Second Mission
Siapa Anna?
Chanyeon sungguh bingung dengan satu penggal kenangan yang mendadak hadir setelah membawakan lagu Creep di rumah Alina ini. Ia sungguh masih bingung perihal sosok Anna, pasalnya penggal kenangan itu sungguh ambigu, hanya menyisakan penggalan kenangan menyebut Anna di sana tanpa ia tahu bagaimana wajah sosok itu. Dan satu lagi, dalam kenangan itu, ia mendapati dirinya sedang berbaring tidur di rumah orang lain dengan cat tembok warna-warni cerah.
Chanyeon tidak bisa diam begitu saja, ia pun menggali informasi perihal sosok Anna. Dan ia mendapatkan informasi 3 sosok Anna yang ia kenal dalam hidupnya; Anna Fleur, Anna Park, dan Anna Katryna.
Pertama, Anna Fleur adalah teman Prancis-nya, tepatnya teman menjadi duta global salah satu merek baju mewah Inggris. Dan tampaknya, ia tidak begitu akrab dengan wanita bule satu ini, hanya sekedar teman biasa dan saling sapa jika bertemu di acara-acara global merek baju mewah satu ini. Otomatis, Chanyeon menyoret Anna Fleur ini ke dalam list Anna yang dirinya cari.
Kedua, Anna Park, seorang wanita paruh baya teman Choi Julia. Seorang model senior di korsel. Hanya sekedar menjadi teman Eonma-nya, ia hanya sebatas kenal sebagai sosok Ahjumma yang baik hati. Jelaslah ini bukan Anna yang ia cari, tak mungkin ia mempunyai hubungan kasmaran kepada sosok Ahjumma.
Terakhir, Anna Katryna, ini adalah bocah umur 9 tahun. Tak lain anak dari bibinya di Ukraina. Lagi-lagi ini dicoret dari list Anna yang dirinya cari, tidak mungkin sekali ia menjadi pedofilia.
Lalu siapa? Chanyeon sungguh frustrasi. Kepalanya berdenyut hebat tatkala mencoba mencari kenangan lebih jauh. Dan sialnya, sejauh ini dirinya tetap tidak menemukan petunjuk apa pun lagi. Jadi, siapa Anna; mungkinkah wanita dalam River Flows in You itu, atau seseorang yang hendak diberikannya pasangan cincin paladium dalam kotak cokelat, begitu juga dengan gelang rantai berlian dan jepit rambut klip?
Chanyeon masuk ke rumahnya dengan langkah gontai. Setelah pulang menghadiri acara Music Bank, lalu mampir ke rumah Bae Hyun dan bercerita banyak hal mencari Anna bersama Kyung Seo dan Sehan. Berakhir mabuk meminum soju dan pulang dini hari.
Sampai kamarnya, Chanyeon melepas jas cokelat susu-hitamnya, menaruhnya asal ke kasur berseprei putih. Tiduran sembarangan di kasur seraya menatap langit-langit kamar.
"Siapa dirimu, Anna?" keluhnya. Topik pembahasan dirinya bersama senyap tak lepas dari Anna akhir-akhir ini.
"Aku merasakan kenyamanan bersamamu dalam kenangan itu. Dan kupikir kenyamanan itu mengarah ke aku mengagumi, mencintaimu. Namun ...." Chanyeon kehilangan kebendaharaan kata. Napasnya tetiba sesak; bukan hanya soal belum mendapatkan informasi valid siapa sosok Anna, melainkan perkara ia juga takut jika kenyataannya Anna adalah wanita gelap antara hubungan harmonisnya bersama Alina.
"Kenapa tidak ada yang tahu tentangmu, Anna? Apakah kau mengambil cintaku secara paksa, hmm?" lanjut Chanyeon sembari tersenyum sinis. Wajah gadis Ukraina-nya muncul dalam pikiran, membuat dadanya bertambah sesak perihal kemungkinan dirinya melakukan pengkhianatan.
"Kenapa tidak ada yang tahu tentangmu, Anna? Mungkinkah karena hubungan gelap di antara kita berdua?" tanyanya putus asa. "Mungkinkah kau seorang selingkuhanku?" Selidikan Chanyeon semakin tak terkendali. Menghempas napas kasar. Mengacak rambutnya yang bercat pirang sebelum ia tertawa renyah memenuhi ruangan kamar. Renyah sekali untuk merayakan atensi dirinya lelaki suka menyakiti perempuan di masa lalu.
"Aku bisa gila, Anna. Kumohon datanglah kepadaku. Bantu aku mengingat semua masa laluku ...," omong Chanyeon setelah tawa renyahnya tumbang. Ia tak peduli siapa Anna sekalipun sungguh benar selingkuhannya. Ia sungguh membutuhkan satu wanita ini untuk membantunya keluar dari zona ambigu.
Kepalanya pening nian, Chanyeon mendesis. Lalu memilih terlelap tidur tanpa membersihkan tubuhnya dulu. Segera membenahi posisi, mengistirahatkan kinerga otaknya.
***
Pagi memberingsut malam, Diana sedang lari-lari pagi sembari mendengarkan lagu melalui handsfree. Sesekali derap langkahnya memelan untuk menghela dan menghempaskan napas secara leluasa, menyeka peluh di keningnya.
Sepatu sport abu-abu Diana berdecit tatkala mendengar musik yang diputarnya terserobot oleh dering telepon. Ia pun berhenti di tengah jalan rute berlarinya, merogoh saku celana jogger untuk mengambil ponsel, memeriksa siapa si penelepon yang ternyata Bae Hyun.
Diana pun bersegera menerima telepon Bae Hyun. Tetap berjalan pelan karena setelah menengok ke kanan-kiri tidak ada tempat yang nyaman untuk persinggahan karena kanan-kiri jalan hanya persawahan.
"Kenapa kau tidak mengindahkan kami menyempilkan surat itu, sih? Jika kau mengindahkannya, pasti Chanyeon tak akan kebingungan seperti ini," keluh Bae Hyun setelah menyapa dengan yoboseyo. Mengeluhkan dirinya tak boleh menyempilkan surat Diana yang seharusnya ada dalam kotak cokelat, sebuah surat Diana untuk Chanyeon saat berpisah karena perjanjian 3 bulan usai.
Mendapat keluhan spontan itu berhasil membuat Diana menghentikan langkahnya sejemang.
"Setidaknya biarkan kami sekarang memberi tahu Chanyeon jika Anna adalah dirimu, Di. Melihat dari cara Chanyeon mencari Anna dengan nama-nama asli Anna yang mempunyai riwayat dirinya kenal, sampai kapanpun dia tidak akan menemukanmu," lanjut Bae Hyun, berhasil menghentikan laju bibir Diana yang hendak menjawab.
Sikap kesal dan saran penuh tuntutan ini meloloskan Diana melengkungkan bibirnya asimetris. Dalam konteks misi memulihkan ingatan Chanyeon memang yang paling tidak sabaran dan cerewet adalah Bae Hyun.
"Bersabarlah sedikit lebih lama, Oppa. Itu hanya salah satu usahanya untuk bisa kembali mengingat, wajar saja. Jangan dipaksakan. Aku percaya sekali, ketika dia mulai menemukan potongan masa lalu, berikutnya dia juga pasti akan segera menemukannya lagi, menyusunnya perlahan-lahan layaknya puzzle hingga sempurnalah puzzle itu. Pula, alasan aku tak mau langsung menyerahkan diri bahwa aku adalah Anna, tak lain sebab aku tak mau berurusan lagi dengan wanita itu," jawab Diana dengan tenang. Meneruskan laju jalannya.
"Tadi malam, dia banyak memikirkan Anna bersamaku, Kyung dan Sehan. Chan kelimpungan, malah menerka jika Anna yang sedang dicarinya adalah seorang wanita gelap, alias selingkuhan," ujar Bae Hyun, membocorkan curhatan Chanyeon tadi malam.
Diana malah tertawa.
"Uhh! Segitunya ya hingga menyana aku seorang wanita gelap, selingkuhan," gerutunya, tersenyum setengah tertawa.
"Apanya yang lucu, Di? Aneh sekali." Bae Hyun malah kesal dengan Diana yang menganggap sepele. "Seharusnya kau marah. Masa' kau dikata wanita gelap baginya." Dari tempatnya, sepertinya Bae Hyun sedang manyun kesal.
"Buat apa marah. Toh, itu hanya sebatas terkaan orang yang sedang amnesia. Yang terpenting sekarang, aku bukanlah wanita seperti itu." Diana masih menjawabnya dengan enjoy, tidak ada rasa tersinggung sedikitpun.
"Aku mau kirim foto Chan tadi malam, boleh?" Akhirnya Bae Hyun membelokkan topik. Itu berhasil membuat Diana menyimpul bulan sabit di bibir sebelum menjawab, "Boleh, Oppa."
Jawaban Diana barusan dengan malu-malu mau. Intonasinya pun dibuat sedemikian agar terkesan biasa saja. Padahal aslinya semangat sekali mendapat tawaran up date foto terbaru Chanyeon, yang mana biasanya yang dikirim foto-foto eksklusif dari Bae Hyun yang tidak bisa siapapun temukan di jejaring internet ataupun Instagram resmi Chanyeon.
Cukup terkesan Diana mendapati tawaran Bae Hyun ini. Aslinya malah ingin sekali menjawab, 'Mau bangetlah, Oppa. Tahu aja deh kalo lagi rindu berat. Fotonya jangan satu juga ya, yang banyak bangettt biar puas mandenginnya'.
Dan sepertinya situasi baik sedang berpihak kepadanya, Diana menemukan persinggahan yang nyaman, terdapat sebuah gubuk tidak berpenghuni milik bakul dawet hitam yang membuka lapaknya nanti pas siang. Segera melipir ke sisi kiri tempat gubuk kayu atap jerami yang bertengger dengan latar persawahan.
Wajah Diana semringah setelah duduk di kursi kayu yang ada. Meyempatkan membenahi kunciran rambut sebahunya. Kemudian mengambil ponsel di saku celana jogger. Menilik pesan Line Bae Hyun.
Lagi. Bae Hyun seperti tahu saja kemauan Diana, Bacon mengirim 11 foto Chanyeon. Diana semangat sekali melihatnya satu persatu.
Dalam foto, Chanyeon mengenakan pakaian cukup formal; tutrlenek cokelat, jas warna cokelat susu-hitam dengan rambut bercat pirang. Gaya Chanyeon bukan gaya cool seperti yang dibayangkan, melainkan ini jenis foto aib, kontras sekali dengan foto-foto yang biasa Bae Hyun kirim.
Foto-foto aib Chanyeon ini berwajah lusuh, manyun, hingga ada pula yang rambut pirangnya awud-awudan seperti habis bangun tidur. Sial, ini berhasil membuat Diana pagi-pagi tersenyum geli melihat foto aib Chanyeon. Merindukan masa-masa di rumah Chanyeon yang di mana dirinya banyak menjaili lelaki bersebut Happy Virus Palsu ini. Namun, foto terakhir justru bukan Chanyeon, melainkan foto narsis Kyung Seo yang close up di kamera, melihatkan wajah bulatnya dengan rambut kepala cukur cepak dan senyuman pepsodent.
Yang terakhir bonus, ya.
Begitu pesan Bae Hyun setelahnya. Ditambah stiker moon tawa terbahak.
Kenapa bonusnya cuman satu, bukan dua, ya? Mana foto Bacon-nya EXE?
Diana membalas seperti itu dengan bibir tak bisa diam untuk senyum.
Baiklah, tunggu sebentar.
Diana pun menunggu Bae Hyun mengirimkan foto dirinya. Tidak sampai sepuluh detik, foto Bae Hyun sudah dikirim.
Kesan pertama Diana melihat foto Bae Hyun adalah licik. Sungguh licik malah karena lelaki itu mengirimkan foto bergaya rapi dengan senyum simetris yang apik, bukan foto aib; misal dengan eyliner bukan waterproof yang luntur kemana-mana.
Bae Hyun menelepon lagi, sepertinya Bacon ini malas mengetik yang membuat pegal jempol tangan.
"Apakah kau tidak mengkhawatirkan sesuatu, Di?"
Diana tertegun mendapati macam pertanyaan Bae Hyun yang jauh dari atensinya yang membahas kelicikan mengirim foto.
"Khawatir? Buat apa?" Mendadak perasaan Diana menjadi tidak enak.
"Kadang ... perasaan seseorang mudah berubah 'kan?"
Diana terhenyak dengan pertanyaan Bacon berikutnya. Sial, ia menjadi resah tanpa alasan yang jelas. "Iya. Ada apa memang?"
"Apakah kau tidak khawatir kalau ... bisa saja jika terlalu lama tidak kembali mengingat masa lalu, perasaan Chan padamu berubah, Di."
Rungu Diana yang mendengar suara Bae Hyun, tetapi malah hatinya yang tersayat.
"I-itu tidaklah mungkin. Selama 3 tahun, dia menjaga perasaannya padaku, jadi tidak akan mudah dia melupakanku," sangkal Diana dengan gugup sebab mendadak khawatir berlebihan. Air mukanya langsung keruh.
"Iya. Aku tahu itu. Tetapi kini konteksnya sudah berbeda. Dulu, Chan tidak mempunyai wanita lain selain dirimu dalam hatinya. Namun, sekarang dia mempunyai Alina, bahkan hingga saat ini dia juga berasumsi kalau Anna adalah wanita gelap yang membuatnya berkhianat pada Alina. Ak--"
"Tetapi nyatanya bukan, justru Alina-lah yang bukan siapa-siapa," interupsi Diana dengan geram. Sebelah tangannya yang tergeletak di kursi kayu mengepal keras.
"Aku tahu kenyataannya. Tetapi, maaf, aku benar-benar takut perasaan Chan bisa berubah begitu saja setelah selama ini dia juga merasakan kenyamanan bersama Alina. Konteksnya sudah sangat berbeda dari sebelumnya, Diana. Konteksnya sungguh sudah berbeda, sekarang dia sudah mempunyai wanita lain di hatinya yang lebih dominan daripada dirimu ...."
Penjelasan Bae Hyun berhasil membuat Diana lemas. Pikirannya semrawutan sudah. Bibirnya ingin mengatakan sesuatu untuk menyangkal omongan mengerikan Bae Hyun, tetapi terkelu.
"Mianhae. Aku berkata seperti itu barusan. Aku hanya ingin mengingatkanmu kalau jangan anggap remeh semua ini, perasaan manusia itu gampang berubah, apalagi ketika kita sudah menemukan sosok lain yang membuat nyaman," imbuh Bae Hyun dengan nada rikuh, tetapi juga tegas.
Sedangkan, Diana masih membisu. Kepalanya menggeleng-geleng pelan untuk menyangkal.
"Jadi, apa yang harus kami lakukan selanjutnya, kami menunggu perintahmu, Di."
Diana masih membisu. Ia mendadak tidak bisa berpikir lebih selain rasa khawatir berlebihan akan perasaan Chanyeon yang nyaman dengan Alina. Kedua mata kelamnya sudah memanas, tetapi ia tidak boleh menangis untuk sesuatu yang belum pasti terjadi ini. Pada akhirnya memliih memejamakan mata sejenak, mencari jalan keluar di sana.
Hingga akhirnya Diana membuka kelopak matanya. Bibir kenyalnya mulai bergerak menyuara sembari menatap kosong jalan aspal dengan view seorang lelaki sedang menghentikan laju lari paginya.
"Berilah informasi bahwa yang menolong Chanyeon Oppa pertama kali bukanlah seorang lelaki seperti dalam artikel yang beredar, katakan bahwa yang pertama kali menolongnya adalah seorang wanita, kupastikan dia akan mencari informasi tentangku setelahnya, setidaknya untuk berterima kasih. Atau ...." Omongan Diana mengambang. Dia memikirkan mendiang Rara Ahjumma. Ingin memberitahukan tentang beliau pada Bae Hyun, tetapi ia masih ragu dengan satu ini.
"Atau apa, Di?" Bae Hyun mulai tak sabaran.
Diana tampak menggeleng pelan tanpa mendengar dengan baik suara Bae Hyun dalam telepon lewat handsfree yang terpasang di telinga. Menyangkal bahwa belum saatnya menautkan Rara Ahjumma, ia harus beralih ke alternatif lain.
"Bawa Chanyeon Oppa ke paranormal yang dulu memberikan saran untuk membawa seorang wanita tinggal di rumahnya, yang mana pada akhirnya dia membawaku ke rumahnya di hampir 4 tahun lalu. Dan pastikan, kau juga harus memancing paranormal itu membawa topik masa lalu tentang itu. Semoga ini juga bisa membantu tanpa aku harus menyerahkan diri siapa aku sebenarnya ...," tegas Diana, sebelum lelaki di jalan barusan sampai ke gubuk kayu persinggahannya. Tak segan mengulurkan botol air mineral yang masih tersegel ke arahnya sembari memberikan senyum manis itu yang selalu ia sukai dari waktu ke waktu.
Lelaki itu dengan senyum asimetris manisnya yang Diana puja adalah Dikta. Siapa lagi.
______________
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro