11. Merebut
Happy Reading, Guys ❤
Jangan lupa vote dan comment, ya 😉
💛💜💛💜
"Jadi, mau apa kalian datang ke sini?"
Lisa menumpuk kaki kanannya di atas kaki kiri dengan wajah merengut malas. Ia menatap kedua teman dekatnya bergantian, menunggu salah satu untuk berbicara. Namun sudah dua menit berlalu, baik Jungkook dan Jaehyun masih setia membungkam mulut mereka.
Ayolah! Ini masih terlalu pagi untuk membuat Lisa kesal.
"Pulang sana kalau tidak ada yang mau bicara," usirnya dengan nada ketus.
"Eh, jangan ngusir gitu," seru Jungkook. "Sebelum bicara kami mau bertanya dulu. Suamimu sudah berangkat kerja, 'kan?"
Mata Jungkook dan Jaehyun kompak mengedar ke seluruh penjuru ruang tamu. Memastikan manusia mengerikan bernama Jung Taehyung tidak sedang mengawasi mereka. Karena jujur saja, kedua sahabat itu enggan kembali bertatap muka dengan Jung Taehyung.
"Kerja apanya? Dia ada di belakang kalian tuh." Lisa menunjuk belakang mereka dengan dagu. Sontak Jungkook dan Jaehyun menegakkan tubuh.
Sementara Kang Lisa menahan tawanya. Ia tidak menyangka, pria yang sejak dulu terkenal sebagai bad guys menjadi ciut di hadapan suaminya.
"Bercanda," kata Lisa akhirnya. "Kalian datang pagi-pagi sekali pasti karena tahu dia sudah tidak ada di rumah, 'kan?"
Netra Jungkook membulat sempurna. "Bisa tidak kalau bercanda jangan yang menakutkan seperti itu? Jantungku hampir copot tau!"
"Dasar pengecut!" ejek Lisa enteng.
"Diam!" seru Jungkook dan Jaehyun kompak. Membuat Lisa tidak lagi bisa menahan tawanya.
Jaehyun berdehem dua kali sebelum menyamankan tubuhnya. Ia tidak boleh lupa tujuan kedatangannya ke sini. "Lisa-ya! Kau tidak mau bercerai?"
Raut wajah Lisa berubah menjadi datar. Cerai? Tentu saja ia selalu memikirkan tindakan tersebut saat Taehyung membuatnya kesal. Tapi jika dia melakukan itu, ia khawatir dengan apa yang terjadi selanjutnya. Karena Lisa sadar betul saat ini Taehyung berperan penting untuk menjaga stabilitas keluarga Kang.
Ayahnya sakit-sakitan, dia tidak kompeten untuk menjadi penerus, dan saudara yang lain tidak ada yang bisa dipercaya. Jadi, hanya Taehyung yang bisa melakukannya.
Lisa memang sempat kecewa dan menganggap Taehyung penjilat. Namun, dia juga mengakui kalau Taehyung cukup kompeten dalam berbisnis.
Tangannya yang dingin dan mulutnya yang tajam mampu membuat lawan tak berkutik.
Lebih dari itu, memangnya ayahnya dan Taehyung akan menurut begitu saja kalau dia minta bercerai?
"Untuk saat ini jawabannya tidak." Lisa mengangkat tangan dengan yakin. "Kenapa kau bertanya? Kalau Taehyung dengar kalian pasti akan dipukuli lagi."
Jungkook berdecih. "Dia yang anjing tapi kenapa seolah dia yang memegang tali kekang di lehermu?"
Helaan napas keluar dari belah bibir Lisa. "Aku paham maksud baik kalian tapi aku bisa menjaga diri. Taehyung memang bajingan tapi dia tidak akan melukai tanpa alasan."
"Itu yang kami khawatirkan," sela Jaehyun. "Kau kan juga tidak bisa menjaga mulutmu. Kalau kesabaran Taehyung habis bagaimana?"
"Sudah jelas aku mendapat hukuman kalau sampai membuat amarahnya tersulut," sahut Lisa santai. Satu sikunya bertumpu pada armchair dengan telapak tangan yang menopang wajah.
Berbicara soal hukuman ia jadi teringat dengan malam-malam panas yang ia lewati bersama Taehyung. Lagi-lagi Lisa menghela napas. Si bajingan itu adalah satu-satunya pria yang mampu membuat dirinya kehilangan kendali.
Jungkook yang memperhatikan wajah Lisa memerah jadi menggertakkan gigi tanpa sadar. Akan jadi masalah bila Lisa sampai menjatuhkan hati pada Taehyung.
"Kalau baik-baik saja, ya sudah," katanya sembari berdiri. "Aku pamit."
Jaehyun menghela napas berat. "Aku juga pamit karena harus bekerja. Pokoknya kalau ada apa-apa hubungi saja kami."
Lisa berdecak. "Kalian bicara seakan bisa melawan suamiku saja."
***
Jungkook menggigit ujung jari, matanya menerawang melihat ke luar jendela. Ingatan tentang masa-masa dirinya bersama Lisa tanpa hambatan berputar di kepalanya yang kecil. Jungkook suka saat dirinya menjadi satu-satunya pria yang diandalkan oleh Lisa.
"Kau menyukai Lisa, 'kan?" Jaehyun melirik Jungkook yang duduk di kursi penumpang. Mereka berdua bekerja di perusahaan yang bersebrangan, jadi Jaehyun berinisiatif memberikan Jungkook tumpangan saat suasana hati pria itu tak baik.
"Kau yakin mereka berdua berciuman di Club malam itu?" tanya Jungkook serius. "Kau tidak salah lihat?"
"Hampir, Jungkook, hampir. Mereka hampir berciuman," jelas Jaehyun. "Jangan terlalu sakit hati, kalau Lisa bahagia biarkan saja."
"Mana bisa," kesal Jungkook. "Lisa sama sekali tidak terlihat bahagia, tuh."
"Tapi dia tidak mau bercerai," potong Jaehyun. "Walau bilangnya untuk saat ini, sih."
Jungkook menyugar rambut panjangnya. "Haruskah aku resign jadi pengacara saja dan mulai berbisnis?"
Jaehyun mendelik, hampir memukul kepala Jungkook kalau saja tak ingat dia sedang menyetir. "Untuk apa kau resign? Ayahmu akan membunuhmu kalau kau berhenti jadi pengacara."
"Sepertinya tidak akan marah kalau aku berakhir jadi menantu keluarga Kang."
"What? Bilang apa kau barusan?"
"Aku mau merebut posisi Taehyung."
***
"Anda baik-baik saja, Pak Presdir?"
Yura, salah satu sekretaris Taehyung bertanya dengan hati-hati. Melihat wajah pucat atasannya membuat ia khawatir. "Apa Anda sakit?"
Taehyung menggeleng. "Tidak apa-apa. Aku bisa mengatasinya dengan baik."
"Mau saya kosongkan jadwal Anda setelah ini? Sebaiknya Anda istirahat dulu," kata Yura membujuk.
Namun seperti biasanya, Taehyung masih bersikap keras kepala. Pria itu tetap serius membaca dokumen sebelum memberikan tanda tangan di atasnya.
Benar-benar definisi manusia gila kerja.
"Itu tidak perlu, jangan batalkan apapun. Lakukan saja sesuai yang dijadwalkan." Taehyung menyentuh dahinya yang berkeringat dingin. Tidak mungkin kan dia akan jatuh pingsan saat bekerja?
Yura mengernyitkan dahi saat melihat Taehyung menundukkan kepala. "Presdir?"
"Aku baik-baik saja," kata Taehyung. Kepalanya terasa berat dan matanya seperti terbakar. Taehyung selalu menjaga pola makan dan berolahraga di tengah sibuknya bekerja. Jadi, ia pikir dirinya akan baik-baik saja.
"Presdir, hidung Anda berdarah," teriak Yura panik.
Taehyung mengusap hidungnya dengan tangan. Bibirnya sedikit terbuka melihat darah menempel di jari-jarinya. "Kau benar. Hidungku berdarah."
Detik selanjutnya, pandangan Taehyung menggelap.
To Be Continued
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro