Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.27 - Penyesalan


Cameo in this episode: Produce 101 S1 --- Lee Suhyun

Selamat membaca ^^

GIRLS OVER FLOWERS
2019/06/29
※※※

TADI SORE Kim Sejeong menerima telepon dari nomor yang tak dikenalnya. Walau malas dia tetap memasang telinga untuk mendengar suara di seberang sana, entah siapa? Sebelum akhirnya ia mengeryitkan dahi, mendecih ketika mengetahui bahwa si penelpon adalah Lee Haein.

“Kang Daniel ada di rumahku, dia mabuk berat dan terus meracau soal putusnya hubungan kalian.” Papar Haein sambil menggesekan kuku ibu jari dan kuku jari tengahnya. “Apa yang harus aku lakukan? Membiarkannya tidur dikamarku atau… mengantarkannya pulang?” ia bertanya dengan nada yang cukup menjengkelkan bagi lawan bicaranya.

Sejenak Sejeong memejamkan mata, merasakan gemuruh dalam dada. Sungguh ini tidak bisa dibiarkan, ia ingin sekali merutuki Daniel atas perbuatannya namun disisi lain perasaannya tidak mengijinkan.

“Dimana rumahmu? Biar aku yang menjemputnya.” Kata Sejeong.

Harusnya ia tidak langsung percaya akan ucapan Haein. Karena sesampainya disana tidak ada tanda-tanda keberadaan Daniel.

“Minumlah dulu.” Haein menawarkan segelas jus jeruk.

“Cepat katakan dimana dia?” ulang Sejeong duduk dengan tak nyaman disofa merah maroon.

Untuk ukuran rumah seorang model, tidak bisa dibilang besar malah tampak sederhana dengan banyak figura yang didalamnya hanya ada potret Haein dan seorang wanita manis tengah mengulum senyum.

“Kang Daniel, dia terlalu baik untukmu.” ujar Haein.

Buru-buru Sejeong berbicara. “Itu bukan jawaban dari pertanyaanku.”

“Dia tidak ada disini, aku telah berbohong padamu.” Ungkap Haein seraya tertawa kecil.

“Kau mempermainkanku?” ucap tak percaya Sejeong. “Aku pergi!” ia meneruskan dengan marah sampai lututnya terantuk sisi meja, menjatuhkan sedikit dari jus jeruk yang berada di dalam gelas.

Tentu Haein tak membiarkannya pergi begitu saja, ia mencengkram lengan Sejeong yang kemudian menariknya dan tepat berhenti pada figura paling besar yang tergantung ditengah-tengah ruangan.

“Lihat baik-baik wanita yang berada disampingku, kau pasti ingat siapa dia?”

Sejeong didorong lebih kasar lagi, demi melihat poto tersebut. Diamnya Sejeong semakin membuat Haein geram.

“Dia adikku!” teriaknya cukup histeris. “Lee Suhyun wanita penerima beasiswa yang kau beri kartu merah F4 satu tahun lalu.” Lanjut Haein membuka ingatan lama Sejeong tentang perlakuan tak adilnya terhadap wanita yang waktu itu populer akan keramahan dan kecerdasannya di kampus.

“Kau bilang kesalahannya hanya terlalu menonjol dari F4. Menggelikan sekali… kau bahkan iri pada wanita miskin yang tak punya orangtua.” Terang Haein berusaha tetap tegar dengan tidak menangis.

※※※

Satu tahun lalu Lee Suhyun keluar dari toilet dalam keadaan basah kuyup setelah diguyur air kotor. Sepanjang koridor semua pandangan serasa mengintimidasinya, ditambah cibiran yang terlontar mengenai hubungan gelapnya bersama seorang dosen.

Itu tidak benar, itu tidak benar. Suhyun menggelengkan kepala, melihat takut-takut setiap pandangan mata yang tertuju padanya.

“Siapa yang melakukan ini!” jerit Suhyun setelah membuka loker.

Buku yang dirobek-robek terlihat mengerikan dengan noda warna merah dari seekor tikus tak bernyawa. Dia selalu pulang dalam keadaan baju basah atau bahkan kotor akibat lemparan tomat busuk, telur yang berbau hingga susu basi.

“Eonni… aku lelah,” keluh Suhyun ditiap malamnya.

Haein yang sibuk sebagai model baru selalu menyuruhnya istirahat kalau memang lelah.

“Eonni aku ingin berhenti kuliah.” Kata Suhyun lagi.

“Kenapa? Beasiswa mu ditarik? Kalau begitu biar eonni yang bayar biayanya.” Sahut Haein melepaskan masker wajah. “Sekarang eonni punya pekerjaan, jadi kau boleh belajar dengan santai.”

“Tidak, tidak, aku akan tetap belajar dengan keras agar tidak mengecewakanmu.” Suhyun memeluk Haein manja sembari tersenyum lebar.

Bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, merahasiakan semua dari sang kakak adalah pilihan terbaik menurut Suhyun. Setidaknya ia memiliki Haein yang selalu mendukungnya dan begitu menyayanginya.

※※※

“Dia lelah dan tidak bisa beristirahat, aku tidak mengerti kenapa dari hari ke hari dia menjadi murung dan menutup dirinya. Sampai aku mengetahui kartu merah sialan itu!” ucap Haein kesal bersungut-sungut. “Karena kalian mentalnya jadi terganggu.”

Satu tamparan Haein layangkan ke wajah sedih Sejeong. “Dia mencoba menyayat pergelangannya dengan silet.” Kata Haein sekali lagi menampar keras Sejeong, menyadarkan gadis itu akan akibat dari permainan kartu merahnya yang ternyata sangat mengerikan.

“Aku tidak tahu akhir dari si penerima kartu merah F4, sungguh… aku minta maaf.” Sesal Sejeong menundukan kepala.

Dengan cepat Haein mencengkram kerahnya. “Maaf? Kau tidak bisa mengucapkan maaf semudah itu, kau harus merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang kau sayangi.” Haein membekap mulut Sejeong menggunakan sapu tangan dan dalam hitungan detik Sejeong sudah tidak sadarkan diri.

Mungkin harusnya Suhyun menceritakan semua kejadian yang dialaminya di kampus. Pikir Haein menyangkal keterlambatan dari apa yang telah terjadi. Sekarang dia tidak bisa berhenti, tujuannya adalah membalas dendam dan waktu berpihak padanya bahkan dia dibayar untuk semua itu.

※※※

Saat ini di studio poto terbengkalai.

“Kim Sejeong jangan buat aku marah lagi.” Ujar Haein memperingati setelah merasa puas menendangi Sejeong.
Dari sambungan teleponnya, Daniel berseru. “Apa yang kau lakukan padanya!”

“Kau ingin tahu, maka datanglah dan lihat sendiri apa yang telah aku lakukan pada mantan pacarmu.” Tukas Haein selagi Sejeong dibantu oleh dua orang lelaki untuk duduk kembali pada kursi yang terikat ditubuhnya.

“Dia akan kemari, jadi kalian berjagalah di luar.” Haein memberikan perintah, menatap nanar Sejeong yang tengah menahan sakit disekujur tubuhnya.

“Kau tidak percaya pada lelaki yang kau sukai dan sebelum cemburu, harusnya kau cari tahu dulu keadaan kekasihmu sekarang ini.” Ujar Haein melanjutkan dengan sinis. “Kau pikir siapa yang menyuruhku untuk mendekati Daniel? Ibumu… dia bahkan mengambil sumber penghasilan keluarga kekasihmu dengan membeli kedai seolleongtong.”

Bukan hanya dua orang yang berjaga, tapi lebih dari sepuluh. Sepertinya ini sebuah jebakan untuk Daniel agar datang. Sejeong tak habis pikir bahwa semua yang menimpa dirinya dan Daniel adalah ulah ibunya. Bagaimana bisa seorang ibu membiarkan anaknya diculik. Keterlaluan.

“Benar, disini kau akan melihat orang yang kau sayangi dilukai. Aku penasaran akan ekspresimu nanti.” Ujar Haein merapihkan rambut berantakan Sejeong.

※※※

Jung Chaeyeon berhambur memeluk Kim Sihyun yang menyambut kedatangan teman-teman dari adik iparnya. Pasalnya sejak kemarin Sejeong tidak beranjak keluar dari kamarnya bahkan hanya untuk makan –pun dia menolak.

Pak Jang sudah membawakan makanan dan kembali dibawa dengan utuh. Begitulah akhirnya Jisung mengusulkan agar menghubungi mereka saja.

“Eunbi –ya kau masuk duluan.” Kata Chaeyeon.

“Kenapa aku?” Eunbi menanggapi dengan enggan, bagaimana kalau Sejeong marah sambil melempar bantal padanya.

Sebelum perdebatan berlanjut, Hyewon sudah mendorong handle pintu, membukanya lalu masuk. “Kim Sejeong kami datang.” Ujarnya menjulurkan kepala lebih dalam melihat sekeliling kamar.

“Loh, kenapa dia tidak ada?” heran Chaeyeon setelah mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.

※※※

Tak terasa hari sudah gelap sepeninggalnya Daniel yang terburu pergi, membolos dari jam kerja. Selama itu pula Seongwoo merasa tidak tenang, bukan karena dimarahi oleh Ha Sungwoon yang sudah biasa baginya. Melainkan tempat yang dituju dan ekspresi cemas Daniel masih menyisakan perasaan tak mengenakan.

Teleponnya juga tidak dapat dihubungi. Firasat Seongwoo mengatakan hal buruk akan terjadi. Maka ia bergegas mencari F4, mengunjungi rumah Sejeong dan memohon agar diijinkan masuk.

“Tanyakan pada nona muda kalian, pasti dia mengenalku, kita berteman.” Kata Seongwoo dengan wajah memelas ketika sebuah mobil melaju ke arah gerbang. “KWON EUNBI!” serunya mengenali si pengendara, mobil –pun berhenti tepat di depan Seongwoo.

“Kenapa kau ada di sini?” tanya Eunbi setelah menurunkan kaca mobil.

“Apa kalian tidak bersama Daniel? Lalu dimana Sejeong? Apa dia di dalam?” tanya Seongwoo beruntun.

Chaeyeon dan Hyewon yang duduk dibelakang kemudi saling pandang. “Kami baru akan mencari Sejeong.” Balas Chaeyeon.

Eunbi yang sempat dibuat sebal karena seolah dijadikan supir menimpali. “Daniel juga tidak bisa dihubungi?” anggukan kecil dari Seongwoo cukup untuk menyimpulkan hilangnya Sejeong ada kaitannya dengan perginya Daniel disaat jam kerja paruh waktunya masih berlangsung.

Jika masalah itu tak begitu mendesak, pastilah Daniel tidak akan meninggalkan pekerjaannya. Dia termasuk orang yang disiplin dan pekerja keras, mana pernah melalaikan tugas baik sebagai mahasiswa maupun pekerja paruh waktu.

“Masuklah!” ujar Eunbi.

Sebelum membuka pintu mobil, Seongwoo melihat si penjaga memamerkan kebenarannya yang mengenal pemilik rumah. Berikutnya mobil melaju, meninggalkan gerbang utama. Saat itu juga Eunbi menghubungi seseorang untuk mencari tahu keberadaan Sejeong dan Daniel. Sementara Chaeyeon meminta agar Minhyun datang bersama beberapa orang yang ahli dalam bela diri.

※※※

Kang Daniel mendekati seorang pria berkumis tipis yang berdiri di depan pintu studio, sedang asyik mengepulkan asap dari rokok yang dihisapnya. Dia sudah menduga kedatangannya akan disambut buruk. Mengutarakan rasa ketidakadilan –pun percuma, karena situasi ini memang bertujuan untuk memperingatkannya.

Melawan dan bertahan. Daniel hanya harus melakukan kedua usaha tersebut, jika dugaannya benar bahwa ini semua adalah ulah Presdir Kim, maka dia tidak bisa diam saja. Sekarang emosinya tak terkendali, jelas marah besar, mengapa bisa seorang ibu memperlakukan putrinya sekejam ini?

Ia balas memukul, meninju keras orang berwajah bulat besar yang menghadangnya. Tubuh si lawan terhempas pada pintu hingga terbuka. Seluruh perhatian tertuju pada kedatangannya.

“Kang Daniel, kau benar-benar datang.” Cibir Haein.

Kepala tertunduk Sejeong terangkat, memperlihatkan air mata yang baru keluar dari sudut matanya. Daniel hendak mendekati Sejeong namun dicegah oleh dua orang yang segera mengapit lengannya.

“Lepaskan dia atau aku…”

“Atau apa?” potong Haein melangkah menyisakan sedikit jarak dengan Sejeong lalu segera menambahkan. “Dengar Kang Daniel, kau akan kehilangan semuanya mulai dari pekerjaan, tempat tinggal dan keluarga terdekatmu. Sebelum terlambat jauhi wanita ini!” ia menarik rambut Sejeong.

Kali ini Daniel melawan, dia berhasil melepaskan diri dengan menginjak kaki salah satunya kemudian mendorong mereka sampai harus melayangkan tinju. Bergegas menghampiri Sejeong, namun baru dua langkah Daniel sudah mendapatkan pukulan keras dari sebilah kayu, menghantam punggungnya. Setelah itu lebih dari tiga orang memukulinya, sungguh dia tidak berdaya.

Sejeong meronta meminta agar mereka berhenti memukuli Daniel. Menoleh pada Haein yang menggumamkan rasa belas kasihannya, jika saja Daniel dapat tetap bersamanya menjadi model, menemui adiknya dirumah sakit dan jangan terlibat lagi dengan Kim Sejeong.

“Kau ingin mengatakan sesuatu?” tawar Haein kemudian membuka lakban yang tertempel dimulut Sejeong.

“Lee Haein aku bersalah, ini semua salahku, tolong hentikan.” Kata Sejeong sambil terisak. “Jangan sakiti dia lagi, aku mohon!” pintanya ketika tanpa bicara apapun Haein membukakan ikatan tali.

“Pergilah…” Haein juga membiarkan Sejeong mendekati Daniel yang terkapar dilantai.

Tangis Sejeong semakin pecah saat melihat wajah babak belur Daniel. “Kang Daniel bertahanlah.”

“Katakan kalau kau akan melepaskannya, maka aku akan membiarkan kalian pergi dengan aman.” Kata Haein meletakan tangan di sandaran kursi yang sebelumnya diduduki Sejeong. “CEPAT KATAKAN!”

“Aku tidak bisa.” Geleng Sejeong mendekap Daniel lebih erat.

Sementara Haein mempererat pegangannya pada kursi yang lalu ia seret. Daniel mengetahui apa yang akan dilakukan Haein, saat gadis itu mengangkat kursi, ia segera memutar tubuhnya demi melindungi Sejeong.

Punggungnya kembali berdeyut sakit, Daniel jatuh pingsan di sebelah Sejeong yang terkejut. “Kang Daniel, buka matamu…”

Tepat pada saat itu gerombolan orang memasuki ruangan. Minhyun dan Chaeyeon datang lebih dulu, disusul Eunbi yang susah payah menjauhkan hambatan dari Seongwoo sembari menggerutu bahwa lelaki jangkung itu memang payah. Bersyukur karena ia pernah mempelajari anggar, Eunbi berlagak kerepotan saat Seongwoo memegangi ujung bajunya.

Hyewon bergegas mengejar Haein yang berusaha kabur. Memelintir lengannya dan tak membiarkan Haein lepas dari genggamannya.

※※※

Orang pertama yang Daniel lihat ketika membuka kelopak matanya adalah Sejeong. Gadis itu duduk bersandar, menyilangkan kaki dengan tangan bersedekap tengah menatapnya.

“Dasar bodoh, kenapa kau diam saja saat dipukuli.” celoteh Sejeong selagi di kasur empuknya, Daniel mencoba duduk dari berbaringnya.

“Dengan kau yang disandera, aku tidak akan melakukan hal yang membahayakanmu. Jadi… aku sengaja dipukuli.” Sejeong cukup terkesan mendengar penuturan Daniel, apa-apaan selalu saja lelaki itu membuat dirinya terlihat keren.

Bibir Sejeong mulai membentuk seulas senyum, beranjak menaiki ranjang.
“Jangan mendekat!” seru Daniel nampak gugup.

“Kenapa? Akukan pacarmu.”

“Yang benar saja, bukankah kau telah memutuskanku.” Sindir Daniel mendorong pelan Sejeong.

Buru-buru Sejeong mengalihkan pandangannya, menyentuh tengkuk sambil berkata. “Kapan aku mengatakannya ya? Aku tidak ingat tuh!”

Sementara itu Hyewon berdiri di depan pintu dengan membawa sekeranjang buah-buahan. Tersenyum kecil mendengarkan perdebatan di dalam ruangan yang urung dimasukinya. Dia meletakan keranjang buah di sisi pintu, pergi bersamaan dengan pekikan Sejeong yang mengatakan bahwa dirinya dan Daniel masih sepasang kekasih.

Kalimat putus itu hanya terlontar karena emosi sesaat saja. “Itu tidak berlaku!”

Arraseo,” Daniel menarik Sejeong dalam pelukannya. “Aku janji tidak akan menghindarimu lagi.”

Kini Daniel dan Sejeong tahu penyebab kerenggangan hubungan mereka adalah Kim Heeseok. “Jangan pernah jadikan ibuku alasan untukmu menjauhiku.” Ujar Sejeong balas memeluk Daniel.

※※※

Semua penghuni rumah sudah pergi pagi-pagi sekali, kecuali Kang Daniel yang sibuk menata rambut dan pakaiannya di depan cermin. Semalam dia merecoki Yena dengan terus bertanya baju mana yang cocok untuknya agar bisa menyeimbangi Sejeong.

Tetapi dengan malasnya Yena malah memilih dengan asal. “Yang terpenting itu bukan berapa mahalnya baju yang dikenakan, melainkan seberapa bagusnya kau mengenakan barang murah sehingga terlihat mewah.”

Anehnya ketidakpedulian Yena mendapat tepukan tangan dari Daniel yang berseru. “Sejak kapan adikku ini menjadi dewasa.” Ia langsung membawa kembali baju-baju.

“Oppa, tutup lagi pintunya!”

Daniel melangkah mundur. “Baik tuan putri.” Sahutnya dengan riang.

Lihatlah sekarang ia tampak percaya diri dengan kemeja lepis yang tidak dikancingkan, memperlihatkan kaos putih polos di dalamnya serta celana jeans bermotif robek dibagian lutut.

“Aku keren, aku keren, aku keren.” Daniel juga tak lupa merapalkan mantra yang diberitahu Yena dapat menumbuhkan rasa kepercayaan dirinya.

※※※

Persiapannya nyaris sempurna. Sejeong berdandan cantik, pakaiannya juga sederhana, atasan berkerah dengan celana berwarna senada. Serasa gadis itu melakukan hal yang sama, mencoba menyelaraskan penampilannya dengan Daniel.

Perlahan tapi pasti Daniel menepuk pundak Sejeong. “Kau menunggu lama?”

Lantas Sejeong berbalik. “Lama sekali sampai kakiku pegal.” balas Sejeong memanyunkan bibirnya.

“Aku hanya terlambat sebelas menit. Jangan terlalu kesal.” Bela Daniel.

“Kau yang terlambat, kenapa kau yang mengeluh.” Sembur Sejeong tak terima.

Tanpa ia sadari seorang anak kecil keluar dari balik tubuh Daniel, menimpali dengan ketus. “Cerewet sekali, membuat malu kaum wanita.” Ia mengayunkan tangan yang digandeng Daniel. “Oppa pasti selama ini kau kesulitan menanganinya.”

“Siapa bocah ini!?”

“Bukan bocah, namaku Lee Chaemi.” Ralat gadis berusia sekitar 7 tahun dengan lantangnya.

“Dia anak tetanggaku yang memintaku untuk menjaganya hari ini.” Sambung Daniel yang beberapa saat lalu dibuat bingung oleh Chaemi yang berdiri di depan rumahnya, anak itu hampir menangis.

Sejeong menghembuskan napasnya, “Kenapa harus hari ini.” gumamnya pelan menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum lebar sembari mencubit gemas pipi Chaemi. “Manis sekali!” lanjut Sejeong memainkan kuncir rambut Chaemi.

Ketertarikan Sejeong terhadap Chaemi terus berlanjut. Dia memainkan kedua kunciran Chaemi disaat perhatian Daniel lebih tertuju pada gadis itu. Kini mereka berada di kebun binatang, memberi makan jerapah.

“Suara itu!” antusias Chaemi mencari-cari sumber suara, sehingga pegangan tangan Sejeong pada rambutnya terlepas.

“Kau ingin melihat monyet?” Daniel sama bersemangatnya, menuntun tangan Chaemi untuk ikut dengannya. “Ayo cepat!” ia melanjutkan sambil meraih lengan Sejeong.

Mereka bertiga berlari kecil menuju kandang monyet. Sejeong tak habis pikir berjalan-jalan di kebun binatang akan semenyenangkan ini, ia merasakan perhatian Daniel meski harus berbagi dengan Chaemi.
Sampai dikandang harimau, Chaemi berusaha melihat binatang buas itu dengan berjinjit.

“Hi pendek, kau tidak bisa melihat harimaunya ya?” ledek Sejeong dibalas bibir manyun Chaemi. “Sini, sini, biar eonni angkat!” ia mengangkat Chaemi agar gadis itu bisa melihat harimau lebih jelas.

“Masih tidak kelihatan,” Chaemi melongokan kepala mencari keberadaan harimau.

Daniel mengambil alih, menggendong Chaemi dibahunya. “Bagaimana apa sekarang kelihatan?”

“Iya, iya aku melihatnya.” Seru Chaemi takjub.

Kang Daniel datang dengan membawa dua permen kapas. Satu diberikan pada Chaemi dan satunya lagi pada Sejeong. Duduk di bangku panjang, mereka sedang beristirahat setelah berkeliling melihat beragam jenis hewan.

“Bukankah kita terlihat seperti sebuah keluarga?” Sejeong hanyut dalam pikiran berperan sebagai ibu dari Chaemi sementara Daniel sebagai ayahnya. “Yeobo, kau juga harus mencoba permen kapas ini.” Manja Sejeong menjulurkan permen kapas melewati kepala Chaemi.

“Yeobo?” desis Daniel menggigit sedikit permen kapas.

Chaemi yang duduk ditengah, menarik-narik ujung pakaian Sejeong.

“Hei, ada apa?” tanya Sejeong berhenti menikmati permen kapas berwarna pink, bertukar pandang dengan Daniel yang juga menanyakan maksud dari gerakan gadis itu.

Chaemi tidak menjawab pertanyaan mereka. Sejeong –pun membungkuk, mendengarkan penuturan pelan Chaemi ditelinganya.

“APA?” Chaemi tersenyum malu. “Ini bukan saatnya kau tertawa!” panik Sejeong tergesa mengangkat Chaemi. “Tahan, kau harus menahannya!” ia berlari cepat setelah menitipkan permen kapas pada Daniel yang terkekeh.

※※※

Hari sudah gelap dan saat ini Chaemi tengah tertidur digendongan Daniel, tangannya melingkar disekitar leher Daniel sambil memegang erat sebuah boneka beruang. Mereka dalam perjalanan pulang, menyusuri jalanan gang menuju rumah Daniel.

“Sudah lama sekali saat terakhir kali aku pergi ke kebun binatang.” Kata Sejeong.

Disebelahnya Daniel menebak. “Pasti waktu itu kau masih duduk ditaman kanak-kanak bersama F4.” Dan ternyata ucapannya dibenarkan oleh Sejeong. “Benarkah?” tambahnya mengangguk-angguk mengerti.

“Sini biar aku yang pegang bonekanya.” Sejeong mengambil boneka beruang. “Walau tidak sesuai harapan, aku tetap senang bisa bersamamu seharian.”

“Memangnya apa yang kau harapkan?”
Sejeong memastikan Chaemi yang benar-benar tertidur pulas.

“Seperti ini.” Daniel mengecup pipi Sejeong.

Mata Sejeong melebar.  “Ya, kau bisa membuatnya bangun.” Setelahnya berjalan lebih dulu sembari mengayun-ayunkan boneka dengan salah tingkah.

Daniel melangkah lebar-lebar, mensejajarkan langkahnya dengan Sejeong. Tak lama ponsel Daniel berdering, ada telepon dari Yena.

“Oppa…” isak tangis langsung menyapa pendengarannya. “Rumah kita.” Daniel memandang Sejeong dengan tatapan sedih.

Dia tahu hubungannya dengan Sejeong tidak akan berjalan mudah. Harusnya dia bisa tetap bertahan, tidak goyah, sebisa mungkin menepati janjinya pada Sejeong.

※※※

Mampukah Daniel menepati janji tersebut?
Selanjutnya di Girls Over Flowers akan ada kebersamaan Daniel dan Sejeong diarena ice skating, hingga terjebak disalju lebat.

Support cast juga akan muncul dipertengahan cerita cinta beda status sosial ini.


Jadi selama menunggu update selanjutnya, bisa coba tengok kisah mereka di work aku yang ditunda kelanjutannya sampai dengan waktu yang tidak dapat ditentukan.
WANNA ONE GO: STORY

Nb: Terima kasih pada cameo kali ini Lee Haein yang karakternya dipenuhi pembalasan dendam untuk sang adik, Lee Suhyun, yang muncul untuk di bully hehe.
Adakah yang nonton PRODUCE X 101? Tunggu kehadiran mereka sebagai cameo dan support cast ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro