Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.35 - Teman


Update:
Saturday, 2019/08/24


"KAU TIDAK APA-APA?"

Ong Seongwoo bertanya sembari sibuk merapihkan tata letak cangkir di etalase, yang lalu menarik tubuh bungkuknya sejajar dengan deretan dessert manis. Sementara Kang Daniel terhenti sejenak dari menyapu lantai, tak langsung paham akan apa yang Seongwoo katakan.

"Apanya?" sahut Daniel.

Kini Seongwoo menegakan tubuhnya, sedikit melakukan peregangan seraya menambahkan sendok dan sedotan yang hampir habis. "Laki-laki itu, tunangannya Sejeong... kamu tidak terganggu dia mendekatinya?"

"Apa urusannya denganku, lagipula dia itu sangat keren," Daniel mencoba menjangkau kolong meja menggunakan sapunya, ia menambahkan ketika area tersebut dirasa telah bersih. "Park Jihoon, dia mengagumkan."

Perlahan tapi pasti, Seongwoo manggut-manggut mengerti. Dia juga tahu sedikit mengenai Jihoon yang pernah menolong Daniel dari seorang pencopet sewaktu di Shanghai. Bergaya hidup bebas meski dari kalangan atas, sampai mendapat julukan manja. Tetapi ketika dilihat langsung, lelaki bermarga Park itu sedikit terlihat dewasa, manis dan easy going.

"Siapa yang mengagumkan!?" suara ramah sekaligus riang itu menyapa, mengejutkan Daniel dan Seongwoo. "Annyeong, aku Park Jihoon, kau temannya Daniel?" seperti tersihir Seongwoo hanya menggerakan kecil kepalanya sebagai jawaban iya.

Senyum lebar mengiringi tutur menyenangkan Jihoon. "Aku juga temannya Daniel, senang bertemu denganmu." Meski merasa canggung, Seongwoo tetap menarik kedua sudut bibirnya. "Jadi ini tempat kerja paruh waktumu ya, aku juga mau melakukan hal seperti ini." Semua hal terasa baru dimata berbinar Jihoon.

"Kalau begitu lakukan saja, pria tampan sepertimu aku terima kapan saja!" tukas Sungwoon yang baru datang dari arah pantry.

Laki-laki yang menjabat sebagai Manager itu menyambut dengan senang hati, sepertinya dia tahu bahwa Jihoon akan populer begitulah kedai patbingsoo -nya akan ramai kedatangan pelanggan baru.

Lingkungan baru, kenalan baru dan pengalaman baru. Jihoon pikir dia tidak bisa menyia-nyiakan waktu, melangkah lebih dekat, merangkul Daniel dan Seongwoo. "Untuk sekarang aku akan meminjam mereka, Yunseong jangan mengikutiku dan jagalah tempat ini untukku." Kata Jihoon memberikan perintah pada ketua pengawalnya yang segera saja mengangguk patuh.

Minhyun setengah berlari, menyamakan langkahnya dengan wanita yang telah mendahului beberapa langkah di depan. Mata pria itu menelusuri hampir setiap lorong, tersenyum pada para pelayan yang memberi salam sopan. Teman dari nona mudanya sering datang sehingga pekerja di rumah besar itu hapal betul siapa mereka. Pasangan ideal yang dikagumi banyak orang,

"Baiklah, baiklah," ujar Minhyun menghadang Chaeyeon, gadisnya malah membuang muka tampak marah. "Kita akan mengumumkannya hari ini, aku jamin mereka akan sangat terkejut!" ia meletakan tangan dipundak Chaeyeon yang menoleh agak enggan.

"Jadi jangan marah lagi ya," bujuk Minhyun merapihkan anak rambut kekasihnya yang terkena angin dari jendela yang terbuka.

"Marah? Aku tidak pernah marah," Chaeyeon mengucapkannya dengan senyum yang memperlihatkan deretan giginya.

Tangan Minhyun turun, menggenggam tangan Chaeyeon saling menatap manik mata kemudian keduanya mengangguk yakin. Berjalan beriringan... memasuki ruangan dimana teman-teman mereka telah menunggu.

Tepat setelah Chaeyeon dan Minhyun melenggang masuk. Eunbi mengutarakan pendapatnya mengenai laki-laki yang dijodohkan dengan Sejeong.

"Tunanganmu cukup menarik, aku rasa dia yang terkuat kedua setelah Daniel."

Sejeong merasa terganggu dengan kata... "Tunangan? Tunangan siapa?"

"Kenapa? Aku menyukainya, sebagai anak orang kaya dia tidak membosankan, (Geuchi) iyakan?" tanya Eunbi pada pasangan yang baru datang, duduk berdekatan di sofa sembari mencoba membaca suasana.

"Kamajuan kalian sangat pesat, aku dengar kalian berpelukan." kata Minhyun mendapat senggolan kecil dari Chaeyeon yang rupanya telah selesai memindai situasi.

"Apa menurut kalian ini menyenangkan, kalian seharusnya jadi temanku!" sejurus kemudian Sejeong bangkit dari sofa, hendak pergi ketika dengan tak sengaja Hyewon menyilangkan kakinya sembari membalik majalah. "Minggir!" sungut Sejeong tersandung.

Hyewon malah mempertahankan posisinya. "Aish," desis Sejeong berjalan miring dari celah jalan tersisa.

"Sejeong benar-benar sudah terjepit, walaupun ini pertunangan yang diatur bagaimana kalau Jihoon ada perasaan dengannya?" ucap Chaeyeon melayangkan pandangan bermakna kode pada Minhyun agar jangan mengatakan apa pun mengenai pengumuman yang ingin mereka sampaikan.

"Ini JH Group pernikahan Sejeong hanya tinggal menunggu waktu saja." Eunbi tahu bahwa Shinhwa Group tidak akan melepaskan kesempatan emas seperti sekarang ini, setelah pernikahan terjadi maka dana mengalir.

Pernikahan? Satu kata itu menyita perhatian Chaeyeon dan Minhyun, mereka benar-benar harus mengurungkan niat untuk mengatakan bahwa dalam dua minggu akan ada pesta penggabungan dua perusahaan lain, persatuan antar keluarga. Hari terbahagia bagi pasangan yang sudah lama dijodohkan dan telah bertunangan.

"Kau bisa melakukan sesuatu." Hyewon bersuara, semua pandang mata beralih padanya.

"Apa?" sahut Eunbi.

"Karismanya F4, coba tunjukan kemampuanmu." Kata Hyewon ditanggapi antusias, Chaeyeon dan Minhyun yang menelan bulat-bulat kalimat mengenai acara pernikahan mereka.

Eunbi memicingkan matanya. "Kau menyuruhku untuk mendekatinya!"

※※※

Tidak heran jika seorang Park Jihoon sangat bersemangat menjelajahi salah satu mall milik Shinhwa Group bersama dua orang yang disebutnya sebagai teman. Dia selalu ingin melakukan banyak hal bersama temannya... memasuki photobox dan mulai berpose dari imut, keren hingga konyol.

Seongwoo sedikit heran, kemana rasa canggung yang setengah jam lalu menguasai dirinya. Saking gemasnya pada Jihoon, ia bahkan sesekali mengabaikan Daniel. Mereka bertiga keluar dari ruang sempit persegi sembari melihat hasil potret, kompak tertawa setelah mengetahui betapa berlebihannya pose-pose yang mereka lakukan.

"Sejak kecil, aku tinggal berpindah-pindah... di Indonesia, Jepang, Eropa dan Afrika. Kami sering ke berbagai tempat, jadi aku tak punya waktu untuk berteman." Ungkap Jihoon saat melangkah mendekati deretan pakaian disebuah toko. "Jadi tipe pria seperti apa yang Sejeong sukai?"

Sebelumnya Kang Daniel tidak pernah menduga akan ditanyai perihal Sejeong. Dengan agak ragu ia mengalihkan pandangan dari Seongwoo ke Jihoon, "Dari kepala sampai kaki dia hanya memperdulikan penampilannya sendiri, kurasa dia tidak akan sempat memperhatikan apa yang dikenakan lelaki di hadapanya."

Masih hangat dalam ingatan Daniel, ketika F4 datang dan membuat keributan dengan Sejeong yang menumpahkan jus pada pakaian mahasiswa baru. Hanya karena pakaian yang dikenakannya sama persis dengannya...

"Aku suka wanita kasar yang terus terang, ceritakan lebih banyak tentang Sejeong, Daniel Hyung!" kata Jihoon ditanggapi raut wajah tak enak dari Seongwoo, bagaimana bisa lelaki itu meminta Daniel untuk bercerita tentang Sejeong.

Ternyata kekhawatiran Seongwoo tak berarti apa-apa bagi Daniel yang dengan suara rendahnya menyahut. "Dia itu angkuh, egois dan benci jadi orang kedua. Dia bertingkah seakan tahu segalanya, lalu jika dia menyukai sesuatu dia mengabaikan opini orang lain dan memaksakan kehendaknya." Kilas balik kebersamaan Daniel dan Sejeong berputar seperti film klasik.

"Ketika dia marah sangat menyeramkan. Tapi ketika dia baik padamu, dia lembut." Tiba-tiba saja Daniel menghentikan ucapannya, mungkin ia sudah terlalu banyak bicara sementara Jihoon menyimak dalam diam.

"Maksudku adalah dia itu anak SD yang nakal, anggap saja dia begitu." Kata Daniel mengakhiri penjelasannya terkait Sejeong.

Seongwoo tahu sahabatnya itu sedikit mulai tidak nyaman. Justru disisi lain Jihoon menikmati ceritanya...

"Hyung kamu sangat mengenal Sejeong dengan baik, itu bagus berarti aku bisa memintamu secara resmi." Ucap Jihoon ambigu.

"Untuk apa?"

"Aku ingin semuanya berjalan baik dengan si angkuh itu, Hyung mulai sekarang jadilah pelatih kencanku, aku mohon hmm..." pinta Jihoon diiringi tingkah imutnya, dia tipe orang yang pintar merayu, pikir Seongwoo menoleh hati-hati pada Daniel.

※※※

Kebersamaan yang menyenangkan selalu terasa singkat. Jihoon menghela ketika diminta menurunkan Daniel dan Seongwoo di sisi jalan yang terdapat satu jalan lebih sempit di depan sana. Mau tak mau Jihoon menepikan mobil, ia ikut turun dari kursi kemudi. Membuka bagasi mobil, mengeluarkan beberapa bingkisan yang lalu diberikan pada kedua temannya yang sudah menemani dia seharian ini.

"Ini untuk Daniel, ini untuk Seongwoo... sebagai tanda terima kasihku karena telah menjadi temanku. Good night!" ucap Jihoon kembali menaiki mobil, menurunkan kaca mobil kemudian melambaikan tangan. "Sampai jumpa!" serunya tersenyum lebar.

Daniel dan Seongwoo balas melambaikan tangan, berpesan agar Jihoon berhati-hati di jalan.

"Aku pikir dia sedikit aneh." Komentar Seongwoo setelah mobil menjauh menyisakan uap dari knalpot.

"Yeah, menurutku juga." Tukas Daniel mengecek apa yang berada di dalam bingkisan, sebuah topi yang sempat dikaguminya dengan Seongwoo beberapa jam lalu.

"Untuk beberapa alasan dia tipe yang tak bisa kita benci." Seongwoo menyimpulkan sambil menutup kembali bingkisannya.

※※※

Berpisah seperti ini, rasanya membuat Jihoon sedih. Dia memutar balik mobilnya, mengira-ngira kemana kedua temannya itu berjalan. Tepat di tempat ia menurunkan Daniel dan Seongwoo, ia berbelok memasuki jalanan sempit yang hanya muat satu mobil.

Jihoon tidak bisa masuk lebih dalam lagi karena jalan semakin sempit dan memilih memarkirkan mobil di dekat taman. Ponselnya berdering, telepon dari Yunseong, menanyakan keberadaan tuan mudanya itu.

"Apa perlu aku menjemputmu Tuan Muda?" tanya Yunseong menawarkan jemputan selagi Jihoon keluar dari mobil, tangannya sibuk mengeluarkan tiga kotak berisi daging sapi segar.

"Tidak, tidak usah, aku berniat menginap di rumah Daniel." Tolak Jihoon matanya bergulir melihat sekeliling, selanjutnya arah mana yang harus ia ambil.

"Tuan Muda? Tuan Muda? Kau baik-baik saja?" tanya Yunseong karena tidak mendengar suara diseberang sana.

"Kau pulang dan istirahatlah, aku tutup teleponnya dah!" Jihoon memutus sambungan lebih dulu ketika pandangannya melihat seseorang yang dikira Daniel.

Bersamaan dengan Jihoon yang melangkah, derit dari sebuah ayunan yang berayun mengagetkan Jihoon. Dia bergidik, melihat ayunan itu bergerak-gerak pelan dan betapa gelapnya perosotan kusam disana.

Dari belakang sebuah tangan terulur, menepuk pundak Jihoon. "Permisi, kau melupakan barang bawaan..."

"AKHHHH!" jerit Jihoon terperangah kaget, ia berbalik dan wanita berkuncir kuda itu cengengesan. "Kau mengagetkan saja, tiba-tiba muncul seperti itu." Protesnya ketika tahu tidak ada raut bersalah dari orang yang telah mengagetkannya.

"Bingkisanmu itu isinya Hanwoo (Daging terbaik korea) ya, auh terlihat enak, cepat ambil!" lagi-lagi Jihoon terhenyak dari tempatnya berdiri, sontak meraih tiga kotak daging. "Sayang sekali, aku terlalu baik untuk mengambil barang orang lain." Lanjutnya membanggakan diri.

"Ah iya, kau tinggal dilingkungan ini, apa kebetulan kau tahu dimana rumahnya Kang Daniel?" sumringah Jihoon berharap orang yang ditanyainya kebetulan mengenal teman barunya itu.

"Aku adiknya, Kang Yena... kau siapa?" balas bertanya Yena melirik mobil dan daging mahal, pasti lelaki di depannya ini anak orang kaya.

Kenapa kakaknya bisa seberuntung ini, dikelilingi orang-orang berstatus sosial tinggi. F4 saja sudah cukup membuat Yena terkejut dan sekarang siapa lagi?

"Nado dongsaeng (Aku juga adiknya), Park Jihoon." Apa hanya seseorang yang mengaku sebagai adik lainnya Kang Daniel, masa sih ayahnya berselingkuh sampai memiliki anak lain yang tidak diketahui. "Kalau begitu aku akan ikut denganmu." Kata Jihoon lagi membuyarkan pemikiran konyol Yena akan saudara tiri.

※※※

"APA! Semalam dia menginap di rumahmu!"

Suara nyaring itu menerjang gendang telinga Yena dan Wonyoung. Bahkan di sudut lain ruangan Seongwoo hampir menjatuhkan cangkir yang sedang dirapihkannya, berani sekali berita sepenting itu tidak didengarnya langsung dari Daniel.

"Yujin-ah kecilkan suaramu," protes Wonyoung.

Setelah ditelusuri dari satu website ke website lain, Yena mengetahui identitas Park Jihoon sebagai anak tunggal pendiri JH Group. Kelak laki-laki yang menurutnya imut itu akan menjadi pewaris dari perusahaan investasi terbesar di Korea Selatan.

Seongwoo mencuri dengar percakapan ketiga pelajar SMA yang sudah hampir satu jam nongkrong di café-nya. "Awas saja kalau mereka meminta topping tambahan lagi!" gerutunya merogoh ponsel dari kantong celemek yang ia pakai, dia berniat melayangkan protes.

Sebelum benar-benar menyentuh tanda pemanggil, Daniel lebih dulu menelpon. "Kebetulan sekali," decih Seongwoo meneruskan dengan nada acuh. "Ada apa? Aku sibuk,"

"Aku dengar kau akan pergi berkencan dengan Eunbi?!" seru Daniel terselip nada larangan.

"Kata siapa?" Seongwoo baru sadar akan rencana kencannya bersama Eunbi yang belum sempat diberitahukan pada Daniel, apa begini rasanya terkhianati akibat tidak menjadi orang pertama yang diberitahu berita sepenting ini.

"Somi yang bilang, teganya kau... tapi aku menentangnya, sebaiknya kau jangan pergi kencan dengannya." Sembur Daniel keras-keras.

"Kenapa jangan? Kau saja bisa pergi berkencan, kenapa aku tidak! Terserah... aku tidak peduli dia playgirl atau apalah... aku akan tetap pergi!" pekik Seongwoo tidak jadi melayangkan protes mengenai menginapnya Jihoon dirumah Daniel, padahal sudah lama sejak terakhir dia menginap dan Daniel tidak menghubunginya untuk bergabung.

"Pajama party pasti akan seru! Apa-apaan sih, dia malah marah-marah padaku." Rutuk Seongwoo setelah mengakhiri panggilan.

※※※

Selesai dengan kelasnya, Kang Daniel melesat menuju ruang khusus F4. Dia tidak bisa diam saja membiarkan Seongwoo dipermainkan oleh Eunbi. Sementara Somi berdecak memilih pergi ke kantin daripada mengikuti Daniel, menurutnya Seongwoo tidak akan sakit hati karena menganggap kencan sebagai selingan saja dan tidak berniat serius.

Setidaknya itulah yang Somi pikirkan. Tetapi sejujurnya Seongwoo ingin hubungannya kali ini berjalan lama bukan sekedar kencan biasa.

Dari ruangan yang dituju Daniel, seorang wanita melenggang keluar dengan ponsel tertempel di telinganya. "Kwon Eunbi!" panggil Daniel mempercepat langkahnya.

Namun Eunbi tidak mendengarnya, ia terus berjalan menjauh. "Kelasku sudah selesai jadi kita bertemu sekarang saja. Sampai bertemu di hotel,"

"Ho, hotel!" pekik Daniel tak percaya dengan apa yang didengarnya.

Ia kalut dan segera memasuki ruangan, disana masih ada tiga anggota F4 lain. Sejeong tampak terkejut, ini pertemuan pertamanya dengan Daniel setelah sebelumnya kedatangan Jihoon yang mengaku sebagai tunangannya.

"Kang Daniel -ah, ada apa?" Chaeyeon bertanya lebih dulu.

"Tolong bantu aku untuk menghentikan kencan Seongwoo dan Eunbi, mereka akan ke hotel!" kata Daniel menunjukan kekhawatirannya.

"Bukankah harusnya kami yang khawatir, Seongwoo bisa saja berbuat sesuatu pada Eunbi." Sahut Chaeyeon di sisi lain Hyewon yang sedang mengamati bola dunia mengangguk menyetujui.

"Biarkan saja, merekakan sudah dewasa." Celetuk Sejeong.

"Julukan Eunbi itu lima detik mematikan," Chaeyeon menghampiri Daniel dengan suara tenang.

Daniel mengerutkan dahi, ia justru makin berpikir jauh. "Maksudnya?" tanyanya selagi Chaeyeon sudah berada di hadapannya.

"Satu," ucap Chaeyeon, menarik tubuh Daniel agar mendekat menyisakan jarak 20cm saja. "Dua," ia menyentuh sisi wajah Daniel dengan jari jemari.

Hyewon ingat Eunbi sering melakukannya pada setiap teman kencannya. Dari tempatnya berdiri, Sejeong mendelik tak suka.

"Tiga," Chaeyeon mendekap Daniel, menjulurkan lehernya dan meneruskan. "Empat," ia berbisik dengan pelan. "Seongwoo -ya..."

"Lima." Kata Chaeyeon hendak mengakhiri penjelasan lima detiknya dengan kaki berjinjit, memiringkan wajah.

"Menjauh darinya!" sentak Sejeong tak tahan lagi melihat adegan yang menurutnya lebih dari kata romantis.

"Wiheomhae (Berbahaya)!" bersamaan dengan Daniel yang beringsut mundur, suara bergetar dari ambang pintu menggema.

"JUNG CHAEYEON, APA YANG KAU LAKUKAN!" dia Hwang Minhyun, terkejut melihat tunangannya sedekat itu dengan pria lain.

Chaeyeon buru-buru mendorong Daniel. "Ini tidak seperti yang kau lihat, kau salah paham." Elaknya mengejar Minhyun yang pergi tanpa mendengarkan penjelasan Chayeon lebih lanjut.

"Chagiya... Minhyun-ah," rengek Chaeyeon.

Daniel menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Bagaimana ini, sepertinya Minhyun benar-benar salah paham."

"YA, kenapa kau sangat memperdulikan hubungan orang lain." Kesal Sejeong, disaat Hyewon terlihat berkirim pesan. "Apa Eunbi sebodoh itu, mengencani Seongwoo." Ia berdecak.

"Apa maksudnya itu?" tanya Daniel dengan suara tersinggung.

"Sejujurnya, Seongwoo bukan tipe Eunbi sama sekali. Eunbi takkan kencan dengan siapa pun kecuali badannya seperti Ji Changwook dan wajahnya seperti Song Joongki." Ucap Sejeong meremehkan.

Hyewon memutar bola dunia yang lalu merespon. "Tidak, dia sendiri bilang kalau Seongwoo sangat manis."

"Tuh, kan! Kita harus lakukan sesuatu untuk menghentikan kencannya!?" panik Daniel.

"Kau takut mereka akan terlibat cinta satu malam begitu?! Sudah, sudah tidak perlu cemas!" kata Sejeong tidak membuat Daniel lebih tenang, laki-laki itu mengisyaratkan agar mereka tetap harus melakukan sesuatu.

"Aku ada janji bersama kakek, jadi kalian berdua saja yang menghentikannya. Aku pergi duluan..." pamit Hyewon meninggalkan dua insan yang mendadak bersikap kikuk.

Daniel mengalihkan pandangannya keluar jendela, di mana langit terasa lebih mendung dari biasanya. Mungkinkah ini pertanda buruk? Daniel menggeleng keras tidak ingin mempercayai pikirannya,

Sementara itu Sejeong terus menatapnya, "Baiklah ayo kita ikuti mereka." Katanya bergumam dalam hati, aku dan Daniel juga perlu meluruskan hubungan yang tak jelas ini.

Setelah berpisah di Shanghai, tidak ada kata putus yang terlontar dari mulut mereka. Jadi... Sejeong hanya ingin tahu, apa Daniel benar-benar telah menyerah terhadapnya?

※※※

Coba absen yang masih betah nungguin GOF tiap minggunya?
Terima kasih loh :')

Alesta Cho


NB: Satu minggu lagi, tepatnya tanggal 31 Agustus 2019 part 1 dari work teranyar aku bakal di publish. Yang belum tengok prolog -nya, silahkan habis ini dibuka work SENSITIVITY TO OTHERS

THANKS FOR READING
SEE YOU NEXT WEEK

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro