Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kata ke-018: Sampah , Golden-Kagamine

.

.

.

.

.

.

Give me 100 words
Story (c) Himenekochan
Len x reader
Fanfiction
Mature, PG-13, Romance, Fluffy, Humor, Gaje, Dan beberapa typo, serta emoji

.

.

.

.

"(Y/N)-san, nanti pas istirahat tolong ke kantor guru ya, sensei mau minta tolong buat bagikan pr."

"Baiklah pak."

Percakapan itu berlangsung di pagi hari. Sekarang Bel telah berbunyi menandakan istirahat pertama. Tempat duduk gadis itu sudah dipindahkan, jauh dari tempat duduk Len. Mungkin ini akibat Len yang sangat terus terang di jam pelajaran yang sedang berlangsung kemarin.

"(Y/N)-san, sekalian ini."

Kiyoteru sensei memberikan sebuah kotak yang masih tersegel kepada gadis itu setelah memberikan setumpuk buku yang berisikan pr.

"Apa ini sensei?"

"Isinya ada light stick sama album jepang dari twice, oh juga ada polaroid."

Kau terdiam tercengang. Sungguh, itu hal yang mengagetkan.

"Kenapa (y/n)-san?"

Kau menggeleng pelan dan menolak realita bahwa kau benar - benar terkejut. Secepatnya dirimu mengambil langkah dan pergi ke ruang osis. Ya dimana lagi Len kalau bukan di ruang osis?

Ketukan pintu darimu bahkan tak bisa terdengar. Yang hanya bisa terdengar adalah suara lagu yang samar - samar.

Tak ada pilihan lain, kau membuka pintu ruangan osis.

"Eh!? (Y/N)-san?!" suara flower mengisi kebisingan ruangan ini. Len berhenti mengayunkan tangannya dan berhenti mengucapkan fanchant.

"Len, kau bukan Golden-kagamine... tapi Sampah.. idol..." ucapmu dengan spontan dan gugup.

"(Y/N)-" mata Len membulat besar. Begitu juga dengan Flower dan Yuzuki. Mereka kaget dengan kedatanganmu yang tiba - tiba.

"I- i'm out. Ini barang - barang kalian... aku... aku keluar."

Kau buru - buru mengucapkannya dan langsung keluar dan lari menjauh dari ruangan osis.

"Len! Kau lihat apa yang kau lakukan?!" Flower teriak di depan Len. Dia kesal. Cewek itu kesal.

"Aku juga lebih kesal!!" Balas Len.

"Hahahaha!!" Yuzuki tertawa kencang sekali hingga ia mengelus perutnya sendiri;menahan sakit. "Rasakan, kau dianggap aneh oleh gadis itu."

"Gimana dong?" tanya Len. "Ya rasain aja," Pekik Yuzuki diiringi tawa kecilnya.

-

Rin menggendong kelinci di kandang kelinci. Kandang itu tak jauh dari belakang gedung olahraga. Rin sudah biasa melihat cowok di tembak cewek disini. Sangat sering. Hingga bosan melihatnya.

Mungkin Kelinci adalah sahabat hidupnya selama di sma. Mungkin Kelinci juga bosan mendengar kata - kata cinta dari semua gadis untuk para cowok.

"Loh? Kak Meiko?" Rin langsung menunduk, bersembunyi di dalam kandang kelinci. Ia melepas bando pitanya agar tak kelihatan.

Meiko kelihatan menunggu seseorang. Hingga akhirnya-

"Kaito senpai?"

Petir baru saja menyambar hati Rin. Rasanya seperti tertusuk berbagai silet.

"Mei, udah nunggu lama?"

"Enggak kok, aku juga baru aja kemari... um... ada apa?"

"Malam ini, aku pengen ngajak kamu makan."

"Jam berapa? Bisa kok!"

Meiko tersenyum lebar dan sedikit tersipu.

"Jam enam sore, aku bakal jemput kamu."

"Aku bisa sendiri kok-"

"Engga apa - apa. Itu tugasku sebagai pacar."

"Pacar ya..."

Mereka berciuman. Fyi, itu biasa di jepang. Tapi, bagi Rin. Dia melihat langsung. Itu menyakitkan.

Ia berbalik lalu terduduk di atas alas jerami dan memeluk salah satu kelinci. Menunduk dan mengeluarkan luapan kesedihannya dengan pelan.

Perasaan Rin sangat kacau belakangan ini, dia tak tahu lagi apa yang akan ia perbuat. Sungguh, dia merasa meledak. Air matanya kini tak mau berhenti. Mengalir tanpa suara yang di keluarkan.

Rin melihat sedikit ke belakang, sama sekali tak ada orang lagi. Meiko dan Kaito udah balik. Ia memakai bando pitanya kembali.

"Gawat, mataku lembab banget ya."

Rin menatap kelinci yang ia pegang.

"Apa yang harus aku bilang kepada kakak nanti?"

-

Bukannya aku tak mau, hanya saja kehidupanku semakin buruk saat Kagamine-san pindah ke kelasku.

Ah, yang ku maksud bukan Rin ataupun Rinto. Yang ku maksud Len.

Terus terang dia menembak gadis itu di kelas. Hanya saja aku tak menyangka cowo yang kusuka itu suka pada gadis seperti dia.

"Neru!! Lihat deh, ada lomba desain baju. Lu ga mau ikut?"

Ah, itu menyadariku akan sesuatu hal.

"Eh- engga deh! Betewe, aku ada hal penting. Aku deluan ya."

Kulalui koridor sekolah sambil bergumam dalam hati.

'Sial sekali belakangan ini.'

Entahlah, entah untuk apa.

"Hei awas!"

Aku menubruk seorang lelaki yang tak lain adalah Kagamine Rinto. "Weh, hati - hati lain kali. Melamun terus sih ya gini jadinya."

"M-maaf aku gak maksud untuk nubruk kamu."

"Iya gak apa - apa. Oh ya, tumben kamu mukanya masam. Ada apa?"

"Bukan, apa - apa..."

"Yakin??" Rinto tersenyum mencoba membuka rahasiaku. Aku tau senyuman licik itu sering keluar dari Rinto.

"Kau jangan menyimpan rahasia dariku, Nel."

(A/N: aku menyingkat kata neru dengan Nel. Kalo orang jepang bilang Nel itu aksen pengucapannya tetap jadi neru.)

Ia membungkuk dan mendekatkan mulutnya ke telingaku. Tak peduli ada banyak orang di koridor. Dia memang tak tahu malu.

"Aku tahu rahasiamu dimasa lampau," bisiknya pelan. Ucapannya membuatku merinding. Rasanya aku ingin membuang cowok yang satu ini.

"Pas smp kau pernah ngirim surat cinta pas hari valentine kan ke Len?"

Aku mundur dua langkah kebelakang dari Rinto. Ucapan Rinto memang benar. Entahlah. Entah apa yang ada dipikiran cowok itu.

"K-kau! Bagaimana-"

"Wajahmu merah, nanti gak enak diliat orang," ujar Rinto dengan nada datar. Aku hanya menghela napas melihat tingkahnya. Aku tahu dia pasti ada maunya.

"Kau mau apa? Jangan kau sebarkan hal itu."

"Kau suka sama dia kan?" Pertanyaan rinto hanya membuatku mengangguk pelan diantara malu dan kenyataan.

"Aku menyukai gadis yang disukainya."

"Maksudmu (y/n)?"

"Ya."

"Kau gak serius kan?"

"Aku serius. Kau kira aku cuma main - main apa sama dia?"

Ucapannya membuatku kaget. Setahu semua orang di sekolah ini, Rinto tak pernah menyukai seseorang sampai segitunya. Ya, mungkin saja piko tau.

"Aku akan memberimu jalan untuk Len, dan dengan begitu (y/n) bisa kumiliki. Aku tak mau gadis yang kucintai jatuh ketangan yang salah."

Ia memberikan tangannya. Terbuka untuk bersalaman. Ucapannya sekali lagi membuatku tertegun.

"Jadi gimana? Deal atau enggak?"

908 kata

• Tbc •

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro