Ep.34 - Ucapan Selamat
Cameo in this episode – Produce X 101 – Hwang Yunseong
Selamat membaca ^^
Update:
Saturday, 2019/08/17
HANYA ORANG-ORANG tertentu yang dapat bergabung dalam pesta ulang tahun pewaris Shinhwa Group. Dan siapa sangka Seongwoo menjadi salah satu bagian dari orang tersebut, dengan antusias memasuki ruangan besar nan luas yang sudah dihias sedemikian rupa hingga membuat mata terpukau. Disebelahnya ada Kang Daniel, memasang ekspresi kalem berbanding terbalik dengan Seongwoo.
“Woah, pertama kali aku menghadiri pesta semewah ini.” Decak kagum Seongwoo hanya dibalas senyum tipis Daniel yang nyaris tak terlihat.
“F4 datang!” seruan itu mampu mengundang banyak tamu undangan untuk berkumpul.
Kepopuleran anggota F4 memang masih belum luntur, mereka yang hampir menyelesaikan masa kuliah dipastikan akan menjadi legenda di kampus. Saat itu netra bening Hyewon berbinar menyambut kehadiran Daniel dan Seongwoo.
“Kau datang,” katanya yang kemudian mengulurkan tangan. “Kajja (Ayo).”
Daniel menatap ragu uluran tangan Hyewon, disekelilingnya seruan rasa iri terlontar. Tak lama Daniel meraih tangan Hyewon, bergandengan memasuki ruang pesta yang makin ramai. Perlindungan diri… Daniel menganggap anggota F4 telah membantunya untuk lebih percaya diri.
“Kau akan tetap berdiri disitu?” Eunbi menyadarkan Seongwoo dari lamunannya mengenai suatu saat nanti dia juga akan membuat pesta semewah ini.
“Tunggu aku,” kata Seongwoo pelan mengekor dibelakang Eunbi.
~
Chaeyeon dan Minhyun menjadi orang pertama yang duduk dibangku, secara romantis Minhyun menarikkan kursi untuk Chaeyeon sembari melayangkan senyum manis keduanya berhasil membuat Seongwoo berdecak gemas.
Acara dibuka oleh sambutan Kim Heeseok. Selama itu Sejeong terus mencari sosok Daniel yang ia temukan bersama teman-temannya, kerinduan bersanding ketidakmampuan, lebih sulit dari sekedar rasa rindu. Perayaan ulang tahunnya berjalan lebih hambar seperti biasa…
“Seperti yang kalian tahu, kami melewati saat-saat yang sulit. Tapi kami dapat melewatinya berkat kalian semua yang hadir di sini.” Kata Heeseok menyinggung perusahaan yang beberapa saat lalu dalam keadaan krisis. “Saya harap para hadirin akan selalu mendukung kami hingga menjadi yang terbaik di dunia.” Ia menjadi pusat perhatian terutama Seongwoo tampak terhipnotis dengan menunjukan kekagumannya.
“Sekarang saya perkenalkan putri saya, Kim Sejeong.”
Sejeong berdiri selagi kue ulang tahun datang, diletakan di mejanya. Lantunan musik selamat ulang tahun terdengar, otomatis semua hadirin bernyanyi.
♫ Saranghaneun Kim Sejeong, saengilchukhae hamnida… ♫
Tepuk tangan memenuhi seluruh ruangan, bergemuruh bertepatan setelah Sejeong meniup lilin.
“Lama tidak berjumpa Kang Daniel,” sapaan itu menghentikan niat Daniel untuk pergi dari acara yang seharusnya tak ia datangi. Heeseok meneruskan, “Saya senang kau menerima undanganku.”
Eunbi dan Chaeyeon saling bersitatap. “Undangan?”
“Karena kamu sudah datang, bolehkah saya meminta ucapan selamat untuk Kim Sejeong. Mungkin sebuah permainan piano…” kata Heeseok tentu dengan senyum meremehkannya, ia yakin lelaki yang dari kalangan rendah seperti Daniel tidak bisa memainkan alat musik.
Minhyun bertanya pada Chaeyeon. “Apa Daniel bisa bermain piano?” namun Chaeyeon menggeleng tak tahu, air wajahnya berubah was-was.
Mungkinkah Heeseok mencoba mempermalukan Daniel? Pikir Seongwoo menatap kurang yakin Daniel yang bangkit dari duduknya, melangkah menuju sebuah piano yang terletak di antara para pemain musik lainnya.
Dentingan nada pertama terdengar ragu, siapa pun akan gugup, jika tiba-tiba diminta melakukan sesuatu yang tidak terduga. Sejenak Daniel teringat permainan pianonya bersama Hyewon, iya… bukankah dia juga pernah mengikuti les piano walau hanya sebentar saja.
Jari-jari lentik Daniel bergerak di atas tuts piano, ia juga menyanyi dengan sepenuh hati. Sejeong terpaku, melihat ke arahnya sambil menahan air mata. Suara yang tidak terlalu bagus namun terdengar tulus itu telah menyentuh hati pendengarnya.
♫ Sarangbakhae, nan molla (Aku tidak tahu apapun selain cinta)… ♫
Hingga permainan piano melankolis itu berakhir. Gemuruh tepuk tangan yang ditujukan sebagai apresiasi menggema, bahkan tak tangung-tangung Chaeyeon dan Minhyun berdiri.
“Woaah!” seru mereka tak menyangka permainan piano Daniel begitu memukau.
Heeseok memegang tengkuk mendenguskan tawanya, ia ambil mikrofon dan berkata. “Permintaan tidak terduga saya ternyata sudah memanjakan suasana.”
Minhyun dan Chaeyeon kembali duduk selagi Daniel berjalan menjauh dari piano. Sementara Heeseok menambahkan. “Sekarang, saya akan mengumumkan sesuatu yang sangat penting malam ini.”
“Pengumuman penting?” lagi-lagi Chaeyeon bertukar pandang dengan Eunbi.
“Saya akan memperkenalkan tunangan anak saya sebagai masa depan Shinhwa Group.” Ucapan Heeseok menyita perhatian semua tamu, terutama Sejeong sendiri yang menoleh terkejut pada ibunya.
“Apa? Tunangan?” Eunbi berjengit dari kursinya.
Seongwoo juga menautkan alisnya, ia segera melihat raut wajah Daniel yang berubah mendung.
“Apa yang penyihir itu bicarakan?” ucap tak habis pikir Sejeong yang tidak tahu menahu perihal tunangan.
“Dan inilah dia, putera dari perusahaan investasi JH Group. Park Jihoon.” Heeseok mengarahkan tangannya ke sebuah pintu di sisi kanan podium.
“Hei, lepas! Aku benci perayaan seperti ini.” Pekikan terdengar dari seorang lelaki yang diseret masuk. Perhatian para tamu tertuju padanya yang meronta, “Pertunangan? Pertunangan apa? Lepaskan!”
Sejeong ingat pernah menemani lelaki itu berjalan-jalan di mall sewaktu berada di Shanghai. “Sepatu?!” gumam Sejeong ketika pandangan Jihoon bertemu dengan mata tajamnya.
※※※
Anggota F4, tentunya tanpa Sejeong berada di lobby. Daniel, Seongwoo dan Minhyun juga berkumpul membicarakan pertunangan Sejeong. Tentang Shinhwa yang kini mengincar JH Group yang mempunyai investasi di Amerika. Tentang keterlaluannya Heeseok pada anaknya sendiri,
Dan sialnya orang yang sedang dibicarakan datang. “Bagaimana sekarang kau mengertikan, reputasi seorang nona Shinhwa.” Ujar Heeseok yang diikuti sekretarisnya.
“Apa-apaan omong kosong ini?” seru Sejeong melangkah tergesa menghampiri ibunya, ia baru tersadar teman-temannya dan Daniel berada di sana. “Mendadak membicarakan pertunangan, dan kau…” ia mengalihkan penglihatan pada Daniel.
“Kenapa datang kemari?” Sejeong mendekati lelaki yang tadi bermain piano untuknya.
Tanpa melihat lawan bicaranya Daniel menjawab. “Kamu pikir aku ingin datang?”
“Aku mengundangnya,” sela Heeseok yang langsung dibalas oleh sahutan kesal Sejeong.
“Kau datang hanya karena dia mengundangmu,” katanya ditujukan pada Daniel yang enggan bersiteru.
Suasana semakin tidak nyaman, setidaknya Chaeyeon tahu itu dan menyuruh agar Sejeong bicara berdua saja dengan Daniel. Namun dengan nada tak peduli Daniel mengatakan bahwa tidak ada yang perlu ia bicarakan bersama Sejeong. Jelas itu membuat Heeseok senang,
Suara sepatu dari langkah kaki mendekat mengalihkan perhatian, dia adalah Jihoon yang datang hendak menanyakan perihal tunangan. “Maaf… apa pertunangan ini bukan main-main? Ini bukan sebuah kejutan atau semacamnya, kan?”
Benar, Heeseok tidak memberitahu Jihoon mengenai pertunangan yang memang sudah disetujui kedua belah pihak tanpa sepengetahuan anak-anaknya. Jihoon berdiri tepat bersebelahan dengan Daniel, sejenak dia berpikir seperti pernah melihat Daniel.
“Sepatu diamlah!” kesal Sejeong menatap tepat ke manik mata Daniel, lalu meneruskan. “Kang Daniel, benar tidak ada yang ingin kamu katakan? Kalau aku ada, jadi ikuti aku.” Ia bergegas pergi setelah meraih tangan Daniel untuk ikut bersamanya.
Semua pasang mata tampak keheranan, melihat siapa yang ditarik pergi oleh Sejeong bukanlah Daniel melainkan Jihoon. Saking terburu sekaligus kesal Sejeong tidak sadar telah salah menggenggam pergelangan tangan orang lain…
※※※
Diluar gedung, di malam hari yang agak dingin. Jihoon telah menyerah dari melepaskan tangan yang dicengkram kuat-kuat tatkala pendengarannya dicerca dengan berbagai makian dan penyesalan dari seorang Kim Sejeong.
“Kalau saja kau tidak bisa bermain piano, dia akan senang telah mempermalukanmu! Kau penerima beasiswa tapi sebodoh ini!”
Napas tak beraturan Jihoon memberitahukan bahwa lelaki itu kelelahan, ia jalan dengan tubuh bungkuk dan mungkin pergelengan tangannya akan memar. “Hai, hai rambut keriting! Apa yang kamu…”
“Keriting?!” barulah Sejeong menoleh ke belakang, sontak matanya membelalak mendapati Jihoon yang mengatur napas tersengalnya.
Segera saja Sejeong menghempaskan tangan Jihoon. “Kenapa kau ada di sini?”
“Kau yang menarikku ke sini!” tukas Jihoon dengan suara tersinggung. “Lihat, aku sampai kehilangan sebelah sepatuku yang kebesaran dan dicuaca sedingin ini kau menyeretku keluar tanpa mengenakan mantel.” Ia merutuki perbuatan Sejeong.
“Seharusnya kau meminta maaf.” Tuntut Jihoon.
“Aku tidak menyuruhmu untuk mengikutiku.” Sejeong membela dirinya, merasa bukan kesalahannya.
“Mengikutimu! Siapa yang mengikutimu!” sewot Jihoon tak terima.
Tetapi dengan entengnya Sejeong menjawab. “Kalau begitu tidak masalah, kan. Kau bisa pergi sekarang, sesuai tujuanmu…” ia memperingati sebelum benar-benar pergi. “Kalau kau mengikutiku lagi, aku tidak akan tinggal diam!”
Sambil menghela napas Jihoon berdesis marah. “Dia… benar-benar, HEI!” serunya berlari mengunci pergerakan Sejeong dengan memeluknya dari belakang.
Sejeong tersentak. “APA YANG KAU LAKUKAN, LEPAS!”
“Minta maaf dulu, baru aku lepaskan.” Sahut Jihoon selagi gadis yang dipeluknya berusaha melepaskan tautan tangan yang melingkar dipinggangnya. “Cepat minta maaf, kau tidak akan minta maaf, heuh!” desak Jihoon, tubuhnya dibuat memutar akibat pergerakan Sejeong.
“Cepat lepaskan!” perkataan Sejeong dianggap angin lalu, ia benar mengenai lelaki manja yang kekanakan pula.
Akhirnya dengan sekuat tenaga Sejeong mampu mendorong Jihoon hingga terjatuh. Sejeong pikir dirinya akan mendengar kalimat protes, namun Jihoon malah menggodanya dengan mengatakan kalau wajah Sejeong merah.
“Berikan aku uang?” Jihoon menengadahkan tangannya. “Aku butuh uang untuk naik taksi. Kau menarikku ke sini tanpa sempat membawa apapun.” Keluhnya setelah ditegur oleh Sejeong agar jangan bersikap keterlaluan dengan berbicara macam-macam.
“Tidak ada!” Sejeong juga tidak membawa uang sepeser pun, setelah membersihkan asal pakaiannya dari debu Jihoon kembali menengadahkan tangan. “Aku bilang tidak ada.” Ulang Sejeong.
“Handphone,” singkat Jihoon dengan cepat mencari-cari benda petak dibalik mantel Sejeong.
“Apa yang kau lakukan?! Dasar mesum,” belum sempat Sejeong melayangkan pukulan mautnya, segerombolan lelaki berjas hitam rapih mengenakan dasi menghentikannya.
Memeganginya disetiap sisi, “Siapa kalian?! Jangan sentuh aku!” pekik Sejeong, hari ini dia benar-benar sial. “Apa kalian tidak tahu siapa aku!”
“Tuan kau tidak apa-apa?” salah satu di antara mereka menghampiri Jihoon, memakaikan mantel padanya.
“Geure, Yunseong –ah, terima kasih kau telah datang tepat waktu.” Kata Jihoon tersenyum puas.
※※※
Cafeteria yang berada di gedung kampus dipenuhi mahasiswa yang bersantai sambil menyantap camilan ringan, atau sekedar memesan minum, membicarakan tugas dan bertukar pendapat.
Berbeda dengan ke empat wanita yang mengambil topik sensitif mengenai hubungan, khususnya perjodohan. Chaeyeon paling bersemangat, siapa yang tidak tahu kalau dia dijodohkan semenjak kecil bersama putera dari teman orangtuanya. Bagusnya baik dia dan tunangannya saling menyukai dan menyambut gembira perjodohan mereka.
“Ngomong-ngomong bagaimana Park Jihoon, apa yang dia suka?” apa karena seorang Eunbi yang merupakan player, sehingga tanpa pikir panjang bertanya perihal lelaki yang dijodohkan dengan Sejeong.
“Kalau macam pewaris manja ini, seharusnya manis dan menggemaskan.” Tebak Chaeyeon menambahkan. “Dia terlihat imut.”
“Imut?! Apa bagusnya itu, dia hanya serangga pengganggu. Dia memelukku…” tidak seharusnya Sejeong mengatakannya, ia menunduk salah tingkah.
“Memeluk, game apa yang kau mainkan?” bingung Eunbi.
Buru-buru Sejeong pergi, beralasan akan ke toilet. Sedang ke tiga sahabatnya kembali melanjutkan obrolan mereka, berspekulasi dan saling menerawang jauh akan apa yang sebenarnya terjadi setelah Sejeong salah menarik lengan orang lain. Dan waktu itu Daniel terlihat sangat muram,
※※※
Di jalanan utama kampus, Kang Daniel terlihat berjalan, menghitung langkahnya sendiri yang tampak enggan memasuki gedung luas di hadapannya. Bisa saja sebuah kebetulan mempertemukannya dengan Sejeong entah di sudut bagian mana, didalam sana… hembusan napas lolos seiring pikiran tak bersalah muncul diotaknya.
Bukankah dia datang untuk belajar, kenapa malah sibuk memikirkan hal lain. Ingat! Wanita itu sudah bertunangan dengan lelaki lain…
“Permisi, kau yang di sana!” kalimat yang sepertinya ditujukan pada Daniel itu mampu mengalihkan perhatian, suara langkah semakin mendekat telah menghentikan langkah kaki Daniel yang sontak hitungan pun terlupakan.
“Itu kamu, benar, kan? Kita pernah bertemu di Shanghai!”
“Park Jihoon –sshi, annyeong, ada apa kamu kesini?” Daniel bertanya dengan kikuk, bertemu tunangan kekasihnya tidak, tapi mantan kekasihnya di kampus seperti ini sangat tidak nyaman.
“Apa-apaan ini… aku penyelamatmu, kamu tidak senang bertemu denganku dan panggil namaku dengan santai saja.” Kata Jihoon dengan suara ramah nan riang, melihatnya seperti melihat mentari yang terbit dipagi hari, mencerahkan hari gelapnya.
Tunggu bukan saatnya dia terpesona oleh lelaki bernama Jihoon itu.
“Padahal aku sangat senang bisa bertemu denganmu, kau teman pertamaku di Seoul!” terus terang Jihoon, jujur membuat Daniel terbebani akan lebel teman yang baru didengarnya.
Anehnya Daniel menjawab. “Aku juga senang, tapi apa yang membawamu ke sini?” ia kembali menanyakan maksud kedatangan Jihoon ke kampus.
“Aku datang mencari seseorang.” Sahut Jihoon masih dengan senyum terpatri diwajah tampannya.
Daniel tahu siapa orang yang dimaksud. “Kim Sejeong?” tanyanya lambat-lambat.
“Oh, bagaimana kamu bisa tahu? Menarik sekali,” akankah suatu hari nanti dia menyaksikan pernikahan lelaki ini bersama Sejeong. “Oh iya… namamu?” lanjut Jihoon mencoba mengingat sebuah nama, namun ia sama sekali tidak tahu.
Seulas senyum tersungging di bibir Daniel, “Kang Daniel,” ucapannya diberi respon menyenangkan, Jihoon menatap kagum pada sosok lelaki yang lebih tinggi darinya dan terlihat manly.
“Kau pasti senior disini, sebentar lagi aku juga akan mendaftar di Shinhwa. Kalau begitu kita jadi Hyung-Dongsaeng (Kakak-Adik) ya!” putus Jihoon sementara Daniel mengerutkan dahi tak mengerti. “Sejak pertama kali melihatmu aku berpikir kamu keren sekali, Daniel Hyung.”
“Daniel Hyung?!” canggung Daniel dipanggil seakrab itu, agak terlalu berlebihan untuk pertemuan mereka yang baru tiga kali, tanpa obrolan panjang.
Kebetulan itu akhirnya terjadi. Chaeyeon adalah orang pertama yang menyadari keberadaan Daniel, ia terpekik tertahan ketika mengenali siapa lelaki imut yang tengah berbicara dengan Daniel.
“Bukankah dia, Park Jihoon?!” kaget Eunbi diangguki mantap oleh Chaeyeon.
Sejeong menajamkan pandangannya. “Kenapa lelaki itu ada di sini.” Kata Sejeong dengan enggan menghampiri dua lelaki tersebut.
“Serangga sedang apa kau disini?” ia bertanya setelah jarak mereka dekat. “Jangan bilang…”
“Tentu saja menemui tunanganku,” Jihoon merangkul pundak Sejeong.
“Lepaskan, atau aku…”
Jihoon memotong sambil cengengesan. “Atau kau ingin aku peluk saja seperti tempo hari.”
Dengan hati-hati Sejeong melirik Daniel, dia khawatir akan apa yang dipikirkan Daniel jika mendengarnya. “Ngomong apa sih sepatu butut ini! Pergi sana!” usir Sejeong.
“Dengar, namaku Park Jihoon. Mulai hari ini dan seterusnya aku tunanganmu, kau mengerti!” Jihoon menjeda perkataannya. “Bersiaplah, aku akan menjinakanmu.” Ia mengarahkan jari telunjuk dan ibu jari sejajar dengan kepala Sejeong berkata ‘BANG’.
※※※
SELAMAT HARI KEMERDEKAAN INDONESIA YANG KE-74!
Aku kira minggu ini tidak bisa publish, Soalnya kemarin baru ngetik lagi cerita ini…
Imajinasi aku terbagi-bagi, bercabang buat cerita lain yang udah di publish prolog-nya, silahkan dibaca buat kalian yang suka sama Produce X 101.
Ada siapa aja sih cast-nya selain Kim Wooseok?
Cek di work ‘Sensitivity to Others’
Alesta Cho.
NB: Beberapa drama yang dibintangi cast GOF… ada Jung Chaeyeon yang menyelesaikan My First First Love Season 2, sudah tamat dan tayang di Netflix,
Karena aku bucin nya Jisoo, jadi ngikutin setiap drama dia dan ehhhh ternyata dipasangin sama Chaeyeon.
Ada Sejeong dong yang jadi pemeran utama untuk kedua kalinya dalam drama, kalau di fanfic sih dia udah banyak jadi cast utama kali ya, hehe
Satu lagi nih, jangan ketinggalan akting memukaunya Seongwoo di At Moment Eighteen. Aslinya bobrok dan selalu aku nistain aja di GOF… eh, ehhh perannya sebagai Junwoo bikin aku meleleh deh !
Dari tiga drama itu yang mana yang kamu tonton?
THANKS FOR READING
SEE YOU NEXT WEEK
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro