Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kata ke-014 :Bebal

"Hanya satu yang kuinginkan." Gumam Rinto. Ia menatap tajam kedua manikmu. Semua orang bisa melihat, ia mengecup bibirmu. "Bangsat." Gumam Len.

"Jadilah pacarku seperti janjimu dulu." Rinto bergumam sembari menatap figur wajahmu. "T-tapi Rinto..." semua siswa serta pak Guru Kiyoteru hanya menyaksikan hal ini. Disertai Piko yang sedari tadi merekam. 'Ini tak boleh terjadi!' Manik Len membesar. Ia melangkah cepat ke arah kalian berdua ; menarik tanganmu pergi meninggalkan kelas berhubung bel istirahat juga sudah berbunyi sedari tadi. "Yah, acara tembaknya batal." Neru berkata dengan nada lemas. Semua siswa kecewa. Pak guru juga kecewa. "Dia... Len... kenapa selalu menghalangiku?" Gumam Rinto. Rin menyampiri kakaknya setelah meletak kue yang tadi di bawanya di atas meja guru. "Rinto... kau baik - baik saja?" Rin tahu bahwa Rinto terluka. Tentu saja, Rin tahu mereka telah membuat janji sejak kecil. "Anak itu selalu merebut hal berhargaku. Mengapa selalu begini? Mengapa dia itu sepupuku?" Rin menyadari Rinto bergumam sangat pelan ; menitikkan air mata.

Tangan Rin menggenggam tangan kakak kembarnya itu. "Aku juga berfirasat buruk. Tenanglah, akan kuselidiki.

---

Angin berhembus sepoi - sepoi, rokmu juga terkibas sedikit. Sosok figur yang membawamu ke atap sekolah. Berambut pirang, maniknya sebiru air lautan, siapa yang tidak kenal?

Kau mulai membuka mulut untuk bertanya kepadanya, "Apa tujuanmu?" Wajahnya terlukis kesal. Ia seperti tak terima atas pertanyaanmu. "Kau sungguh tak mengerti?"

"Maksudmu?"

"Kau sedang terikat kontrak denganku! Pendeskripsian seratus kata untukku, dan sekarang masih tiga belas kata. Kau tak boleh pacaran selama itu." Kau menggeleng. "Tidak! Kau bahkan belum pernah bilang ada peraturan seperti itu."

"Baiklah! Satu kata untuk hari ini yang sangat tepat mendeskripsikanmu, bebal. Ya, bebal. Cukupkan?"

"Mungkin kau sudah lupa." Len bergumam. Kau menghentakan kaki sekali. "Sudahlah, aku tak tahu apa hubungannya kau dengan hubungan aku dan Rinto. Aku mau pergi!"

"Mau kemana?" Tanya anak itu.
"Kemana lagi? Kantin."

Len hanya ber-oh ria. Ia membiarkan sosokmu hilang begitu saja. "Dia benar - benar lupa."

---

"Rinto-kun, kau dimana?" Gadis kecil itu mencari - cari seseorang di dalam luasnya mansion ini. Ia mulai terisak - isak. "Um... kenapa... kamu menangis?" Ia melihat seorang anak seumurannya, laki - laki cilik yang rambutnya diikat ekor kuda sedikit. Dia merentangkan tangan kanannya menyambut gadis kecil tadi. "K-kau temannya Rinto ya?"

Dimata gadis itu anak itu seperti pangeran disiang bolong. "Kau mau menikah denganku nanti?"

"Apa?" Laki - laki itu merona. "Kau itu seperti pangeran di dunia fantasi!!" Ucap gadis itu dengan renyah. Suaranya mewarnai kepala anak tadi. "Ayo menikah!"

---

"Huh..." Piko menyeruput sekotak jus apel dari kantin. Ia melihat sosokmu melangkah dengan kesal. "Ehm... (L/N)!" Ia berteriak sedikit sambil melambaikan tangannya. Kau yang menangkap sinyal itu berjalan menuju dirinya yang sedang duduk di bangku dekat jendela. "Haloh." sapa Piko. Kau duduk dengan santainya, lalu mengambil napas panjang. Inhale dam exhale.

"Sebelumnya gua minta maaf nih. Pengen nanya." Kau mengalihkan pandanganmu ke arah Piko ; sedikit memiringkan kepala. "Ya?"

"Kenapa Len selalu menarikmu dari Rinto?" Kau hening seketika. "Aku tidak tahu... kalau boleh jujur, aku sudah terikat janji pada Rinto akan menjadi pacarnya. Tapi disatu sisi, aku baru - baru ini terikat janji pada Len, aku harus mendeskripsikan dirinya sebanyak seratus kata." Piko tersedak. "Kau gapapa?" Piko mengangguk sambil menepuk - nepuk dadanya. "Oh... jadi begitu." Gumam lelai bersurai perak tersebut.

---

Dirimu tergeletak di atas tempat tidur nyaman nan empuk. Menatap langit - langit kamar. Langit malam juga sudah hadir, matahari sedang bersembunyi dibalik bulan yang bersinar. Angin dingin yang menusuk tubuh masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, "(Y/N), sayang. Kamu sudah tidur?" Suara lembut ibu menyadarkanmu dari fantasi pikiran yang kelam. "Mhmm... ya bu, ada apa?" Ucapmu sembari bangun dan berjalan ke arah pintu. "Ada Len, nak. Katanya dia mau bicara denganmu, Sayang."

Bukannya membuka pintu, kau malah diam diri dan menjawab. "Aku sudah mengantuk dan aku mau tidur. Jangan ganggu aku tidur, Bu."

"Bukalah pintu. Ini Aku, Len."

Tbc

639 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro