Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 1

Aku sangat senang menghabiskan waktu luangku dengan membaca buku. Jika istirahat datang pun, aku lebih kerap mengunjungi perpustakaan dibandingkan dengan membeli makanan di kantin—kecuali saat jam makan siang atau aku sedang lapar karena tak sarapan.

Jujur saja, aku bingung bagaimana cara mendekati [surname]-san, jika teringat perkataanku kemarin ...

..., ya, [surname]-san.

Aku sudah memperhatikannya semenjak SD, kami satu sekolah saat itu—

Namun, dia tak pernah mengerti keberadaanku, bahkan mungkin tak menganggapku ada. Apakah karena hawa keberadaanku yang tipis?

Mungkin iya, mungkin juga tidak.

Yang kutahu, [surname]-san anak yang cerdas, seperti Akashi-kun ..., tak sepertiku yang hanya unggul di mata pelajaran bahasa Jepang.

Mungkin saja ia terlalu fokus dengan peringkat sekolahnya dan mengabaikan teman-temannya—

Sampai-sampai ia menganggap cinta adalah hal yang omong kosong, bualan.

Kira-kira bagaimana caraku mendapatkan hatinya dalam waktu 10 hari?

[][][]

Saat jam istirahat, aku mengajak [surname]-san ke perpustakaan—yang beruntungnya ia setuju, karena ingin mencari referensi untuk tugas yang kami dapat di mata pelajaran pertama tadi.

"Kuroko," sapanya, "tumben kau mengajakku ke perpustakaan?"

Ingin aku tersenyum karena mendengar suaranya yang terdengar seperti lonceng indah di indera pendengaranku—

Katakanlah aku seorang pujangga yang dimabuk cinta, kini. Bahkan, orang yang-katanya-cuek sepertiku ini bisa juga berdebar karena perasaan suka ... atau cinta.

"Hanya ingin, bukannya kau menyukai buku?"

Yah, aku selalu mengamatinya, tentu saja.

[Surname]-san mengerjapkan matanya dan menatapku seolah tak percaya.

"Ho, kau mengamatiku rupanya, eh?" ujarnya sembari tertawa meremehkan.

Aku hanya diam sembari menganggukkan kepala, dan kembali berusaha berfokus pada kalimat-kalimat yang tercetak di buku yang ada di hadapanku. Walau kepalaku dipenuhi sosok gadis yang kukagumi—tidak, kusukai—bertahun-tahun, dan sedang duduk di sampingku kini.

"Kuroko." Ia memanggil namaku lagi dengan perlahan, mengingat peraturan di perpustakaan kalau pengunjung tak boleh berisik.

"Ada apa, [surname]-san?"

"Kau suka membaca buku sastra, bukan?" Ia bertanya padaku, sambil berpangku tangan dan duduk menghadapku.

"Iya, kau benar, [surname]-san ...," jawabku dengan intonasi datar seperti biasa—yah, kebiasaan yang sulit dirubah, kurasa? Aku yakin pasti ekspresi wajahku juga datar ....

"Menurutmu apa definisi cinta, Kuroko?" tanyanya dengan senyuman yang—menantang. "Berdasarkan dari buku yang kau baca saja, atau dari pendapatmu sendiri."

Aku berpikir sejenak, menatap [eye colour]nya dalam-dalam, mencari jawabannya dari iris mata yang kusukai itu.

"Jangan menatapku begitu, Kuroko," pintanya.

Aku pun mengulum senyum tipis—yang kupikir tak akan kentara.

"Menurutku, cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia ataupun objek lainnya, [surname]-san. Perasaanmu pada keluarga, negaramu, itu juga termasuk cinta."

Ia mengerutkan dahinya, dan sedetik kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Aku mengerti, cinta pada tanah air itu nasionalisme, Kuroko. Apa hal itu serupa dengan cinta pada lawan jenis?"

Ah, pertanyaannya cukup susah.

Aku berpikir agak lama, mencoba mencari kata yang sesuai agar bisa ia pahami.

"Kupikir, bisa lebih dari itu, [surname]-san," jelasku, "kalau dengan lawan jenis, menurutku lebih melibatkan emosi yang mendalam."

"Seperti?"

"Hmm, kau selalu dibuat penasaran, ingin tahu tentang orang tersebut. [Surname]-san selalu memikirkan orang itu, tertarik padanya—"

"Kurasa aku mengerti," ucapnya, memotong perkataanku.

Aku tak marah, justru senang karena wajahnya terlihat puas. Bahkan, jantungku terasa berhenti berdetak karena perkataannya yang berikutnya,

"Aku ingin merasakannya, Kuroko. Jujur saja, aku mulai tertarik mempelajarinya ..., maukah kau membantuku?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro