Chagiya
"Di dunia ini, apa yang paling berharga bagimu selain keluarga, Anna?" tanya Chanyeon disela-sela mereka berempat melakukan jalan-jalan pagi di perkebunan teh.
"Yang paling berharga bagiku selain Keluarga, ya?" sahut Diana yang berjalan tepat di depan Chanyeon, tanpa menengok ke belakang. Angin berhembus cukup besar, berhasil membuat ujung hijab pasmina silver Diana tergelanyut.
"Kalau kau, Oppa?" Kini Diana menengok ke arah Chanyeon dengan menghentikan langkah sesaat. Tertinggal langkah Kyung Seo dan Rahma yang berjalan di depannya.
"Kenapa kau malah balik tanya padaku?" cicit Chanyeon. Mengeluarkan kedua tangannya yang sedari tadi ia selipkan ke saku hoodie abu-abu.
"Aku ingin tahu jawabanmu dulu," kata Diana. Mulai berjalan mundur. Lolos membuat Chanyeon meneruskan langkanya lagi.
"Kalau aku ... adalah dirimu, Anna," jujur Chanyeon sembari menaikkan alisnya. Tersenyum semringah.
"Lalu bagaimana denganmu, Anna? Apakah jawaban itu adalah aku, hmm?" imbuhnya dengan jemawa.
Diana yang masih berjalan mundur mendecak, "Dasar tukang ge-er!" Lalu berbaik, berjalan dengan normal. Berlari kecil menyusul ketinggalan Kyung Seo dan Rahma.
"Tapi benar 'kan?" seru Chanyeon dengan intonasi suaranya ditinggikan. Ikut berlari kecil membuntuti Diana. Berakhir mensejajari Anna-nya.
"Itu aku 'kan?" ledek Chanyeon sembari melirik ke arah Diana di sampingnya.
Diana menghembuskan napasnya sejemang. Menimpali tatapan Chanyeon sembari terus berajalan santai. "Tidak. Kau salah besar, Oppa."
"Lalu siapa?"
"Yang jelas bukan dirimu."
Chanyeon cemberut.
"Lalu siapa jika bukan aku, hmm? Apakah sahabat atau malah pasienmu?" selidik Chanyeon. Sudah tidak bersemangat untuk bertanya.
Diana tersenyum, malah menganggurkan Chanyeon dengan menatap indahnya panorama hijau kebun teh.
"Keimanan pada Tuhanku. Itu yang paling berharga bagiku, Oppa. Dan aku akan terus menjaganya sampai mati, apa pun yang terjadi sekalipun mengharuskanku berpisah dengan orang-orang yang kusayangi," saksi Diana, menatap Chanyeon dengan wajah berpendar pancarona.
Mendengar kesaksian Diana barusan, tetiba hati Chanyeon dihanggapi rasa ngilu. Ia cukup merasa tersindir sekalipun ia tahu sekali bahwa Diana tidaklah sedang menyindirnya.
"Kau benar sekali, Anna," sahut Chanyeon setelahnya.
Diana menggangguk. Mengurvakan bibirnya dengan apik. Lalu kembali fokus ke arah jalan setapak di perkebunan teh.
"Katanya kau mau memotret indahnya perkebunan teh ini, Kyung Oppa," omong Diana pada Kyung Seo yang berjalan di depannya ini. Mengingatkan perkara niat Kyung Seo ingin mengabadikan momen tea walking mereka ini pada kamera DSLR yang sudah menggantung di leher, malah lupa, sibuk mengobrol dengan Rahma yang berjalan berdamping dengannya.
Seketika Kyung Seo menengok ke arah Diana.
"Aigo, aku lupa, Di," sahutnya. Tersenyum tipis. "Gomawo sudah mengingatkanku," imbuhnya. Lalu sibuk meraih kamera DSLR, mulai mencari angle yang bagus.
"Dasar!" decak Diana. Tersenyum lebar.
Sedangkan, Chanyeon sedang mengamati sebelah tangan Diana yang menganggur. Sebelah tangannya sudah gatel sekali ingin meraih sebelah tangan Diana, lalu menggenggamnya, bergandengan tangan sembari berjalan santai mengitari perkebunan teh yang asri ini. Namun, ia tidak mempunyai cukup keberanian untuk itu, ia tahu jika ini tidak lagi tindakan sopan untuk Anna-nya. Tapi bisakah untuk sebentar saja?
Chanyeon gugup sendirian. Ia memilih bebal dengan mencoba mengarahkan sebelah tangannya ke sebelah tangan Diana, secara perlahan sekali, hingga tingga satu inci sampai pada tangan lembut itu, Kyung Seo mengalihkan atensinya.
"Ya! Tinggal kalian berdua yang aku foto," ucap Kyung Seo yang tetiba berbalik, mencoba mengambil angle dengan eye level.
"Mwo?" sahut Diana dan Chanyeon bersamaan. Lalu mereka berdua saling melirik ke samping, saling menatap untuk bertanya perkara apakah hendak berfoto bersama.
Rupanya Kyung Seo tak punya waktu untuk menunggu. Ia gesit mengambil gambar di saat Chanyeon dan Diana saling tatap sebelum sebuah pertanyaan keluar dari mulut Chanyeon, " Ayo foto bersama, Anna. Bukankah itu ide yang bagus?"
Seutas senyum singgah di bibir mojang berambut hitam sebahu, alias Rahma yang menonton mereka berdua di LCD belakang kamera DSLR.
***
Seiring dengan sinar mentari yang semakin hangat, mereka berempat ikut kegiatan memetik daun teh bersama beberapa ibu pekerja.
Kyung Seo tampak lucu dengan kepala menggunakan caping alias tudung petani yang terbuat dari silatan bambu. Ia juga meminjam keranjang gendong sekaligus gunting petik.
Sedangkan, Bu Mar yang peralatan bekerjanya dipinjam itu mengajari Kyung Seo cara menggunting pucuk daun teh yang benar dengan meminjam gunting milik Bu Ani temannya.
Kyung Seo pun serius mempraktikan cara memotong pucuk daun teh dengan gunting pemetik, di mana gunting pemetik itu sudah di modifikasi dengan tambahan wadah plastik yang menempel di ujung gunting, berfungsi untuk mewadahi hasil petikan.
Chanyeon yang satu meter di depan Kyung Seo sibuk memvideo main vocal EXE ini.
Diana dan Rahma khusuk menonton cara Kyung Seo memanen daun teh itu; telaten memetik dengan hati-hati, lalu menaruh petikan daun teh di wadah pada gunting ke keranjang bambu.
"Tampaknya Kyung Oppa berbakat jadi pemetik daun teh," ledek Diana yang berdiri di samping Chanyeon.
"Berbakat sekali, Anna. Bisa jadi Kyung tertarik dengan profesi satu ini untuk nanti setelah puas jadi idol," sahut Chanyeon. Kedua tangannya beralih mengarahkan kamera DSLR ke arah Bu Mar dan Bu Ani yang berada di petakan pohon teh samping Kyung Seo.
Tahu jika fokus video Chanyeon mengarah ke mereka berdua, Bu Mar dan Bu Ani semangat melambaikan tangan.
"Ini pekerjaan yang tidak mudah. Harus terampil dan cepat, Chan. Aku menyerah. Baru beberapa menit saja punggungku sudah encok dan kedua tanganku pegal," jelas Kyung Seo yang menyudahi memetik daun teh.
"Kau mau mencobanya, Chan?" tawar Kyung Seo.
"Boleh," timpal Chanyeon yang kini tangkapan videonya beralih ke petakan kebun teh yang terbentang menanjak di sana.
"Iya, kau harus mencobanya, Oppa," komentar Diana. Semangat.
Rahma yang di belakang Diana menepuk bahu Diana, bertanya dengan isyarat mata perkara apa yang sedang Chanyeon dan Kyung Seo bicarakan.
"Oppa Chanyeon katanya mau coba metik daun teh," jelas Diana pada Rahma.
Mendengar kejelasan itu Rahma mengangguk. Wajahnya berubah antusias menunggu giliran Chanyeon mencoba melakukan pekerjaan satu ini.
Kyung Seo pun melepas perlengkapan memetik daun tehnya, memberikan pada Chanyeon. Namun, Chanyeon malah memakaikan caping ke kepala Diana, lalu memakai keranjang bambu gendong, meraih gunting petik. Tinggal Diana yang memvideo.
Rupanya Chanyeon banyak gaya, lelaki jangkung ini sok-sokan memotong cepat pucuk daun teh dan memasukkan gesit ke keranjang layaknya Bu Mar dan Bu Ani, tetapi malah gatot; berujung guntingan daun teh pada pohonnya tidak rapi sejajar dan saat memasukkan hasil petikan ke keranjang yang digendongnya juga banyak yang menghambur keluar keranjang, alhasil terkena tabokan Bu Ani.
"Dasar payah!" decak Diana akan polah Chanyeon. Yang lainnya memilih tertawa ringan. Dan Chanyeon meminta maaf, memunguti petikan daun teh.
Sekitaran setengah jam ke depan, sesi memetik daun teh usai. Mereka berempat pun berpamit pada Bu Mar dan Bu Ani untuk meneruskan perjalanan mereka kembali ke vila.
"Aish! Aku jadi lapar, padahal sudah sarapan dengan nasi timbel buatanmu barusan, Anna," keluh Chanyeon di sela perjalanan pulang.
"Aku juga, Chan. Sepertinya karena pagi-pagi kita sudah berkerja keras memetik daun teh." Kyung Seo yang berjalan di belakang Chanyeon menyahuti.
Bukan menyahuti perkataan, Chanyeon malah tertawa renyah.
"Bekerja keras apanya?" cibir Diana yang berjalan paling depan sembari mengambil gambar video hamparan hijau perkebunan teh di hadapan.
"Ayo memasak sesuatu lagi, Anna," ajak Chanyeon pada Diana yang berjalan di depannya setelah Rahma.
"Baik."
"Nasi goreng," pinta Chanyeon dan Kyung Seo bersamaan. Berhasil membuat Diana menghentikan langkah, berbalik ke belakang.
"Kalian mau nasi goreng?" selidik Diana dengan fokuskan kamera ke arah Chanyeon, lalu Kyung Seo. Dan mereka berdua mengangguk berjamaah seperti bocah sampai Rahma menahan senyum geli ke arah mereka berdua.
"Baiklah. Tapi sepertinya aku hanya bisa menambahkan nasi goreng kecap dengan telor mata sapi," ujar Diana. Lolos menciptakan pendar pancarona di wajah Chanyeon dan Kyung Seo.
Lagi. Mereka berdua menjawab serentak, "Tidak masalah."
"Asalkan buatanmu, Di. Pasti enak," imbuh Kyung Seo.
"Sesederhana apa pun makanan yang dibuat Anna-ku, pasti selalu jadi menu istimewa." Ini imbuhan Chanyeon. Sembari cengengesan.
Diana tidak menanggapi apa pun. Memilih berbalik, meneruskan langkah diekori Rahma.
Otomatis, Chanyeon dan Kyung Seo pun mengekori dua mojang ini. Chanyeon malah menyalip, jadi berjalan di posisi paling depan.
"Ayo, jalannya yang cepat, Anna. Aku sudah lapar sekali," keluh Chanyeon beberapa saat setelah berbalik, berjalan mundur.
Diana menyudahi sesi memvideo. Memberikan kamera DSLR ke Kyung Seo lewat uluran Rahma.
"Sabar!" cicit Diana pada Chanyeon usai itu.
Chanyeon mendengkus. Lalu sebelah tangannya gesit meraih sebelah tangan Diana dan menariknya agar berjalan lebih cepat.
Mendapat sentuhan dan tarikan tangan itu membuat kedua mata Diana membulat, lantas mengumpat, "Ya!" Melepas paksa gandengan tangan Chanyeon.
Kini tinggal Chanyeon yang terhenyak. Langkah kakinya terhenti mendapati sentakan di sebelah tangan. Baru sadar jika ia tadi menggandeng tangan Diana.
Chanyeon menengok ke arah Diana yang tampak bermuka kesal. "Mianhae, Anna. Aku tidak sengaja," maafnya ini dengan raut rikuh.
Masih menatap Chanyeon kesal karena belum percaya barusan itu tidak sengaja, Diana galak memerintah, "Cepat teruskan langkahmu!"
Tapi Chanyeon bebal, ia sedikit membungkuk dan meminta maaf lagi. "Maafkan aku ya, Chagiya ...."
Alhasil bukan pengampunan yang didapatkan Chanyeon, Diana malah menginjak keras kaki Chanyeon dengan kakinya yang terbalut sepatu kets. Sebal sekali dipanggil Chagiya oleh Chanyeon.
Chanyeon meringis menahan sakit.
Rahma dan Kyun Seo mencoba menahan tawa.
__________________
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro