Kata ke-016: over-ambisi
"Uh hm..." pagi terlelap. Cowok itu bangun dari sofa yang empuk. Menyadari dimana ia tertidur. "Oh iya kemaren..." ia menggelengkan kepalanya. "Sudahlah..."
"Len-kun, kau sudah bangun?," Suara bibi memanggil Len. Ia perlahan berjalan menyusuri dapur. "Ah, iya tante." Ibumu tersenyum. "Tante boleh minta tolong?" Len mengangguk pelan. "Tolong bangunkan (Y/N). Biasanya sebelum ia tidur, gadis kecilku selalu tidak mengunci pintu."
"Baiklah." Len berjalan ke arah tangga melangkah perlahan menaiki satu persatu anak tangga. Sampai akhirnya, cowok bersurai pirang itu sampai di depan kamarmu. "(Y/N), Aku masuk ya," gumam Len sembari membuka pintu.
"(Y/N), bangunlah-" Len membuka selimutmu. Kedua matanya sadar akan yang dilihatnya.
"Rinto..."
Kau menggeliat sedikit dan membuka mata perlahan. "Un.. Len?" Gumammu perlahan. Tubuhmu terduduk, kau menyipitkan mata agar meyakini bahwa Len benar - benar ada. "Ughm... Rinto-kun... Rinto-kun..." gumammu membangunkan Rinto ya sedang tidur di sebelahmu.
"Mhm.. apaan (Y/N)-chan..." Rinto masih menutup kedua matanya dan memeluk kembali bantal guling. "Uhm? Kau masih menangis kemarin?" Kedua matamu melihat ke arah wajah Rinto. Matanya sembab.
Mungkin ia terlalu kesal. "Rinto-kun ...itu Len kan?" Rinto setengah terduduk dan melihat Len menyilangkan tangannya di atas dadanya. "Ah... iya itu Len. Pagi Len!!"
Len memalingkan wajahnya, kesal tentu saja. Siapa sih yang enggak kesal kalau gebetan deket sama orang lain?
Si pirang berekor kuda itu hanya menunggu penjelasan dari sang gadis tokoh utama di hatinya. "Hey, (Y/N)-chan... aku pulang dulu ya... udah cukup tidurnya-" kedua tangan Rinto menghapus bekas air mata di kedua pipi (y/n), "-Jangan nangis lagi ya. Kamu jadi tambah imut kalau nangis," ucap Rinto gemas. "Len, bilangin sama tante. (Y/N) udah bangun. Pergi sana bilangin..."
"Tch... baiklah... jangan lu apa - apain (Y/N)." Len menatap tajam mata Rinto. Rinto hanya menyengir, "kalau memang aku sudah nafsu. Kenapa dia masih memakai piyamanya, dan kenapa dia tidak merasa takut tidur bersamaku?" Rinto menyeringai, ia menyerang Len yang terlalu benci terhadapnya sekarang. "Ehehe ...(Y/N) percaya padaku tapi tidak padamu. Dia tidak nyaman kau-"
Gadis itu menahan tangan Rinto yang mulai panas. Rinto tahu apa maksud gadis itu. "Aku mengerti... takkan ku lanjutkan.."
"Lagian Len... kau terlalu Over-ambisius... maaf. Aku sedang tak ingin diganggu." (Y/N) bahkan tak mau menatapnya lama - lama.
Len berdecak iri. Ia perlahan berjalan keluar kamar. Kedua insan hanya bisa melihat punggung Len hingga ia menghilang.
"Kau sudah mau pulang?" tanya (Y/N). "Aku tak mau kau dalam masalah. Pangeranmu ini akan selalu menjagamu dan selalu ada buatmu ya." Kecupan manis di lengkatkan ke dahi sang gadis yang tidak begitu lugu. "Bye bye." Rinto beranjak ke jendela, turun dengan tali seperti biasa dan berhasil kabur layaknya seorang pencuri yang menemui rapunzel tanpa di sengaja.
"Hm... kenapa pilihan ini sulit banget sih.." keluh gadis itu.
ⓞ△ⓞ
"Haah... (Y/N) kemana sih?"
"Gumi!!! Aku disini!"
Sang gadis bersurai hijau itu cemberut dan mengehela napas, "kok lama banget sih."
"Sorry, tadi ada yang ganggu tadi pagi." keluh gadis itu. "Siapa? Jadi kepo nih."
"Um, lupakan. Lagian aku juga mau nanya." Gumi mengedipkan matanya beberapa kali. "Hm?" (Y/N) melihat ke arah sahabatnya itu. "Kau dan Len pacaran?"
Mendengar kalimat itu, Gumi hampir saja ingin meledakkan tawanya. "Tentu saja enggak... lagian kenapa mikir gitu sih?" Gumi tercengir sedangkan, (y/n) merah padam. "Ah, bukan... kemarin... aku melihatmu bersama Len..."
"Waduh, kalau begitu kenapa tidak tegur sih?" Gadis itu menggeleng mendengar perkataan Gumi. "Sudahlah ayo kita pergi ke akihabara."
Gumi hanya tersenyum manis, matanya nampak sedikit samar. Hanya saja sahabatnya tak mengetahuinya.
Kalau aku menyukai laki - laki itu, aku juga takkan bisa bisa berbuat apa - apa kan?
☆△☆
Piko memainkan rambut silver pendeknya, duduk menyilangkan kaki di atas sofa, dengan tangan kanan membaca komik terbaru. "Jadi kenapa kau datang lagi?" ujar Piko melirik tajam Rinto yang memakan mie instan miliknya. "Aku kesel banget tahu!!" teriak Rinto sedikit kesal. Mulai menyeruput mie instan yang dia buat.
"Len lagi?"
"Nah tuh tahu. Si CEBOL KECIL GAK TAHU MALU itu ngerusak momenku dengan (y/n)," keluhnya dengan sedikit menekan nada. "Biar ku tebak. Len ada di rumah (y/n), saat kau ingin berduaan saja dengan dia."
Rinto memeluk Piko, "kau memang yang terbaik!!" Piko menatapnya dengan perasaan jijik. Kedua tangannya mendorong Rinto. Entahlah, Rinto langsung melepaskannya dan lari ke daerah lemari. "BUKAN BERARTI KAU BOLEH MENGAMBIL STOK MIE INSTANKU!" Muka Piko menjadi merah padam. "Sekali - sekali lhoo... hehhe."
★△★
"Gumi, ibu pergi ke rumah nenek ya. Mau ikut?" Gumi menggeleng pelan. "Kunci pintu rumah lagi ya kalau mau pergi, makan malamnya ada di lemari dapur. Kalau dingin di panasin ya. Ibu pergi ya sayang." Kecupan manis sebelum pergi memang tak pernah absen bagi ibu dan anak ini.
Setelah Gumi mengunci pintu, ia langsung berlari ke kamarnya. "Uhm... ngapain ya."
*Line*
Notif mengejutkan berbunyi. "L-len!?"
Len: Vid call yuk. Aku mau curhat.
Mata Gumi seketika panik,ia melihat dirinya di kaca. "Rapikan rambutmu Gumi!" Ia berkerja dengan sangat cepat. Mungkin itu sifat gadis pada umumnya.
Bole, Telpon deluan dong: Gumi
Gumi sedia di tempatnya. "Hay, cewe," goda Len. "Hai kecebong." Gumi tertawa. "Yha. Apaan. Btw, gak ganggu kan?" Gumi menggeleng. "Ku tahu. Masalah (y/n)kan?"
"Iyap, hari ini aku nginap di rumah (y/n). Kenapa bisa, karna aku mau minta maaf. Berhubung udah malam, ibunya ngijinin tidur, tapi di sofa."
"KASIAN YAH. HAHAHHAHA." Gumi tertawa lepas. "Diam dulu kenapa. Jadi, aku ngeliat Rinto tidur sekamar ama dia. Kesel. Keseeel!!" Len cemberut.
Jadi dia ya. Tapi, kenapa (y/n) gak mau cerita?
Gumi mendengarkan perkataan Len. Ia selalu tersenyum di hadapan Len. Tak pernah mengeluh.
"Jaa, aku sudah selesai ngomongnya. Besok aku bakalan kasih gantungan kuncinya deh di sekolah ya. Besok senin lho." Pekik Len. "Udah tahu, goblok. Bye." desis Gumi. "Cyaa~"
Gumi mematikan teleponnya dan memeluk gulingnya. Merebahkan tubuhnya ke kasur, lalu mulai mengoceh sendiri.
"Apa rambut hijau itu jelek, apa gadis berambut pendek ini jelek, apa kau tak suka gadis yang tak feminim ini?" Pelukan itu semakin erat, sayangnya ini hanya bantal guling.
"Kenapa aku tak bisa lebih baik dari sahabatku sendiri!?" Gumi terisak. "Y-ya apa boleh buat... aku juga gak bisa menyakiti perasaan sahabatku sendiri..."
"Ya tuhan kenapa ku dapat problematika cinta!?!"
1020 kata
Tbc
HAY PARA HADIRIN. maaf banget jarang sekali atau udah gak apdet lagi. Karna saia mau un :")))
Jadi harus pokus dulu kesana. Saya juga kena writers block. Dan sangat menyebalkan kalau boleh jujur... maaf sangad ya... selamat menanti cerita yang ku buat ini. Terima kasih masih setia dengan cerita ini
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro