Harepan Tunnel
"Pergilah ke Terowongan Harepan di kota ini. Mitosnya, kau bisa menemukan seseorang terkasihmu di sana. Kapapun itu ...."
Itulah kecerobohan Diana dengan asal bicara pada Chanyeon. Ia lupa jika tabiat Chanyeon itu keras kepala dan sulit menyimpan penasaran.
Dulu, di malam itu, Diana tidak menakutkan apa pun perkara omongannya. Diana pikir dengan adanya kata "mitosnya" dalam ujarannya, Chanyeon tidak akan percaya dengan sesuatu berbau tahayul. Namun, nyatanya dugaannya salah besar, omongannya berhasil menghantuinya hingga kini.
Chanyeon benar-benar pergi dan membuktikannya. Sesuatu terjadi padanya dan bukan hanya sekedar kecelakaan lalu lintas yang beredar. Namun, entah apa.
Menurut mitos yang beredar, di terowongan dengan panjang jalur 6 km itu dihuni sesosok hantu perawan yang kerap menghantui lelaki putus asa karena cintanya tak terbalaskan; entah karena kurang restu, cinta bertepuk sebelah tangan, atau faktor lain.
Kasus kecelakaan dengan menabrak dinding beton terowongan di Lembang itu sebenarnya selalu terjadi di setiap tahun, entah satu, dua, atau lebih banyak korban lagi, dan entah selamat atau tidak. Ketika kasus kecelakaan lalu lintas itu ditilik lewat CCTV, motifnya sama; kendaraan yang dipakai korban tetiba oleng, menabrak dinding beton dengan begitu kerasnya. Menurut kesaksian sebagian korban selamat, mereka melihat sesosok wanita berbaju putih tetiba melintasi jalur kendaraan mereka. Ada juga yang melihat sesosok wanita itu berparas mantan kekasihnya, tetapi tak memungkiri ada juga yang tidak berkesempatan melihat wajah sosok wanita itu.
Pun begitu. Chanyeon mengalami kecelakaan lalu lintas dengan motif sama di Terowongan Harepan yang keramat itu. Sebagian juga merumorkan jika Chanyeon dihantui sesosok wanita penghuni terowongan. Beberapa artikel pun memuatnya dan sempat menjadi trending topik di beberapa kanal media sosial.
Entah Chanyeon benar-benar dihantui sosok wanita itu atau tidak, itu tidak lagi penting bagi Diana, yang jelas Diana tahu pasti bahwa karenanyalah Chanyeon celaka. Benar kata Alina; muara kesengsaraan Chanyeon adalah dirinya.
Bahkan tak hanya sekedar itu, yang menjadikan Chanyeon bingung dengan kehidupannya pun adalah dirinya, yang menjadikan Alina terjebak rasa bersalah masuk ke kehidupan Chanyeon pun adalah dirinya, begitu juga dengan yang lain seperti member EXE, Manajer Jang untuk berbohong jugalah dirinya.
Diana frustrasi seperti halnya dulu saat di toilet rumah sakit di Busan, saat diseret Alina, saat kematian ayah 2 minggu lalu. Dengan kenangan masa lalu pra kecelakaan Chanyeon yang hadir kembali layaknya di toilet itu berhasil membuat tubuhnya gemetaran.
Diana yang sudah rapi mengenakan jas putihnya dan tinggal berangkat kerja itu berhenti menyisir rambut hitam sebahunya. Mencoba mengatur napasnya agar normal kembali. Menatap pantulan wajahnya di cermin rias dengan polesan make up tipis. Perlahan-lahan bukan penampakan dirinya yang didapatkan, melainkan wajah wanita itu yang telah menjebaknya untuk membuat kesalahan sampai sejauh ini, Choi Julia.
Rahang Diana mengeras. Gigi-giginya saling menggertak. Kedua tangannya mengepal kuat. Netra kelamnya menatap tajam wajah ibu tiri Chanyeon itu dalam halusinasinya. Bara api dalam hatinya bergejolak begitu besarnya, ia sangat membenci wanita itu, wanita itulah yang menjadikan kehidupan Chanyeon menjadi serumit ini.
Tidak. Bukan hanya kehidupan Chanyeon, malainkan Choi Julia memperumit kehidupan Diana juga, bahkan Alina, dan tak sekedar mereka.
***
Chanyeon merasa ada sesuatu yang membebani Diana. Bukan tentang Diana yang mengatakan jika selama ini wanita itu berbohong perkara cerita fanfiksi, mengaku-ngaku sebagai sosok penggemar, dan tipikal wanita kentara pemalu. Bukan. Bukan sesederhana itu. Ia merasakan ada alasan lain kenapa Diana perlahan-lahan menjauh darinya.
"Maaf. Saya sungguh minta maaf untuk semuanya. Saya telah membohongi Anda, Chanyeon-ssi. Saya telah membodohi Anda selama ini. Saya sungguh minta maaf, tetapi lebih baik jangan pernah maafkan saya, bahkan setelah Anda kembali mengingat segalanya, Anda tetap lebih baik jangan pernah memaafkan saya ...."
Perkataan Diana itulah di malam ke-7 setelah kematian ayah Diana. Setelah seminggu wanita Indonesia itu tidak mau membalas pesan-pesan Line-nya, tetiba Diana meneleponnya dan jujur dengan segalanya; jujur perkara dirinya bukanlah wanita kentara pemalu itu, jujur perihal bukan sosok penggemarnya, hingga jujur tentang fanfiksi yang sekedar omong kosong.
Anehnya, Chanyeon justru merasakan kehilangan Diana setelahnya. Tidak ada rasa masygul yang tersisa untuk Diana karena telah membohonginya begitu, Chanyeon justru merasakan ada sesuatu sedang terjadi pada wanita itu, ada alasan tertentu kenapa wanita itu berbohong padanya. Dan, perkataan Diana " ... tetapi lebih baik jangan pernah maafkan saya, bahkan setelah Anda kembali mengingat segalanya ..." itu mencurigakan, membuat pikirannya dihinggapi rasa penasaran soal "apakah sebelum amnesia sebenarnya sudah saling mengenal?"
Fokus Chanyeon benar-benar pecah oleh Diana. Ia meneguk ludah seiring nona penata rias mengoleskan bedak finishing atas riasan wajahnya yang sudah selesai.
Ini adalah tampilan stage pertamanya dari comeback solo album Lost, seharusnya Chanyeon jangan mengalihkan perhatian ke hal lain dulu malam ini.
Hari pun terus berlalu. Chanyeon disibukkan dengan promosi album Lost-nya. Yang paling dinikmati Chanyeon setelah penampilan di stage, membuat konten dance challenge untuk diunggah di TikTok dan Instagram adalah hal lain yang sangat digemarinya, apalagi melihat-lihat dance para penggemar di TikTok dan Instagram yang ikut berpartisipasi. Juga dengan sederet rutinitas promosi lain, itu berhasil membuat Chanyeon mengalihkan atensinya pada Diana yang benar-benar telah kehilangan kontak.
Perkara dirinya tak kunjung didatangi ingatan masa lalu lagi pun tak mau dipermasaahkannya juga, apalagi perkara Anna--sudahlah . Ia justru sudah tidak sabar menanti momen akhir musim dingin, setelah promosi album Lost-nya selesai, tinggal berlibur ke Ukraina bersama Alina, untuk setelah itu sibuk kembali dalam penggarapan comeback EXE di musim semi.
Diana sendiri masih dikungkung oleh rasa bersalah pada Chanyeon dan sepertinya perasaan ini akan terus menghantuinya entah sampai kapan. Ia prediksi perasaan seperti ini akan sulit lepas begitu saja di saat untuk memaafkan diri sendiri saja ia belum bisa.
Diana masih membumbungkan harapan untuk Chanyeon bisa cepat mengingat semuanya. Bukan untuk dirinya bisa mendapatkan kembali pria itu dari Alina, melainkan untuk dirinya segera bisa meminta maaf, lalu melepaskan pria itu, tak peduli dengan adanya azam memberi satu kesempatan pada Chanyeon.
Kedua mata kelam Diana jatuh ke sebuah tas belanjanya siang akhir pekan ini di kasur. Terdapat beberapa tas belanja dengan warna berbeda.
Diana mendaratkan pantatnya di sisi kasur, membuka satu tas belanjaan yang berwarna cokelat bata, mengambil sesuatu di sana.
Sesuatu itu adalah beberapa lembar kain hijab pashmina dengan varian berbeda; mulai dari voal, sifon, jersey, hingga kashmir. Ia pun mengambil pashima voal warna hitam.
Beringsut ke meja rias, Diana mengikat rambut sebahunya setelah duduk di kursi rias. Sekon kemudian sebelah tangannya mengambil pashmina voal yang ditaruhnya di meja rias. Perlahan membentangkan kain panjang itu, menaruh kain itu ke kepalanya.
Tidak sampai 5 menit, Diana sudah rapi mengenakan hijab voal hitam dengan gaya menutupi dada.
Bergeming sejenak dengan tatapan horizontal ke arah cermin, hati Diana terasa gemetar mendapati wajahnya yang terkesan santun itu di sana.
Ini jelaslah bukan kali pertamanya dirinya berhijab, tetapi perkara kenapa hatinya bergetar, tak lain sebab sebuah azam yang sudah tertancap di hatinya ini.
Sebuah azam, jika hijab ini akan menjadi sahabatnya setiap hari.
Diana mengurvakan bibirnya. Yang akan menjadi manusia pertama paling bahagia dengan azam ini adalah Mama. Mama-lah yang selama ini mengidamkan ia untuk bisa lebih menunjukkan identitasnya sebagai Muslimah, setelah Kak Dina juga memutuskan untuk berhijab saat menikah dulu.
Hati Diana semakin bergetar. Tatapannya masih tak bisa lepas menatap wajahnya dalam pantulan cermin. Ia sudah yakin dengan semua keputusan ini. Ia ingin memperbaiki dirinya perlahan-lahan.
Setelah banyak hari digunakannya untuk merenung atas keresahan batinnya, akhirnya ia menemukan tekad ke titik ini. Ia pula menemukan, bahwa untuk saat ini, ia memilih masuk dalam mode pasrah. Mode pasrah untuk tidak lagi mengupayakan Chanyeon sedemikian seperti kemarin-kemarin, mode pasrah untuk ke mana arah jalan takdirnya menemukan sosok teman hidup.
Diana sudah tak mau lagi memaksakan keadaan. Ia memilih tak lagi melambungkan nama Chanyeon ke langit lewat doanya untuk dipersatukan. Doanya untuk Chanyeon kini hanyalah sebatas agar pria itu lekas sembuh dari amnesia, lalu mau memaafkan kesalahannya yang begitu besar, dan Chanyeon selalu dilingkupi kesehatan dan kebahagiaan. Doa yang ia lambungkan sekarang ke langit sebatas permintaan untuk dipertemukan dengan lelaki terbaik dari-Nya kelak sebagai teman sehidup sesurga, entah siapa itu.
Mode pasrah itu, tentang tak lagi memaksa ingin dipersatukan dengan siapa dengan menyebut sebuah nama, hanyalah ingin diberikan saja lelaki terbaik dari-Nya. Karena Diana memahami suatu hal kini; bahwa yang terbaik menurutnya belum pasti terbaik menurut Allah, pun sebaliknya, yang buruk menurutnya, belum pasti buruk menurut Allah.
Mode pasrah itu. Adalah dengan tak lagi meminta Chanyeon untuknya. Toh, jika pada akhirnya ditakdirkan, tak peduli aral melintang, pasti akan dipertemukan dan dipersatukan dalam momen paling tepat. Diana yakin itu.
________________
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro