30: Gladiol Liar
From: [email protected]
To: [email protected]
Subject: Hai.
Date: 05/09/2018
Hai, Shad. Ini aku, Adina.
Aku menyesal tidak menanyakan keadaanmu yang sesungguhnya. Ed memberitahu segalanya. Tentang kecelakaan yang membuatmu tidak bisa ikut bermain drama. Tentang bagaimana sulitnya menghadapi perceraian orang tuamu. Tentang bagaimana keadaan ibumu saat itu. Tentang kau yang sangat ingin bebas dari penjara yang diciptakan oleh ayahmu. Aku merasa bersalah karena tidak mengenalmu seutuhnya.
Meskipun begitu, aku tetap kecewa kepadamu. Apa kau berniat untuk membalas dendam? Pergi tanpa pamit, seperti yang aku lakukan dulu? Jika tidak, segeralah balas pesanku ini.
——————————————
From: [email protected]
To: [email protected]
Subject: Hai (lagi)
Date: 10/09/2018
Hai, Shad. Ternyata kau memang balas dendam. Aku menerimanya dengan tulus. Semoga.
Hari ini kami mulai masuk sekolah setelah liburan yang terlalu singkat di akhir musim panas. Dua hari yang lalu, Kiera dan Ed mengunjungiku di Liberty. Sebagai informasi, aku sekarang bekerja paruh waktu di sana. Kau tahu? Kiera terlalu sering menjenguk Jory. Aku curiga dengan hubungan mereka, tetapi tidak terlalu keberatan. Ah, Jory akan masuk sekolah hari Senin depan.
Aku harap sekolahmu di sana lancar. Dan maaf, aku kembali memaksa Ed untuk mengatakan alasan kepindahanmu ke rumah ibumu. Dan aku sudah paham dengan kesepakatan antara kau dan ayahmu. Aku berdoa agar kau bisa masuk ke Universitas yang telah dipilih ayahmu itu.
Titip salam untuk ibumu dan Julie.
——————————————
From: [email protected]
To: [email protected]
Subject: Balaslah pesan ini (please!)
Date: 01/10/2018
Hai, Shad. Sepertinya kau tidak berniat membalas pesan-pesanku. Atau mungkin kau juga tidak berniat membaca pesan apa pun.
Sebenarnya, aku hanya ingin tahu kabarmu. Apakah kau baik-baik saja? Bagaimana dengan sekolah barumu? Apakah kantin di sekolah itu punya makanan yang lebih enak? Apakah kau sudah memiliki teman baru di sana?
Minggu lalu, Ed memberitahu alamat ibumu kepadaku. Tempat itu sangat jauh. Apa kau memang benar-benar ingin menjauh dari kami?
Shad, kami merindukanmu.
——————————————
From: [email protected]
To: [email protected]
Subject: Kabar buruk!!!
Date: 20/10/2018
Hai, Shad. Aku punya kabar buruk!
Ed dan Niki akan menjadi saudara tiri. Kau pasti sudah tahu tentang perceraian kedua orang tuanya bulan lalu. Aku, Kiera, Jory, dan Lula sampai harus menyeret Ed ke water park untuk mendinginkan amarahnya. Aku sampai harus bolos kerja hanya untuk menunggunya ditahan pihak keamanan karena menerobos antrean seluncuran raksasa. Andai saja kau ada di sini, emosinya mungkin bisa lebih terkendali.
Shad, kami masih merindukanmu!
***
"Mama, kami pulang!"
Julie membuka sepatunya dengan cepat, lalu berlari mencari ibunya. Seorang wanita paruh baya memeluk gadis berumur dua belas tahun itu dengan erat. Setelah itu, mereka melangkah ke dapur, menghampiri meja makan.
"Cookies!" seru Julie. Jarinya meraih biskuit bundar dengan taburan choco cips dari piring di atas meja makan.
"Cuci tangan dulu, Julie." Shad telah berdiri di dekat mereka, memerintah dengan lembut. Julie hanya cemberut tetapi tetap melaksanakan perintah kakaknya.
Shad membalas senyuman hangat ibunya, kemudian mencermati gerakan tangan wanita itu.
Ada kiriman untukmu. Aku menaruhnya di kamar.
Itu yang Shad tangkap. Meski baru sebulan mempelajari bahasa isyarat, Shad sudah mampu memahami apa yang ingin disampaikan ibunya. Shad segera mengangguk dan berkata, "akan aku periksa nanti."
"Apakah hadiah ulang tahun?" Julie duduk di meja makan dan mulai menikmati cookies kesukaannya.
"Ulang tahunku sudah lewat dua hari, Julie. Kau yang tidak memberiku hadiah." Shad mengacak rambut lurus milik adiknya itu.
"Shad, aku sudah memberimu kue."
Itu kue dariku. Ibunya ikut memanas-manasi.
"Aku membantu Mama membuat kue itu," bantah Julie, tidak ingin kalah.
"Pantas saja rasanya terlalu manis. Ternyata, adik manisku ikut membuat kue itu."
Julie tertawa geli ketika Shad menggelitik pinggangnya. Mereka lalu saling mengejar untuk saling menggelitik. Tawa riang segera memenuhi dapur kecil itu, menambah kebahagiaan di hati milik ibu mereka.
***
Suara robekan kertas menghentikan keheningan di kamar Shad. Laki-laki itu tidak ingin membuka bungkusan bernada cokelat di atas meja dengan hati-hati. Tidak ada nama dan alamat pengirim yang tertera di sana. Hal itu membuat Shad tidak menemukan gambaran apa pun tentang isi kiriman itu. Bungkusannya terlalu rapi dan tebal—berlapis. Seolah pengirimnya sangat ingin menjaga keutuhan dari benda yang dikirimnya itu.
Setelah berhasil membuka bungkusnya, Shad memicingkan matanya sejenak, lalu segera mengangkat benda itu. Sebuah lukisan yang menampilkan sungai Abraham.
Adina.
Pandangan Shad jatuh kepada amplop kuning lembut yang tertinggal di bungkusannya. Tanpa ragu, dia segera membuka amplop itu.
***
Saat lukisan ini dipajang di Golden Lake Art Center, semua orang yang melihatnya membantah judul yang kubuat.
Mereka bilang, tidak ada bunga apa pun di lukisan ini. Itu membuatku cukup khawatir. Lukisanku terlalu mudah untuk dibenci.
Shad membaca isi surat dari Adina dengan bersila di atas tempat tidur dan lukisan itu tergeletak di sampingnya.
Aku yakin, jika kau datang di hari itu, kau adalah satu-satunya orang yang mengerti tentang lukisanku tanpa perlu kujelaskan.
Kini, Shad memindahkan lukisan itu ke pangkuannya. Dia tidak terlalu paham tentang seni lukis dan tidak pernah mencoba untuk menafsirkan sebuah lukisan mana pun. Lukisan Adina cukup nyata. Air tenang dari sungai Abraham bersinar, memantulkan cahaya surya. Shad yakin kalau hari di lukisan itu bukanlah siang terik karena langit di atasnya memiliki nada jingga.
Lukisan ini kuberi judul Gladiol Liar. Hanya saja, mereka tidak mampu melihat bunga gladiol yang kumaksud.
Saat aku bertanya, apakah mereka pernah melihat tumbuhan gladiol? Semua menjawab iya. Tetapi yang mereka maksud hanyalah bunganya saja. Saat kutanya mengapa bunga seindah itu mendapat nama setajam pedang? Mereka tidak mengerti.
Shad, sepertinya memang banyak yang tidak mengerti kehidupan para remaja. Aku merasa kalau kita ini sama seperti gladiol liar di tepi sungai Abraham. Seperti bunga gladiol yang diberi nama hanya karena bentuk daunnya. Bunga seindah itu terpaksa mendapat nama setajam pedang.
Kita pun begitu. Remaja serapuh kita hanya akan dipuja jika mereka melihat bunga yang kita hasilkan. Lalu bagaimana jika bunga itu belum muncul? Kita hanya terlihat seperti rumput liar yang tidak berguna.
Aku rasa, sekarang kau mengerti di mana letak bunga itu. Simpanlah lukisan ini. Aku berharap, bersama gladiol liar di tepi sungai Abraham, kita mampu menunjukkan bunga-bunga indah sebagai bukti pasti.
(Catatan: tolong balas email-ku.)
"Apa itu, Shad?"
Shad segera melipat surat di tangannya dan memasukkannya kembali ke dalam amplop. Julie masuk ke dalam kamar dan naik ke atas tempat tidur, bersandar di tubuh Shad. "Indah sekali," ucapnya ketika melihat lukisan di pangkuan Shad.
"Kau menyukainya?" Shad merangkul adiknya itu.
Julie mengangguk. Jarinya menelusuri permukaan kanvas. "Apa yang mereka lakukan di sana?" Julie menunjuk dua pasang anak kecil yang duduk bersila di atas rumput dekat akar pohon. Mereka saling berhadapan dan tertutup rerumputan liar yang tingginya melebihi tubuh mereka.
"Sepertinya mereka sedang merawat sebuah tanaman," jawab Shad ragu.
"Tanaman apa?"
"Bunga yang sangat indah."
"Aku ingin melihatnya juga."
Shad menatap adiknya, lembut. Membalas senyuman gadis itu dengan tulus, lalu berjanji, "Kita akan melihatnya bersama-sama."
***
From: [email protected]
To: [email protected]
Subject: gladiol liar
Date: 02/11/2018
Adina, aku bukan siswa di GLI lagi. Jadi, berhentilah mengirimku pesan ke alamat email itu karena aku tidak bisa membukanya lagi.
Soal lukisanmu, aku baru saja menerimanya. Terima kasih banyak. Tidak ada yang bisa aku ceritakan saat ini. Tenang saja, semua terasa lebih baik sekarang.
Aku merindukanmu.
Shad.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro