Prolog
Bagi seseorang yang pandai seperti [name], sulit baginya untuk menjelaskan tentang cinta—selain karena dia juga belum pernah mengalaminya. Namun baginya, cinta itu merupakan hal yang di luar logika—
Sepanjang sejarah peradaban manusia, salah satu teori yang belum mampu dirumuskan dengan pasti adalah teori tentang cinta. Cinta adalah sesuatu yang abstrak, oleh karenanya [name] tidak pernah percaya akan cinta.
Namun sebagai seorang manusia, [name] penasaran ..., bagaimana rasanya jatuh cinta? Ia berkali-kali berjumpa dengan muda-mudi yang tengah merajut cinta bersama. Ia penasaran ... bagaimana rasanya?
Musim semi adalah musim dimana bunga tumbuh dengan indah. Kata pujangga, musim semi jugalah dimana cinta mulai tumbuh.
[Name] merasa ingin tertawa sendiri hanya dengan membaca hal yang seperti itu. Baginya, itu konyol. Sedikit merutuki hal yang ia pikirkan tadi, baginya itu bodoh—
Meskipun, jauh di lubuk hati [name], ia menginginkannya.
Manik [eye colour]nya itu menatap rekan satu kelasnya, Momoi Satsuki, yang terlihat berbunga-bunga setelah ia bertemu dengan Kuroko Tetsuya di gerbang sekolah.
Wajah Momoi yang disertai semburat berwarna merah tipis, langit biru yang cerah, kelopak bunga sakura yang berterbangan ....
[Name] sempat memandang takjub.
Lantas, apakah itu karena cinta?
"Momoi," panggil [name] selepas Momoi kembali padanya dan berjalan beriringan menuju kelas mereka.
"Hm? Kenapa, [name]-chan?" Momoi sedikit merapikan rambut merah jambunya yang sempat tertiup angin saat ia menyusul teman sekelasnya itu.
"Kau suka dengan Kuroko?" tanya [name] to-the-point.
Sontak saja, rona di wajah Momoi menyebar hingga ke seluruh wajahnya—bahkan sampai ke telinganya.
"T-tentu saja," jawab Momoi dengan sedikit gugup dan terbata-bata.
Manik Momoi memandang [name] lekat-lekat, sedikit menyipit. Hal itu membuat [name] diliputi rasa ketidak nyamanan.
"[Name]-chan tidak menyukai Tetsu-kun, bukan?" tanya Momoi penuh selidik.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Momoi, membuat [name] pun tertawa.
"Tidak, tidak mungkin," ujar [name] di sela tawanya. "Aku tak pernah jatuh cinta," lanjutnya sembari menatap ke arah depan dengan senyuman tipis yang terukir di wajahnya.
Manik Momoi mengerjap.
"Eh?"
[][][]
Waktu istirahat pun tiba. [Name] tak menghabiskan waktu istirahatnya untuk makan bekal yang dibawanya, tidak. Ia justru hanya duduk di dekat taman yang ada di SMP Teiko sembari meminum jus strawberry-nya.
"Omong kosong," gumam [name].
Ia menghela napas singkat.
"Cinta itu omong kosong."
Selepas mengatakan hal yang bagi orang lain sangat aneh itu, tiba-tiba saja [name] mendengar suara pantulan bola basket di belakangnya, tepat di belakangnya. Kemudian, [name] sedikit membalikkan badannya dan terkejut.
"U-uh, Kuroko Tetsuya?" sapa [name] sambil menggigit sedotan yang ada pada jus strawberry-nya.
"Doumo, [surname]-san."
Helaan napas meluncur dari bibir [name].
"Sejak kapan kau di sini?" tanya [name], masih menyedot minuman yang memiliki rasa manis sekaligus masam itu.
"Sejak [surname]-san duduk di bangku itu dan meledek pasangan yang berlalu lalang sambil meremas kotak jus strawberry yang kau minum berkali-kali."
[Name] mengedipkan kelopak matanya berkali-kali, kemudian tertawa pelan.
"Huh? Kau ini ... selalu saja, muncul tiba-tiba ...," gumam [name].
Kuroko hanya diam dan memperhatikan lawan bicaranya itu bergumam sendiri.
"Kenapa [surname]-san mengatakan kalau cinta itu omong kosong?" tanya Kuroko.
[Name] menaikkan sebelah alisnya dan bertanya, "Kau mendengarku, rupanya?"
Kuroko mengangguk singkat.
[Name] menghela napas lagi.
"Aku tak pernah merasakannya. Cinta itu benda abstrak yang tidak bisa dibuktikan, kau tahu?"
Kuroko menganggukkan kepalanya lagi.
"Memang, tapi bukan pula karena kau tak bisa merasakannya, [surname]-san, kau bisa."
[Name] hampir saja ingin melempar kemasan jusnya saat Kuroko tiba-tiba maju satu langkah ke hadapannya dan berujar,
"Aku bisa membuatmu merasakan cinta, [surname]-san. Aku akan membuktikannya."
"Hah ...? Apa maksudmu?" [Name] merasa harus memeriksakan telinganya ke dokter THT secepatnya. Nampaknya pula, ia harus mengobati otaknya. Mungkin saja kepandaian [name] menurun 0.000001%?
"Aku butuh 10 hari saja, [surname]-san."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro