Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.28 - Pernyataan


Aku tahu pasti kalian mampu menghargai sebuah karya,
cukup dengan apresiasinya di kolom komentar dan beri tanda bintang.
Selamat membaca ^^

GIRLS OVER FLOWERS
2019/07/07
※※※

DENGAN NAPAS yang memburu akibat berlari beberapa saat lalu, Kang Daniel mengedarkan pandangan keseluruh ruangan. Terjadi lagi, rumahnya berantakan, barang-barang kecil tercecer ditambah furniture yang bergeser acak dari tempat semula.

"Oppa..." panggil Yena dalam sedu sedannya.

Daniel menyeret kakinya, memeluk Yena demi menenangkan adiknya yang tampak terguncang.

"Apa yang harus kita lakukan." Mikyung juga menangis didekat puterinya.

Kondisi rumah lebih parah dari kejadian sebelum-sebelumnya yang menimpa mereka. Daniel pikir ini ada sangkut pautnya dengan Kim Heeseok. Ia memilih untuk tidak putus dengan Sejeong, pastilah ada risiko yang akan dia dapat.

"Appa dibawa pergi oleh rentenir." Kata Yena tersirat ketakutan dalam sorot matanya. "Jika tidak dapat membayar hutang, rentenir akan menjual jantung dan ginjalnya." Ia menangis sesegukan ketika pundaknya ditepuk seirama oleh Daniel.

Sebagai lelaki dianggota keluarganya setelah sang ayah, tentu ia harus bersikap lebih tegar dan mampu diandalkan. Terlepas dari seberapa banyak hutang yang harus dilunasi hingga kedai -pun tak cukup untuk semua itu.

※※※

Disinilah Kim Mikyung berada tanpa sepengetahuan Daniel, ia pergi menemui Kim Heeseok. Meminta bantuan yang pernah ibunya Sejeong tawarkan, setengah atau seperempat dari uang tersebut -pun sudah sangat membantu. Saat ini tidak terpikir orang selain petinggi Shinhwa Group dihadapannya.

Sampai-sampai ia rela berlutut demi menyelamatkan nyawa suaminya. "Mohon belas kasih anda." Kata Mikyung ketika kehadirannya diacuhkan.

"Itu tidak terlalu sulit." Sahut Heeseok menaruh majalah bisnis di meja, ia meneruskan. "Tapi ada satu syarat, untuk sebuah kesalahan harus minta maaf, apa yang perlu dibayar harus dibayar."

Kejadian melemparkan garam, Mikyung langsung membungkuk lebih rendah lagi sambil mengungkapkan penyesalannya. "Kejadian waktu itu saya mohon maaf sebesar-besarnya, karena melewati batas tanpa tahu posisi kami tak sebanding dengan nyonya."

Putus asa, pikiran Mikyung benar-benar kacau. Usahanya tidak berhenti sampai situ ketika mengetahui Heeseok kurang puas akan apa yang dilakukannya. Maka Mikyung membuka barang yang dibawanya dari rumah, mengguyurkan semua isinya ke kepala. Seketika itu garam kasar berjatuhan dan beberapa tersangkut dihelaian rambutnya sedang sisanya berserakan di lantai.

Barulah Heeseok memperhatikannya, tersenyum puas, sangat puas...

※※※

Seongwoo menghela bosan. Hari ini pekerjaannya terasa mudah, tepatnya tak banyak yang harus dikerjakan mengingat cuaca dingin dan jadilah sepi pengunjung. Dibalik kemudahan itu ada kegelisahan sendiri terkait penghasilan yang mereka dapat.

Bertepatan dengan Daniel yang menyodorkan sapu pada Seongwoo, suara lonceng kecil dari pintu yang dibuka terdengar. Otomatis mereka menoleh, menyapa seramah mungkin pelanggan yang datang untuk memakan es serut.

"Oseo O Seyeo (Selamat Datang)!" kompak Daniel dan Seongwoo sedetik kemudian membulatkan mata tak percaya.

"Hai!" Eunbi melenggang masuk sambil melambaikan tangan.

"Kalian sengaja datang untuk makan patbingsoo?!" kaget Seongwoo, hanya orang-orang yang kebal terhadap dingin yang mampu menikmati es diwaktu sekarang ini.

Chaeyeon mendelik. "Bukankah kau menjual patbingsoo!" Sewot Chaeyeon, siapa -pun tahu bahwa gadis itu sedang dalam mood buruk hanya dengan melihat perangainya yang selalu anggun dan cantik, kini berubah menakutkan.

Disebelahnya Hyewon mengulum senyum. "Maaf dia agak sensitif." Ia melihat papan menu lalu menambahkan. "Kita pesan dua patbingsoo yogurt dan satu green tea."

"Siapa bilang aku mau..."

Hyewon buru-buru menyikut Eunbi, supaya tidak menyinggung perasaan Chaeyeon. Mereka tahu akan pertengkaran Chaeyeon dan Minhyun mengenai pekerjaan model yang dilakoni Minhyun. Bukan masalah siapa pasangannya atau pose yang dilakukan, namun pakaiannya yang membuat Chaeyeon marah besar.

"Ayo kita duduk." Ajak Hyewon menuntun Chaeyeon.

Melihat Chaeyeon yang begitu murung, Seongwoo penasaran dan menyuruh Daniel untuk menyiapkan pesanan sementara ia akan menwawancarai Eunbi yang anehnya masih berdiri di depan Counter Chasier. Belum juga Seongwoo melontarkan pertanyaan, Eunbi sudah menyela.

"Minhyun memakai tuxedo." Ujar Eunbi dengan suara pelan. "Kata Chaeyeon model wanitanya mengenakan gaun pengantin dan berlagak mesra, bahkan ia sendiri belum pernah berpoto semesra itu dengan Minhyun, apalagi dengan pakaian pengantin." Jelasnya ada nada mengeluh, karena hasilnya Chaeyeon mengajak untuk memakan patbingsoo.

Seongwoo mengangguk-angguk. Sedikitnya mengerti perasaan Chaeyeon, begitu pula Daniel yang datang dengan pesanan mereka.

"Pasti sangat menjengkelkan." Komentar Daniel hendak mengantarkan pesanan namun direbut oleh Seongwoo.

"Biar aku yang antar."

Berikutnya disatu meja yang tampak ramai itu. Seongwoo duduk memeriahkan suasana, wajah murung Chaeyeon seketika berubah cerah seperti biasa. Lelucon-lelucon yang dibuat Seongwoo berhasil membuat gadis bermarga Jung itu tertawa.

Dibalik meja kerjanya Daniel menanggapi. "Sahabatku memang hebat." Ia akui Seongwoo baik dalam mencairkan suasana.

Tapi sedari kedatangan anggota F4 itu, satu yang Daniel ingin tahu. Kenapa Sejeong tidak ikut dengan mereka. Bahkan kata rindu lolos dari bibirnya yang terus meracau akan apa yang sedang Sejeong lakukan sekarang? Apa dia sudah makan atau belum? Haruskah dia melenponnya?

"Jika penjualan bulan ini tidak meningkat, kami tidak akan mendapatkan bonus apapun." Kata Seongwoo ketika dengan senyumnya Chaeyeon membayar tagihan untuk tiga patbingsoo yang dia pesan.

"Kalau begitu kita akan membantu kalian." Sahut Chaeyeon.

"Caranya?" tanya Daniel yang setelahnya saling bertukar pandang dengan Seongwoo yang juga kebingungan.

Di depan kedai Ice Top. Kerumunan semakin padat saat teriakan ajakan untuk mampir ke kedai es serut terdengar oleh sebagian pengunjung mall. Sekarang Daniel dan Seongwoo barulah mengerti,

"Silahkan mampir dan nikmati patbingsoo!" Seru Eunbi menunjukan daftar menu di tangannya.

"Kami punya banyak rasa, ada Green Tea, Coffe, Yogurt dan masih banyak dessert lain!" imbuh Chaeyeon, menyenggol Hyewon untuk segera mengatakan kalimatnya.

"Enak." Singkat Hyewon kaku.

Eunbi mengeluhkan bahwa bukan itu kalimat yang harus diucapkan. Namun orang-orang berebut masuk lebih dulu sembari berbicara akan kecantikan mereka. Strategi menarik pelanggan -pun berhasil.

"Pasti patbingsoo menyegarkan." Ucap salah satu pelanggan.

※※※

Untuk alasan yang sepenuhnya belum dipahami, Daniel merasakan kegundahan dalam hatinya. "Aku pulang." kata Daniel dengan suara lemah. "APPA! Kau baik-baik saja?" ia berseru saat melihat ayahnya duduk membelakangi Mikyung dan Yena.

Dua buah koper mengalihkan penglihatan Daniel. "Eomma apa yang terjadi?"

Akhirnya Mikyung menceritakan apa yang telah ia lakukan, mendatangi kantor Kim Heeseok. "Hanya dia orang yang terpikir untuk dimintai bantuan." Sesal Mikyung membuang muka.

"Yeobo aku bilang kembalikan saja, ini masalahku jadi biar aku yang menyelesaikannya." Tegas Dongil marah bercampur malu. "Daniel tolong kau kembalikan."

※※※

Setelah diijinkan untuk masuk. Kang Daniel mengeratkan pegangannya dikedua koper yang ia jinjing.

"Ada perlu apa?" dimeja kerjanya Heeseok tidak perlu repot-repot menyambut tamu yang kehadirannya telah diperkirakan, namun tak disangka secepat ini.

"Saya kemari untuk mengembalikan uang." Kata Daniel menaruh dua koper di atas meja.

"Saya dengar keluargamu sedang kesulitan, menurutmu bijakkah mengabaikannya demi harga diri?" Heeseok menautkan jari jemarinya.

"Ini bukan masalah harga diri. Ini keputusan keluarga kami, saya minta maaf telah menyulitkan." Terang Daniel tak ingin disalah artikan maksud kedatangannya.

"Jika jumlahnya tidak cukup, saya dapat memberikan lebih. Atau... mari buat kesepakatan." Tawar Heeseok.

"Jangan menggangguku atau keluargaku lagi dengan alasan apapun! Saya mohon." Tak ada niatan untuk Daniel melakukan kesepakatan.

"Lalu apa kamu akan tetap berhubungan dengan Sejeong?"

"Itu urusan antara aku dan Sejeong." Tukas Daniel.

"Kamu harus sadar bahwa kamu tidak cocok dengan Sejeong." Sinis Heeseok menentang keputusan Daniel.

Pandangan Daniel makin tertuju pada lawan bicaranya. "Ya, aku dan Sejeong memang berbeda tapi apakah anda tahu? Kami berdua berdiri di tempat yang sama, melihat dari tempat yang sama. Aku dan Sejeong sudah berjanji bahwa kami tidak akan putus dengannya hanya karena ibunya." Panjang lebar Daniel tanpa menyadari hatinya yang merasa lega, kegundahan yang beberapa saat lalu juga sudah menghilang.

"Kau yakin tidak akan menyesal? Uang itu harga dari berlututnya ibumu." Ucap meremehkan Heeseok.

"Aku tidak tahu bahwa ada harga untuk harga diri? Lalu berapa harga diri nyonya? Aku harap anda bisa merubah pandangan tersebut dan sepertinya anda tak tahu bahwa hati tidak dapat beli. Tapi Sejeong, sekarang dia sudah mulai memahaminya." Daniel pergi meninggalkan ruangan dengan tekad kuat untuk mempertahankan cintanya terhadap Sejeong.

※※※

Kang Daniel tertegun. Bertepatan dengan membuka pintu, Sejeong berdiri dengan wajah kesalnya.

"Kenapa kau tidak mengangkat teleponmu! Memberi kabar juga tidak!"

Tanpa diduga Daniel menarik tengkuk Sejeong, menautkan bibirnya pada bibir gadisnya yang terkejut bukan main. Mengulum lembut, menyalurkan kehangatan yang mendebarkan hati.

Jarak yang sengaja Daniel buat telah menyusut. Alasan terbesar ia membuat jarak tersebut adalah garis hirarki yang selama ini dijunjung tinggi oleh keluarga Sejeong, tidak... mungkin hanya ibunya. Sang kakak, Kim Jisung telah dipastikan berada dipihaknya. Suatu saat nanti pasti hati Heeseok akan tergerak.

Sejeong memejamkan mata seraya melingkarkan tangan disekitar pinggang Daniel. Kalaupun cinta mereka tetap ditentang, Daniel bisa membawa Sejeong pergi bersamanya. Tautan mereka terlepas dengan tangan Daniel yang masih memegangi tengkuk Sejeong.

"Aku akan mengatakan kata yang ingin kau dengar, bahwa aku juga menyukaimu. Aku suka padamu..." kata Daniel.

Sejeong menggeleng disertai tingkah manjanya, perlahan melonggarkan pelukannya. Kontan dengan cepat Daniel memegangi tangan Sejeong agar tetap berada dipinggangnya.

"Saranghae, Kim Sejeong." ungkap Daniel menyentuh gemas hidung Sejeong.

Tiba-tiba pintu terbuka, disusul dengan suara nyaring. "IYA, IYA AKU PERGI SEKOLAH DAN TIDAK AKAN TERLAM ... bat!" Yena terkejut melihat Daniel dan Sejeong dalam posisi yang begitu dekat.

Malah pasangan yang kepergok sedang bermesraan lebih terkejut lagi dengan mendorong tubuh satu sama lain. Yena berdehem, menyiapkan kalimat ancamannya.

"Aku kira Oppa sudah pergi dari tadi," ia mendekati Daniel dan membungkuk ramah menyapa Sejeong. "Hai kakak ipar!"

"Ha, hai Yena -ya." Balas Sejeong tergagap sekaligus senang dipanggil kakak ipar.

Yena kembali beralih pada Daniel, dengan agak berbisik ia bicara. "Jika tidak ingin aku laporkan pada eomma, berikan aku uang jajan." Namun masih bisa didengar Sejeong yang mulai sibuk merogoh tas selempangnya.

"Yena-ya, Yena-ya! Kau bisa terlambat, ini ada ongkos buat naik bus sisanya bisa kau pakai untuk mentraktir teman." Seru Sejeong.

"Tidak usah Sejeong-ah." Tolak Daniel yang diabaikan sepenuhnya oleh kedua gadis itu.

"Terima kasih kakak ipar, kau yang terbaik!" Yena berlalu sambil melambaikan tangannya dengan girang.

※※※

"Oh iya, ini -kan hari minggu kenapa Yena tadi pergi ke sekolah?" heran Sejeong baru terpikir saking terkejutnya tadi.

"Dia sudah kelas 3, jadi sekolahnya mengadakan kelas tambahan dihari libur." Jawab Daniel mengedarkan pandangan ke sekitar. "Omong-omong kita mau kemana?" ia bertanya ketika lalu lalang orang-orang membawa koper dan ada juga tas ransel besar bertengger dipundak mereka, seperti memberitahukan bahwa akan bepergian jauh.

"BANDARA?!" Daniel melongo menyadari tempat di depannya, dari kejauhan dia yakin tiga wanita yang menunggu disana adalah anggota F4 lain serta Minhyun yang terlihat membujuk Chaeyeon untuk tidak marah lagi. "Seongwoo, Somi, mereka..."

"Mereka juga aku ajak, walaupun tadinya aku hanya akan mengajak si bodoh." Sela Sejeong.

"Maksudmu Seongwoo?" tanpa menanggapi perkataan Daniel, Sejeong menggandeng lengan Daniel untuk segera menghampiri teman-teman. "Dia tidak bodoh kok, cuma agak penakut." Bela Daniel sama sekali tidak digubris.

Mendadak Sejeong kesusahan menarik tubuh Daniel. Laki-laki itu bertanya, "Memangnya kita mau kemana?"

"Melbourne, Australia! Disana kita akan main ski!" jawab Sejeong. "Ayo cepat!" tambahnya dengan semangat.

Tubuh bongsor Daniel melemas tatkala Sejeong menyeretnya. Disambut oleh berbagai keluhan dari yang sudah menunggu mereka. Somi sama bersemangatnya dan terus mengatakan tempat yang akan ditujunya sangatlah indah, dia men-scroll ponsel tak sabar, menggumamkan rasa syukurnya karena mengunjungi Seongwoo yang sedang bekerja di Ice Top bertepatan dengan Eunbi yang melontarkan ajakan untuk pergi.

※※※

Setelah berkendara selama tiga jam akhirnya mereka sampai ke tempat yang dituju. Mt Buller, gunung yang terletak di tenggara kota Melbourne memiliki banyak lereng ski yang sesuai dengan berbagai kemampuan snowboard. Australia adalah Negara yang kedapatan musim dingin lebih awal, musim ski dimulai dari tanggal 8 juni hingga akhir September atau selama salju masih ada.

Kebetulan sekali, Sejeong sangat ingin melihat salju dibulan juli ini. Dia bisa saja langsung meluncur kalau mengabaikan hambatan macam ketidakmampuan Daniel dalam bermain ski.

Brukk~

"Sudah aku bilang buat kakimu seperti huruf A!"

Kang Daniel terjatuh untuk kesekian kalinya, ia -pun menepis kesal tangan Sejeong yang berniat membantunya. "Aku tidak ingin kau ajari lagi!"

"Memangnya siapa lagi yang akan mengajarimu." Sahut Sejeong meletakan kedua tangan didadanya, melirik sekeliling.

Chaeyeon dan Minhyun tampak meluncur bersama sambil berpegangan tangan, keduanya tertawa lebar. Pastilah sudah berbaikan, perihal mudah bagi mereka untuk membuat hubungan seharmonis mungkin. Tak jauh Eunbi dan Hyewon terlibat kompetisi seru sementara Seongwoo dan Somi sama-sama kesulitan mengontrol laju ski.

"Berikan tanganmu." Kata Sejeong mengulurkan tangannya dengan acuh.

"Tapi jangan marah-marah loh!"

"Iya, iya cepat!"

Daniel menerima uluran tangan, berdiri kemudian mulai berjalan pelan. Bibir Sejeong mulai melengkung, makin lama makin lebar hingga pertahanan oleng dan...

Gedubrakkkk~

Pekikan Sejeong tertahan. Dia janji tidak akan marah, kan. Memaksakan senyumnya ketika menoleh ke arah Daniel yang terbaring di sebelahnya.

"Langitnya indah sekali." Ujar Daniel dengan mata yang menyipit, ia memiringkan tubuhnya tepat menghadap Sejeong, menyisakan jarak dua jengkal saja. "Sebenarnya dari tadi ada yang ingin aku berikan padamu."

Sejeong mendadak duduk. "Apa?!"

Sambil merogoh saku celananya, Daniel bangkit yang lalu memperlihatkan kepalan tangan. "Ini untukmu," kata Daniel membuka jari-jemarinya memperlihat sebuah kalung berbandul bintang dan bulan didalamnya. "Memang tidak seberapa tetapi aku membelinya dari hasil kerja paruh waktuku jadi kau harus menjaganya dengan baik."

"Lihat," Daniel menyuruh agar Sejeong lebih dekat, menunjuk bagian bandul dan melanjutkan. "Ini aku dan di tengah ini adalah kamu."

"Bagaimana bisa kamu bintang dan aku bulan?"

"Karena Kim Sejeong adalah bulan yang tidak akan pernah pergi dari bintang Kang Daniel. Apapun yang terjadi, aku tidak mau kehilangan bulan ini." Jelas Daniel begitu tulus sampai-sampai pendengarnya merasa terharu.

Sejeong menjulurkan lehernya. "Kalau begitu cepat pakaikan." Ketulusan itu masih berlanjut melalui tatapan lembut Daniel yang segera memasangkan kalung.

Hari menyenangkan dimana ia mendapatkan sebuah pernyataan cinta dan arti ketulusan yang begitu mendalam. Tidak ada lagi yang Sejeong inginkan sekarang, selain bisa selalu bersama Kang Daniel. Atau bisa saja dihari yang sama dua sejoli itu tiba-tiba mengalami kesulitan akibat sesuatu yang tidak dapat diduga.

Seperti kedatangan Three Kims di antara mereka. Berdiri tak suka memperhatikan kedekatan Daniel dan Sejeong, sengaja mengikuti perjalanan liburan ke Melbourne yang mereka ketahui dari postingan SNS Somi sewaktu di bandara.

"Kang Daniel!" kesal Jaehwan menatap geram laki-laki yang dianggapnya musuh terbesar.

※※※

Apa sih yang bisa Jaehwan lakukan pada Daniel-Sejeong?
Sehingga hari menyenangkan mereka berubah drastis, kelanjutannya hanya di Girs Over Flowers.

NB: Begini nih tampak awal cover, poto Sejeong -nya terlalu imut jadi kurang cocok dengan cerita GOF. Karena sayang aku kasih liat aja, hehe


Kalau ada yang minat baca cerita Kang Daniel dengan karakter berbeda macam bad boy, nappeun namja, nakal abis ditambah ketua geng ketemu sama gadis enerjik dan serba ingin tahu, tengok yuk ke work yang di episode sebelumnya pernah aku kasih tahu yaitu Wanna One Go: Story ~ mereka baru dipertemukan di update'an terakhir.
Cerita diawali dengan kisah Guanlin yang ketemu cewe penderita DID.


Baca selengkapnya guys ^^

※※※

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro