Favorite Girl
EXE mendapatkan waktu libur setelah sukses melakukan tur konser Asia.
Chanyeon sendiri berlibur ke Indonesia bersama Kyung Seo. Tepatnya ke Lembang. Mereka berdua pun menyewa privat vila yang dekat dengan kebun teh.
Pagi memberingsut malam. Kabut tipis menggenang di udara. Embun-embun menggelayut di pucuk dedaunan.
Suara adzan subuh sayup-sayup terdengar ke area privat vila. Menembus rungu Chanyeon. Lolos membuatnya terjaga dari tidurnya.
Chanyeon pun mengangkat tubuhnya. Dengan langkah sedikit gontai, ia ke toilet untuk bebersih diri sebentar. Setelahnya, ia membawa tubuhnya ke balkon.
Ia berdiri di sisi balkon atas vila. Menatap hijaunya perkebunan teh di sana yang di selimuti oleh kabut. Runganya masih dimanjakan oleh suara adzan dari Langgar di pedesaan bawah sana.
"Rupanya kau sudah bangun, Chan," ujar Kyung Seo dari belakang dengan membawa secangkir teh hijau panas. Main vocal EXE ini bangun lebih awal dari Chanyeon dan sedari tadi berkutat di dapur untuk membuat wedang teh hijau.
"Iya. Seperti yang kau lihat, Kyung," jawab Chanyeon setelah Kyung Seo berdiri di sampingnya. Semilir angin dingin berhembus, lolos membuatnya memeluk kedua tangan.
Tampak Kyung Seo menyesap perlahan teh hijaunya yang masih mengepul.
"Kau mau aku buatkan teh?" tawar Kyung Seo.
"Tidak. Gomawo," sahut Chanyeon. Menatap lurus ke depan.
Kemudian mereka berdua membisu dengan menatap pemandangan asri yang masih berselimut kabut. Suara adzan dari Langgar pun tak terdengar lagi. Pikiran Chanyeon terseret dalam sebuah momen.
Tadi malam, Chanyeon memberikan diri berkunjung ke rumah Diana. Menemui Bu Sandra, mengungkapkan jika dirinya serius mengupayakan anak gadis beliau itu.
Bu Sandra menyambutnya ramah. Beliau pun memberikan petuah untuknya saat Diana enyah dari ruang tamu. Sebuah petuah; jika beliau percaya padanya untuk tidak mengecewakan Diana.
Maksud tidak mengecewakan Diana bukan berarti harus berakhir bersama, melainkan bisa jadi malah memutuskan menjauh. Dan Chanyeon belum bisa memutuskan pilihan untuk itu hingga saat ini.
"Keputusanmu esok, itu akan sangat mempengaruhi jalan hidup kalian berdua ke depannya, Nak. Karena itu janganlah gegabah. Jika kau tidak yakin dengan keputusan bersama Diana adalah jalan terbaiknya, maka jangan ragu tinggalkan Diana. Jangan dipaksakan. Karena jika dipaksakan; bisa jadi setelah setahun, dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun, atau lebih lama lagi, bisa jadi kau akan menyesali keputusanmu itu. Berakhir menyakiti hati Diana dengan begitu dalam ...."
".... Aku percaya padamu, Nak. Kau tahu apa yang terbaik untukmu dan Diana. Tak peduli itu berakhir penyatuan atau perpisahan. Kau harus memutuskannya tanpa mengandalkan keegoisanmu."
Chanyeon meneguk ludahnya. Petuah Bu Sandra itu benar sekali. Ia tidak boleh mengandalkan keegoisannya untuk memutuskan hubungannya dengan Diana.
Jujur, ia sangat terobsesi untuk berakhir bersama. Namun, jika tetap dipaksakan di tengah kurangnya keyakinannya untuk segaris iman dengan Diana, bisa jadi ia akan mengecewakan Diana di masa depan, entah itu setahun ke depan, dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun, atau lebih lama lagi, berakhir hubungan perpisahan layaknya kedua orangtua Diana, dan itu menyakitkan sekali.
Chanyeon menghempas napasnya. Mulutnya tampak mengeluarkan asap tipis.
"Chan, apakah kau benar-benar memutuskan menikah dengan Diana setelah kontrak EXE habis?" tanya Kyung Seo begitu saja.
Ada rasa nyeri tetiba hinggap di hatinya mendengar pertanyaan Kyung Seo itu. Chanyeon pun menengok ke arah Kyung Seo. Menatap bola mata jernih Kyung Seo yang tampak segan jika dirinya berakhir menjawab "iya". Karena memang akhir-akhir ini, para member EXE cukup tidak begitu setuju jika dirinya mengganti iman untuk mendapatkan Diana.
"Bisa jadi iya, bisa jadi tidak, Kyung. Aku belum bisa memutuskan," timpal Chanyeon sembari menepuk sebelah bahu Kyung Seo, mengurvakan bibirnya.
"Baiklah. Aku percaya padamu. Pada akhirnya kau akan memutuskan sesuatu yang menjadi hal terbaiknya untuk hidupmu," ujar Kyung Seo.
"Pasti." Chanyeon menepuk sebelah bahu Kyung Seo lagi.
Sekon kemudian, mereka berdua membenahi posisi. Menunggu sunrise dari balkon atas vila ini.
Hingga menunggu cukup lama sampai Chanyeon membuat teh hijau panas juga, menyesapnya di kursi balkon, tampaklah sunrise yang sangat memukau. Ia dan Kyung Seo pun mengabadikan langit kemerahan itu dalam potret ponselnya.
Sampai pada akhirnya, seruan seorang perempuan mengalihkan atensi Chanyeon dan Kyung Seo.
"Oppa!"
***
Seorang perempuan yang berseru barusan itu adalah Diana.
Sesuai janji, akhir pekan ini Diana akan memasak sarapan pagi untuk Chanyeon dan Kyung Seo. Ia jelaslah sudah mendapat izin pemilik vila-nya ini yang tak lain adalah Mamang-nya. Beliau malah merekomendasikan Diana untuk memasak nasi timbel khas Sunda.
"Kau mau memasak apa, Anna?" tanya Chanyeon saat nimbrung ke dapur. Mengamati Diana yang sedang menggoreng ayam.
"Nasi timbel," sahut Diana. Tetap fokus dengan gorengan ayamnya.
Sedangkan Rahma, sepupu Diana yang menemani Diana memasak ini sedang mengukus nasi.
"Nasi timbel? Apa itu, Anna?"
"Nasi yang dibungkus dengan daun pisang."
"Oh, jadi daun pisang di kitchen island itu nanti untuk membungkus nasi?" Chanyeon meminta kejelasan lebih.
"Iya. Sudahlah. Jangan banyak tanya. Lebih baik main sama Gembul saja sana. 'Kan Oppa yang memintaku membawa serta Gembul ke sini, kenapa malah bermainnya dengan Kyung Oppa?" tanya Diana. Melirik ke arah Chanyeon sejenak.
"Aku sedang ingin berduaan dengan pemiliknya," bisik Chanyeon. Sengaja menggoda Anna-nya.
Diana mendengkus. "Jauhkan mukamu," titahnya pada Chanyeon yang wajahnya ini sangat dengan telinganya yang tertutupi hijab silver.
Tanpa disuruh dua kali, Chanyeon menarik wajahnya, berujar, "Mianhae ...."
"Hmm ...." Diana meniriskan minyak ayam goreng yang sudah matang.
"Anna ...."
"Hmm ...."
"Aku mencintaimu ...."
"Aku sudah tahu."
"Sangat-sangat mencintaimu ...."
"Aku sudah tahu. Buat apa kau terus mengulang itu, ha?" cicit Diana yang kini sedang mencuci cabe untuk membuat sambal. Menengok ke arah Chanyeon sejemang dengan tatapan risih.
Chanyeon mendemgkus. "Tabiatmu masih sama, ya? Tukang ketus!" komentarnya, kesal sebab tidak mendapatkan respon apik.
"Memang aku tukang ketus. Dan juga galak!" jelas Diana. "Pergi sana!" imbuhnya. Menatap Chanyeon dengan tatapan lebih kesal.
Lolos membuat Chanyeon murung. Manyun. Dan Diana tak bisa menahan senyum geli.
"Anna," sebut Chanyeon sembari khidmat mengamat ulasan senyum Diana ini.
Diana menaikkan sebelah alisnya.
"Pakai ini," kata Chanyeon sembari tetiba mengulurkan headphone nirkabel biru yang sedari awal berada di sebelah tangannya.
Diana menyempatkan menaruh cucian cabe-nya dulu ke top table, lalu menerima headphone, memakainya.
Chanyeon sendiri langsung berkutat ke ponsel, memutar sebuah lagu dari penyanyi masyhur barat yang belum lama ini dirinya cover.
Musik pembuka lagu pun langsung memenuhi rungu Diana. Musik pembuka yang ceria dan ini rasanya tidak asing, tetapi ia belum bisa menebak ini lagu apa.
I always knew you were the best
the coolest girl I know
so prettier than all the rest
the star of my show
so many times I wished
you'd be the one for me
but never knew you'd get like this
girl what you do to me
Seutas senyum singgah di bibir Diana. Ia sudah tahu Chanyeon men-cover lagu apa sekarang. Itu lagu jadul milik Justin Bieber; Favorit Girl. Lagu bucin.
you're who I'm thinkin of
girl you ain't my runner up
and no matter what you're always number one
"Lagu itu cukup mewakili perasaanku padamu, Anna," jujur Chanyeon. Memecahkan fokus Diana pada lagu yang sedang didengarnya.
my prize posession
one and only
adore ya girl i want ya
the one I cant live without
that's you that's you
__________________
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro