Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Annyeonghaseyo

Pagi-pagi saat udara masih berkabut, Chanyeon bangun dan segera mandi. Semalam ia tidak bisa tidur nyenyak, terpikir akan beberapa kebetulan yang baru didapatkan untuk mencari sosok Anna terus menerus.

Setelah membungkus badannya dengan sweater rajut, Chanyeon turun ke bawah untuk mengambil kotak cokelat yang katanya ditemukan Hyori Ahjumma di gudang. Sebelum ke ruang terdapat rak buku besar miliknya, ia pun berpapasan dengan Hyori Ahjumma yang sudah datang dan segera menuju pantry.

Chanyeon membuka kotak cokelat itu setelah mengambilnya dan duduk di bean bag yang ada. Segera mengambil gelang rantai berlian dan cincin paladium yang sama persis dengan yang dipakai Diana dalam fotonya sekitaran tahun 2021.

Chanyeon mengenakan cincin paladium ke jari manisnya. Entah kenapa ia yakin cincin ini memanglah miliknya dan sepertinya asumsi itu memang benar; karena Hyori Ahjumma juga menemukan di gudang rumahnya dan berpikir itu miliknya. Namun, masalahnya siapa si pemilik pasangan cincin, gelang rantai berlian, dan jepit rambut klip? Kenapa harus ditemukan di gudang yang mengesan benda ini tak lagi berarti? Kalau begitu, apakah aslinya semua pernik wanita di kotak sudah pernah diberikan pada seseorang, lalu dikembalikan saat hubungan berakhir?

Chanyeon mendesah dengan asumsi yang berkelebat. Ia pun menjadi teringat terdapat jepit rambut klip renda telinga kelinci di postingan Diana, tetapi bukan terpakai oleh Diana, melainkan terpakai oleh teman Korea wanita itu.

Aish! Kenapa harus Diana yang kau dicurigai sebagai Anna, heh?! Batin Chanyeon berdecak. Ia memukul-mukul kepalanya dengan sebelah tangan, banyak atensi mengarah kepada Diana yang menurutnya aneh dan membuat frustasi.

Hei! Bukankah terlalu banyak kemungkinan kebetulan di dunia; termasuk dalam hal cincin yang sama, gelang yang sama, jepit rambut yang sama, nama yang sama, bahkan hal lain seperti tak terhingga. Ini bukan Diana, wanita itu hanya sosok penolong, tidak mungkin juga kau kenal dengan wanita Indonesia itu! Dan Diana bukanlah Anna! sangkal Chanyeol, masih dalam batin, memukul kepalanya lebih keras.

Membiarkan jemari manisnya tersemat cincin paladium, Chanyeon memasukkan gelang rantai berlian ke dalam kotak, meletakkan kotak cokelat ke meja di hadapan, mengambil ponsel.

Lagi. Chanyeon berselancar ke beranda Instagram Diana. Entah kenapa ia mau bersusah payah dengan kekonyolan ini lagi. Mencoba mencari sesuatu di sana, entah apa.

Chanyeon mengamati waktu posting Diana. Tepatnya ia mencari kapan awal Diana tampak memakai cincin paladium dan gelang rantai berlian, juga akhirnya kapan tak lagi tampak memakai keduanya itu.

Khidmat sekali Chanyeon berselancar di atas layar digital ponselnya. Sesekali keningnya juga tampak mengerut, disela bibirnya cemberut.

Beberapa saat ke depan Hyori Ahjumma mengantarkan teh hijau panas ke meja Chanyeon dengan camilan roti soboro ppang. Laku khidmat stalking Chanyeon pun terjeda untuk memberikan senyuman pada Hyori Ahjumma serta berterima kasih.

Rehat sejenak, Chanyeon menyesap perlahan teh hijaunya yang masih mengepul. Memakan satu soboro ppang. Kemudian melanjutkan stalking.

Entah sekon ke berapa setelahnya, Chanyeon mendapatkan sebuah kesimpulan dari hasil stalking-nya pagi ini; bahwa Diana tampak terlihat memposting foto menggunakan gelang rantai berlian lebih awal daripada cincin paladium dan tampak tak menggunakannya lagi secara serempak, dan semuanya hanya di postingan tahun 2021 dengan kurun waktu sekitaran 3 bulan. Begitulah kesimpulan yang didapatkannya lewat cara memeriksa foto postingan yang ada, yang mana tetap saja ini belum dipercayai kekonkretannya.

Chanyeon memilih menyesap teh hijaunya lagi. Sekon setelahnya, perhatiannya teralihkan pada pesan Line dari Samchon, alias Manager Jang.

Aku sudah menghubungi Nona Diana, Chan. Setelah menjelaskan segalanya, akhirnya dia mau bertatap muka denganmu lewat videocall. Tetapi dia tidak bersedia nanti malam karena dia mempunyai jadwal autopsi, jadi besok pagi jam 8 waktu Seoul.

Seulas senyum terbit di bibir Chanyeon. Entah kenapa mendapati kabar ini membuatnya bisa bernapas lega sebelum beringsut bersiap berangkat kerja.

***

Waktu terasa berjalan cepat bagi Chanyeon maupun Diana. Tak terasa pagi sudah mengalihkan malam.

Udara masih berkabut di Lembang. Tak seperti biasanya, Diana mandi pagi sekali setelah salat subuh. Dari semalaman ia sudah deg-degan akan datangnya momen ini yang akan betatap muka dengan Chanyeon setelah sekian lama.

Konyol. Begitulah kata yang tepat untuk mengumpat Diana kini. Setelah mandi dan masih mengenakan bathrobe putih, ia tinggal rusuh memilih pakaian di lemari, mencari-cari pakaian yang paling tepat untuk pertemuan ini.

"Ini hanya tatap muka lewat videocall, Diana!" umpatnya kemudian setelah sadar akan kekonyolannya pagi-pagi.

"Motifmu apa coba pilih-pilih baju kaya orang gila ini, heh!" decaknya sembari menatap lampiran asal beberapa pakaian di atas kasur.

Diana mendengkus. "Sadar, hoy! Sadar!" Menepuk-nepuk kedua pipi. "Jangan terlalu bersemangat seperti ini, okay?!" imbuhnya sembari memasukkan satu persatu pakaian ke lemari. Berakhir memilih mengenakan oversize sweater warna putih dan celana jeans.

Setelah sekian lama, akhirnya ia merasakan gugup seperti ini lagi; gugupnya orang yang sedang jatuh cinta dan hendak bertemu. Ia pun merasakan dirinya kini seperti remaja labil lagi yang sangat mengutamakan penampilan ketika hendak bertemu dengan seseorang yang ditaksirnya; pokoknya harus kece dan terkesan sesuatu deh buat si dia.

Bahkan untuk merias wajah saja Diana bingung kini; hendak mengenakan eyliner sayap layaknya Cleopatra atau tidak. Berakhir malah mendengkus, mengumpati diri sembari menatap cermin di meja rias.

"Ini berlebihan. Dan pagi-pagi seperti ini seharusnya tidak usah berdandan menor. Lagian juga tempatnya di kamar sendiri, buat apa juga dandan. Dasar sudah tidak waras!"

Akhirnya Diana meninggalkan semua make up-nya setelah melembabkan bibir dengan lip balm.

Waktu terus berjalan, Diana sudah tidak sabaran menunggu pesan Chanyeon lewat Line pribadi lelaki itu. Jadi nanti video call-nya memang lewat Line, mereka berdua berbagi ID Line dengan saling berjanji menghormati privasi masing-masing dengan tidak menyebarnya ke orang lain.

Diana membulatkan kedua mata kelamnya ketika memeriksa akun Line-nya di laptop, menemukan pesan masuk dari Chanyeon. Ia membenahi posisi duduknya di bean bag, membenahi letak laptop di atas pahanya juga untuk kemudian membuka pesan.

Selamat pagi, Euisa-nim.

Begitu isi pesan Chanyeon dengan tulisan hanguel. Rupanya Chanyeon memilih menggunakan bahasa Korea setelah tahu Diana cukup lama tinggal di Seoul.

Dengan jantungnya mendebar cepat, Diana gesit membalas.

Selamat pagi juga, Chanyeon-ssi.

Setelahnya Diana keteteran meninggalkan laptopnya untuk membawa meja kecil ke kamar, meletakkan laptop di atas meja kecil itu dan duduk di bean bag lagi.

Apakah Anda sudah sarapan, Euisa-nim?

Diana mengembangkan senyum tatkala mendapat pesan balasan. Cukup terkesan dengan sikap basa-basi penuh perhatian itu.

Sudah, Chanyeon-ssi. Bagaimana dengan Anda?

Jawab Diana begitu. Membenahi letak poni rambutnya yang masih rapi.

Saya juga sudah sarapan, Euisa-nim.

Jika begitu, apakah kita memulainya sekarang saja?

Diana membaca balasan lanjutan Chanyeon dengan meneguk ludah. Jantungnya semakin menggedor-gedor rancu dadanya. Mengetik balasan singkat dengan sangat gugup.

Tentu. Mari kita mulai sekarang, Chanyeon-ssi.

Sesaat kemudian, panggilan video call dari Chanyeon masuk, Diana segera menerimanya.

Diana pun terpaku menatap Chanyeon di layar laptop. Wajah idola hallyu ini tampak sangat segar dengan rambut legam slanted sweep, mengenakan gaya apa adanya dengan sweater gradasi black-grey.

Masih terpaku, Diana mengamat cermat bibir Chanyeon yang mengurva hingga lesung pipit di sebelah pipinya tampak. Akhirnya senyum itu yang sangat dirindukannya selama ini bisa dirinya dapatkan kembali, ia bahagia sekali.

Hingga sekon kemudian, terlalu terbawa pesona magis Chanyeon membuat Diana seperti orang linglung, ia telat mendengar nada bass lelaki itu menyusup rungunya dengan ramah.

"Annyeonghaseyo ...."

___________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro