Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Nothing

"Siapa kekasihmu sebelum Alina?"

"Iya, siapa, Bae?"

"Aku tidak tahu, Chan," jawab Bae Hyun seraya sebelah tangannya meremas lengan Kyung Seo di sampingnya.

Kyung Seo yang sedang tidur dengan bersandar di punggung sofa langsung mengerjap. Memukul kepala Bae Hyun dengan sebelah tangan karena telah berlaku tidak sopan meremas kasar lengannya, cukup perih.

"Mwo? Bagaimana kau tidak tahu, kau adalah teman dekatku, Bae." Masih duduk di kursi piano, Chanyeon mengaura bingung sekaligus kesal dengan jawaban Bae Hyun yang asal-asalan.

Bae Hyun membenahi letak duduknya di sofa ruang keluarga rumahnya.

"Sungguh, aku tidak tahu. Kau adalah lelaki dengan tipe tidak mudah jatuh cinta pada seseorang. Dan selama ini kau tampak mempunyai kekasih juga hanya bersama Alina. Sebelumnya, kau tidak pernah menyinggung apa pun tentang sosok wanita spesial lain. Kecuali ... katanya kau pernah menyukai gadis bernama So Hee ketika kelas 2 sekolah menengah pertama," jelasnya sembari berakhir menghembuskan napas berat.

Di sampingnya, Kyung Seo mulai bangun. Menguping arah pembicaraan sembari memberi kode agar Bae Hyun untuk mengeraskan volume telepon.

"So Hee? Saat kelas 2 sekolah menengah pertama?" Chanyeon tampak mengerutkan kening. Ini fakta baru yang didapatkannya.

"Iya. Hanya itu."

"Apakah tidak ada wanita lain selain So Hee? Barangkali wanita yang dekat denganku dan diam-diam aku sukai. Atau apa pun?" Chanyeon terus menggali informasi lebih.

"Aku sungguh tidak tahu, Chan. Yang kutahu hanya sebatas itu. Dan member lain pun, kupikir sama," balas Bae Hyun, meneguk ludahnya, getir.

Di samping Bae Hyun, Kyung Seo mendengar percakapan dengan air muka cukup keruh.

Sedangkan, di tempatnya, Chanyeon menggeleng pelan. Ia merasa kesaksian Bae Hyun barusan tidaklah sepenuhnya benar, tetapi tentang fakta tepatnya ia juga tak tahu menahu.

"Omong-omong, ada apa, Chan? Mungkinkah ... kau sudah mulai mengingat sesuatu?" selidik Bae Hyun sembari bersitatap dengan Kyung Seo. Di mana Kyung Seo yang menguping sedari tadi dengan sambungan telepon yang dilos speaker ini langsung menggeleng pelan, berujar tanpa suara dengan bibirnya memola kalimat, Itu tidak mungkin, Bae!

"Belum. Aku belum mengingat apa pun, Bae ...."

Suara bass Chanyeon dari seberang telepon Bae Hyun tampak bernada putus asa. 'Kan ... Begitu mulut Kyung Seo berpola selanjutnya. Bae Hyun meneguk ludahnya yang getir lagi.

"Tapi ...." Pengecualian Chanyeon ini berhasil membuat Bae Hyun dan Kyung Seo antusias lagi. Bahkan Kyung Seo mendekatkan sebelah telinganya ke arah ponsel yang menempeli cuping telinga Bae Hyun.

"Aku merasakan keberadaan seseorang akhir-akhir ini ...."

Kedua mata sipit Bae Hyun dan Kyung Seo membulat berjamaah. "M-maksudmu?" selidik Bae Hyun.

"Aku ... aku merasakan keberadaan seseorang ketika aku duduk dengan pianoku. Semakin yakin sosok itu nyata ketika memainkan piano dengan River Flows in You ...." Satu lembaran tangan Chanyeon yang tidak memegang ponsel diulurkan ke arah tuts-tuts piano.

"M-maksdumu apa? Aku belum paham, Chan. Maksudmu ... kau sudah mulai mengingat seseorang? Bisa melihat rupa bagaimana seseorang itu? Atau apa?" Bae Hyun masih cukup bingung dengan otaknya dipenuhi terkaan. Pun begitu dengan Kyung Seo.

"Itulah yang sedang aku cari. Aku belum bisa melihat itu siapa. Aku sungguh belum bisa mendapatkan kembali kenangan masa laluku sepenggalpun. Namun, aku bisa merasakan, Bae. Aku bisa merasakan kehadiran seseorang yang kupikir dia cukup berharga di masa lalu. Kuyakin seorang wanita yang cukup berharga untukku ... tetapi bukan Alina." Hati Chanyeon berdenyut ketika bibirnya mengatakan pengecualian Alina. Ia merasa menjadi lelaki brengsek seketika sebab tanpa bisa ia pungkiri, akhir-akhir ini pikirannya banyak terkuras tentang sosok itu yang entah nyata atau tidak.

"Mungkin itu Alina. Dan kuyakin dia Alina. Siapa lagi, Chan?" jelas Bae Hyun. Mencoba memusatkan pikiran Chanyeon pada Alina, bukan ke yang lain-lain.

"Aku tidak tahu, tetapi aku yakin sekali dia bukan Alina. Mantan kekasihku, barangkali .... Tapi siapa? Tolong jujur padaku, Bae. Beri tahu aku, bantu aku dalam hal ini. Tenang saja, aku tidak akan pernah meninggalkan Alina karena masa lalu itu, karena aku sangat mencintai Alina, aku akan menikahi Alina setelah kontrak EXE habis. Kumohon beritahu aku sesuatu ...," pinta Chanyeon. Memohon dengan putus asa.

Permohonan Chanyeon barusan berhasil membuat Bae Hyun bersitatap lagi dengan Kyung Seo.

Bae Hyun meminta sebuah saran pada Kyung Seo lewat tatapan mata dalam untuk jawaban macam apa yang harus diberikannya. Ia tahu, Chanyeon sedang sangat kebingungan dan haruslah mendapatkan informasi valid. Namun--

Dan jawaban Kyung Seo adalah dengan gelengan lemah. Membuat Bae Hyun mengujar sesuatu yang membuat hatinya nyeri.

"Maaf, Chan. Aku sungguh hanya tahu sebatas itu ...."

***

Chanyeon tidak bisa tidur. Pikirannya masih semrawutan memikirkan sosok itu. Ia merasakan, kesaksian Bae Hyun tidak sepenuhnya jujur. Ia pun menelepon satu persatu member EXE yang lain malam ini juga, tetapi tetap nihil; mereka serempak sebatas tahu tentang So Hee dan Alina.

Apakah ini hanya sebatas ilusi konyol? Hati Chanyeon bertanya-tanya dengan lemas setelah mencari informasi pada member lain, hasilnya tetap sama dengan Bae Hyun.

"Jika sosok itu sungguh nyata. Seharusnya adalah sosok yang dekat denganku. Dan tentunya aku pernah membawanya ke rumah ini. Dan kupikir aku sempat memainkan piano dengan lagu Yiruma ini bersamanya. Dan jelaslah itu bukan So Hee. Rumah ini jelaslah sudah aku beli saat menjadi sosok idola. Jelaslah bukan So Hee yang palingan menjadi cinta monyet di sekolah menengah pertama dan sekarang pun sudah los kontak."

Chanyeon berbicara seorang diri di pinggiran ranjang sembari menatap ponselnya yang menampilkan layar daftar nomor kontak yang tersimpan di memori ponsel.

"Apakah sosok itu adalah Alina, seperti yang Bae Hyun terka?" Chanyeon mulai mengingat percakapan dengan Bae Hyun perihal prediksi sosok itu Alina. Jempol tangannya pun men-scroll daftar nomor kontak, mencari kontak Alina. Hendak memencet kontak Alina untuk bertanya tentang bermain piano bersama dengan River Flows in You, tetapi ia urungkan sebab sudah larut malam.

"Tetapi kuyakin bukan dia. Namun, siapa? Jika benar sosok itu nyata, kenapa harus menjadi so' misterius seperti ini? Dan kenapa kesannya malah jadi Bae Hyun dan member EXE lain yang kupikir seharusnya tahu tentang dia, malah menutup-nutupi keberadaan dia? Semua ini sungguh tidak lucu!" kesal Chanyeon untuk menutupi terkaan randomnya ini. Memijat pelipisnya yang terasa berdenyut dengan sebelah tangan. Menaruh ponselnya ke nakas.

"Jika sosok itu nyata dan aku pernah membawanya ke rumah ini, seharusnya ada kenangan lain yang tertinggal, tidak hanya pada sebuah piano dan lagu itu. Seharusnya ada hal lain yang harus bisa kurasakan, tetapi apa?" Pelipis Chanyeon semakin berdenyut. Ia tersiksa sekali oleh penasaran yang membakarnya. Ia harus mencari petunjuk lain tentang sosok itu yang nyata atau tidak. Sekecil apa pun, ia harus mencari tahu; entah itu bersifat menguatkan keberadaan sosok itu atau justru mematahkan keberadaan sosok itu.

Hal pertama adalah besok ia harus bertanya pada Alina secara cerdik tanpa menuai kecurigaan tentang semua ini. Setelahnya jika jawaban Alina menuai menguatkan keberadaan sosok itu, ia harus mencari informasi ke sumber lain yang juga ia tak tahu mau mencari ke mana. Namun, hal yang harus dilakukannya setelah bertanya pada Alina adalah ... ia harus mencari sesuatu di rumahnya sendiri, mencari sebuah benda barangkali yang bisa memicu untuk mengingat suatu hal, atau apa pun di rumah ini, semoga saja ia akan mendapatkan sesuatu sesuai atensi besok.

Untuk malam ini sudah cukup. Lelah sekali memikirkan sosok itu kini. Ia sadar, ia putus asa dengan semua ini, cukup kecewa juga dengan teman EXE yang seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Padahal apa salahnya jika ia bertanya tentang sosok itu yang mungkin spesial di masa lalu. Apakah mereka menakutkan nanti dirinya akan berpaling dari Alina? Ah, itu lucu sekali! Mana bisa, sosok itu jika nyata ada, tetapi tetap saja menjadi masa lalu yang sudah tertinggal jauh di belakang, tidak bisa mengubah rasa sukanya pada Alina, sungguh tidak bisa.

Chanyeon yakin, pikirannya banyak terkuras pada sosok itu, hanya sebab rasa penasaran tentang masa lalunya dan pula ... jelaslah ia ingin sekali bisa mengingat segala sesuatu itu di masa lalu, tak peduli sesuatu yang menyakitkan sedikitpun.

Apakah salah jika ia penasaran pada sosok itu yang bisa saja menjadikan jembatannya mengingat segala hal tentang memori yang hilang?

Chanyeon memberantaki rambut kepala lebatnya dengan sebelah tangan sebab kesal dengan keadaaan. Air mukanya keruh sebal. Bibirnya cemberut.

"Sabar, Chan. Aku yakin, kau akan menemukan titik temu di kemudian tentang semua ini, tentang masa lalu dengan segala rahasia milikmu yang kini lesap begitu saja. Dan jelaslah tentang sosok itu yang sebenarnya nyata atau tidak," omongnya pada diri sendiri untuk membuatnya tenang di kemudian. Mengakhiri dengan mengacak rambut kepalanya lagi sebelum beranjak berbaring tidur.

________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro