaku.
“Mulus banget, nggak ada rambutnya,” ucap Mas Devan. “Mas jilat ya?”
Tanpa menunggu persetujuanku, lidah Mas Devan sudah bergerilya di bawah sana. Membuka satu per satu bibir Vagina dan menggoda klitorisku dengan jilatannya.
“Ah.” Aku mendesah panjang saat Mas Devan membuat gerakan memutar dengan cepat.
“Becek banget, Dek. Enak,” ucap mas Devan.
Lidah Mas Devan yang semakin masuk ke dalam membuat tubuhku serasa terbang ke angkasa. Aku meremas sprei dan merasakan sesuatu akan keluar.
“Mas, aku pengen pipis. Ah….” Ucapanku seolah tertahan.
“Keluarin aja, Dek.”
Lidah Mas Devan terus mengocok. Suara becek yang mengaung di dalam ruangan membuat gairah kami semakin memuncak.
Rasa geli yang mengumpul di antara paha menciptakan kenikmatan yang tidak bisa terbayang olehku sebelumnya. Ini yang aku inginkan. Mas Devan seolah memujaku dan memanjakan dengan sesuatu yang memenuhi imajinasi liarku.
“Ah, Mas! Aku pipis!” Bokongku terangkat sedikit dan cairan muncrat begitu saja.
Mas Devan tersenyum penuh kemenangan. Lalu dia menjilati cairan di vaginaku tanpa rasa jijik.
“Pengen dimasukin lagi nggak sama kontolnya, Mas?” tanya Mas Devan yang aku tidak kuasa untuk menolaknya.
Dia kembali tersenyum hingga lesung pipi tersemat untuk kesekian kalinya. Kemudian Mas Devan membalik tubuhku.
Spontan aku menungging tajam. Seolah-olah ingin memamerkan bokongku yang bulat kepada Mas Devan.
“Wow, gede banget.” Mas Devan tampak gemas lalu menampar bokongku.
“Ah!” Aku berteriak.
“Suka dikasarin nggak?” tanyanya.
“Suka banget,” jawabku tanpa basa-basi.
“Oh ya? Pas banget, Mas juga suka.” Mas Devan kembali menampar bokongku.
Lantas dia memainkan kepala penisnya dari belakang. Menggodaku dengan batang berotot yang bikin ketagihan itu.
Perlahan dia memasukkan penisnya dan membuatku melenguh karena ukurannya. Meskipun besar, vaginaku masih bisa menampung.
“Oh, Mas!” Desahanku meluncur bebas.
“Kenapa, Dek? Sakit?” bisik Mas Devan.
“Enggak, Mas. Oh!!” jawabku. “Enak, terus Mas
Penis Mas Devan terus menghentak setelah mendengar jawabanku. Gerakannya masih pelan dan tidak terburu-buru.
“Ah, kontol Mas lagi dijepit sama bokongmu yang besar, Dek,” ucap Mas Devan yang terdengar sangat erotis.
Dia menarikku hingga punggungku menempel pada dadanya. Lalu memijat payudaraku dari belakang.
“Oh, Mas.” Aku merintih.
“Iya, Dek. Gimana?”
“Enak, terusin Mas. Aku suka.”
“Mas bakalan muasin kamu, Dek.” Mas Devan lantas menyusuri perutku. Kemudian meraba pusarku.
Tanpa menunggu lama, Mas Devan menghujamku. Sensasi memabukkan seketika menguasai setiap sel di dalam tubuhku.
“Sempit banget, Dek.”
“Ah, terus mas! Oh!”
“Argh!” Mas Devan yang gemas tidak berhenti menampar bokongku dengan gemas.
Alih-alih matah, aku justru sangat menyukainya. Sensasi nikmat bertambah dua kali lipat.
“Mas aku mau keluar lagi!”
“Keluarin Dek
“Ah! Mas!” Aku kembali orgasme.
Mas Devan lantas mencabut penisnya dan membalikkan tubuhku. Dia mengusap kepalaku dan menciumnya.
“Capek ya? Masih mau lagi nggak?” tanya Mas Devan memastikan.
“Mau,” jawabku seperti wanita yang kehausan.
Tanpa membuang waktu, Mas Devan lantas menindihku. Kembali memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina becekku. Tidak hanya itu saja, dia pun sibuk menyusu seperti bayi kehausan.
“Oh mas! Kontolmu enak banget.” Aku meracau.
“Ini bakalan lebih enak.” Mas Devan mempercepat ritmenya sambil mengocok klitorisku.
Aku seperti diserang dengan brutal. Tubuhku menggeliat tidak karuan.
“Ah, Dek. Mas mau crot ini,” ucap Mas Devan yang semakin mempercepat goyangannya dan mencabut penisnya dalam sekali waktu.
Dia mengocok penisnya dan membiarkan cairannya muncrat di bibir vaginaku.
Napas serta jantungku memburu saling berkejaran. Aku ikut orgasme untuk ketiga kalinya kemudian memeluk tubuh gagah Mas Devan.
Dia mencium keningku dan membiarkanku bersandar di dadanya yang bidang.
Dalam diam aku mulai mengumpulkan kewarasanku. Tapi tidak benar-benar waras. Karena aku merasa juga pantas mendapatkan kenikmatan ini. Meskipun dari suami Mbak Ajeng.
“Mas, gimana kalau Mbak Ajeng tahu?” tanyaku tiba-tiba.
“Ya, jangan sampai tahu,” ucapnya.
“Mas mau sekali aja? Terus udahan?” tanyaku penuh tuntutan.
Mas Devan memijat pelipisnya. Sepertinya efek alkohol yang membuat Mas Devan merasa pusing.
“Kalau maumu gitu ya nggak apa-apa. Maafin mas ya, nggak seharusnya kita ….”
“Ssst.” Aku membungkam bibir Mas Devan. “Aku nggak nyesel. Aku mau lagi. Aku bisa muasin fantasi liar Mas yang nggak bisa dikasih Mbak Ajeng. Aku kecanduan sama Mas,” ucapku seperti wanita binal yang sudah kehilangan akal.
Entah setan apa yang merasuki. Tiba-tiba aku menginginkan lebih dari sekali bercinta dengan Mas Devan. Dia adalah pria idamanku. Aku menginginkannya.
TO BE CONTINUED….
❤❤❤
Hay, pembaca setia bagi kalian yang ingin tahu kelanjutan kisah Yasmin, Ezra, dan Dika bisa klik link di bawah ini, ya ⬇️
https://karyakarsa.com/SilviaArnaz/godaan-cinta-kakak-ipar-chapter-1
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro