Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❤Chapter 1 - Suami Cinta Kerja

Ruangan kantor yang ada di salah satu lantai delapan itu terawat dengan rapi dan bersih. Semua barang-barang disusun sesuai dengan tempat. Para karyawan sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, melihat kata dan kalimat yang tertera di komputer. Hanya suara kertas yang diprint mengisi kekosongan suara.

"Kamu sudah dapat berapa hari ini?" tanya rekan kerja Yasmin yang lebih tua sambil menoleh ke arah pemilik nama tersebut.

Yasmin tersenyum. "Aku sudah dapat 130 berkas." Wanita berusia 24 tahun itu, kemudian mematikan semua aplikasi yang berkenaan dengan bpjs. Terakhir, ditutup dengan mematikan komputer dan alat kerja yang lainnya.

Rekan kerja yang lebih tua, Anindya tampak terkejut. "Tumben, kamu sudah dapat 130 berkas. Aku saja baru dapat 100 berkas."

Yasmin terkekeh kembali, kemudian wanita itu memoles lipstik merah di bibirnya, memakai bedak, alis mata, dan sedikit pemerah pipi untuk menambah kecantikannya. Ekspresi wajahnya cerah sekali hari ini.

"Nindya, kamu seperti ngga tahu saja. Kalau Yasmin sudah berdandan cantik-cantik seperti itu. Itu tandanya suaminya mengajak dia jalan-jalan," jelas Vera, kemudian menggoda Yasmin.

Yasmin mengangguk mengiakan perkataan Vera. Itu memang benar, pikirnya.

Di ruangan kantor casemix ini, dia yang paling muda. Oleh karena itulah, dia sering kali digoda dan diusili oleh kakak-kakak senior. "Mas Dika, hari ini mau ajak aku jalan-jalan ke mall," ujarnya menjelaskan. Senyuman manis terpatri di wajah cantiknya menyiratkan betapa bahagianya perasaannya saat ini.

"Wih, wajar saja Yasmin cepat-cepat ingin pulang karena mas suami mau ajak kencan berdua. 'Kan biasanya Yasmin pulangnya jam empat lebih terus." Nindya ikut tertawa, menepuk pelan bahu Yasmin. Dia sudah menganggap Yasmin seperti adiknya sendiri.

"Yasmin semoga acara kencanmu lancar, ya!" ujar Vera. Dia tahu suami Yasmin jarang pulang ke rumah, kesempatan untuk berduaan sangatlah sedikit.

Yasmin pasti sangat bersemangat, batin Vera.

"Iya, Mbak terima kasih! Aku pulang duluan Mbak Vera dengan Mbak Nindya!" pamit Yasmin sambil menggendong tas merah mudanya ke punggung.

"Ya, hati-hati!" jawab Vera dan Nindya hampir bersamaan.

Yasmin bergegas keluar dari ruangan kantornya, dan berakhir menunggu di depan lobby rumah sakit Harapan Ibu, tempat dia bekerja. Dia mendongak ke atas, langit siang ini, tampak gelap. Awan-awan hitam mulai berkumpul di sana. Tak butuh waktu lama, tetesan air hujan mulai turun cukup deras. Wanita itu duduk di kursi tunggu yang tersedia di lobby.

"Mengapa Mas Dika belum datang? Padahal aku sudah bilang jam berapa aku pulang kerja."

"Mungkin sebentar lagi, dia akan datang," ujarnya mencoba berpikir positif.

Setengah jam berlalu dengan cepat dan belum ada tanda-tanda kedatangan mas Dika. Yasmin mulai bergerak gelisah, dia bolak-balik berjalan di lobby rumah sakit berharap mobil sang suami akan datang untuk menjemputnya. Namun yang datang mobil-mobil milik pasien yang akan berobat di rumah sakit.

"Aish, kemana Mas Dika?" Yasmin mulai kesal. Dia paling benci menunggu lama.

Tiba-tiba handphonenya berbunyi. Panggilan telepon dari Mas Dika. Dia segera mengangkat telepon itu. "Mas Dika, kamu itu jadi ngga sih ngajak aku jalan-jalan? Aku itu sudah tunggu kamu lebih dari setengah jam!" ungkapnya dengan nada kesal bercampur marah.

"Maafkan aku, Yasmin! Ada masalah di pembangunan hotel di cabang perusahaan. Aku tadi pagi mendadak memesan tiket pesawat, aku sekarang berada di Nusa Dua, Bali," jelas Dika apa adanya.

Dika tahu, istrinya akan marah karena tidak tepat janji, tapi bagaimana lagi ini menyangkut pekerjaannya yang tidak bisa dia tinggalkan. Terutama, posisi pekerjaan ini sangat sulit dia dapatkan, dan butuh usaha bertahun-tahun baru bisa berada di posisi ini. Jika dia melakukan sedikit saja kesalahan, maka bisa saja jabatan ini akan berpindah tangan ke orang lain. Dan dia tidak akan rela itu sampai terjadi!

Darah Yasmin mendadak mendidih. "Apa maksudmu, Mas Dika? Kamu harusnya beri tahu aku, kalau memang tidak jadi. Kamu mengecewakanku!" Dika bisa menangkap nada suara Yasmin yang kecewa, kesal, dan marah menjadi satu.

Yasmin telah bersusah payah dandan cantik demi membuat suaminya bahagia, namun suami brengseknya itu tidak menghargainya sedikit pun. Bahkan janji yang telah diucapkan tidak bisa dia tepati. Dia merasa Dika lebih mencintai pekerjaannya itu daripada istrinya sendiri.

"Sekali lagi, maafkan aku Yasmin! Aku janji, akan belikan kamu satu set perhiasan keluaran terbaru. Bagaimana kamu setuju 'kan?" tanya Dika menunggu jawaban.

"Terserah kamu saja, Mas." Tanpa menunggu jawaban, Yasmin mematikan sambungan telepon karena sudah terlanjur kesal.

"Yasmin! Yasmin! Yasmin!" Dika menatap sambungan telepon yang telah dimatikan oleh Yasmin.

"Sudahlah, palingan dia tidak marah lagi setelah aku hadiahkan satu set perhiasan," ujar Dika enteng berpikir hadiah mewah akan membuat amarah sang istri menghilang, lalu fokus lagi ke pekerjaannya. Seolah tidak ada yang terjadi.

***

Di sepanjang jalan raya menuju perjalanan pulang ke rumah Yasmin banyak diam. Pikirannya melayang terbang di udara. Wanita itu masih memikirkan sikap Dika kepadanya yang sudah keterlaluan. Suaminya itu baru saja pulang ke rumah tiga hari ini, dan sekarang dia pergi lagi.

Aku ini seperti tidak punya suami saja! Selalu saja sendiri, batin Yasmin meringis.

"Nona, kamu tidak apa-apa? Kamu sepertinya sedang ada masalah?" tanya supir sedikit khawatir. Pemilik mobil online yang Yasmin pesan melalui salah satu aplikasi penyedia layanan jasa transportasi.

"Aku baik-baik saja, Pak," jawab Yasmin tidak semangat.

"Nona yakin baik-baik saja?" tanya supir dengan nada tidak yakin, dia sekilas melihat wajah penumpangnya melalui kaca mobil sambil menyetir mobil.

"Iya, Pak."

"Kita sudah sampai, Nona."

Yasmin mengucapkan terima kasih sebelum melangkah turun dari mobil, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah. Rumah mewah berlantai dua itu bercat coklat muda itu tampak megah dan seperti istana. Disanalah, Yasmin dan Dika tinggal setelah menikah.

Yasmin melangkah masuk ke dalam rumah berlantai marmer mahal dengan tidak semangat. Khayalan berduaan dengan sang suami sirna sudah. Wanita itu sangat terkejut saat ada seorang pria yang sedang push up di ruang tamu.

"Kamu siapa?" tanya Yasmin dengan kening berkerut.

Pria tersebut menghentikan latihannya, kemudian berjalan menghampiri Yasmin yang masih berdiri di tempatnya. "Yasmin, kamu sudah pulang?" tanyanya dengan senyuman yang tampak sangat menawan.

"Kak Ezra? Kapan kamu pulang? Mengapa tidak beritahu aku dan Mas Dika?" Yasmin balik bertanya. Pria itu kakak iparnya, kakak kandung dari mas Dika.

"Aku baru saja sampai beberapa jam yang lalu. Sengaja tidak beritahu, aku ingin membuat kejutan untuk kalian."

Napas Yasmin lebih cepat saat pandangan matanya turun ke bawah. Tubuh atletis dan ideal Ezra hanya dilapisi kaos dalam tipis. Sehingga menampilkan otot lengan yang kekar dan enam kotak otot perut hasil dari latihan. Dipadu dengan kulit putih dan wajah yang tampan.

Pemandangan di depannya sungguh luar biasa, batin Yasmin.

"Yasmin? Mengapa melamun? Aku tanya dimana Dika?" Suara berat Ezra menyadarkan lamunan Yasmin.

***

Yuhu, gimana guys pembukaannya? Menarik ngga? Gimana ya kelanjutan kisah antara Yasmin dan Ezra? Yuk, ikuti kisah mereka.

Oh, ya, kalau kalian ingin baca lebih cepat Godaan Cinta Kakak Ipar. Kalian bisa langsung ke link yang di bawah ini.

https://karyakarsa.com/SilviaArnaz/godaan-cinta-kakak-ipar-8-886064

Di sana, sudah aku posting sampai tamat (chapter 1 sampai chapter 10 + 2 ekstra part). Bisa juga kalian, klik langsung di dinding wallsku.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Thank you❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro