Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.23 - Permintaan Maaf

GIRLS OVER FLOWERS
2019/05/10
※※※


SEORANG WANITA berkacamata hitam, mengenakan jaket dengan celana panjang, dan mengenakan topi hitam berjalan masuk ke kedai Ice Top. Rambut setengah bergelombangnya itu terurai, menambah kesan glamour sekaligus keren. Wanita itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, hingga mendapati pemilik usaha yang sedang menghitung uang dimesin kasirnya.

Tak lama dua orang berperawakan hampir sama keluar dari pintu kasir yang terhubung dengan pantry. Seongwoo buru-buru menyapa pelanggan, menyadarkan Sungwoon dari acara menghitung tiap lembar penghasilannya.

“Kim Sejeong?” alis Kang Daniel bertautan ketika mengenali si pelanggan. “Kenapa kemari?” ia bertanya seraya menghampiri Sejeong.

“Urusanku sudah selesai, jadi aku bisa menemanimu.” Jawab Sejeong melayangkan senyum terpaksa pada Sungwoon yang tengah memperhatikannya sambil nyengir kuda.

Seongwoo sudah berada di antara mereka. “Baguslah kalau begitu.” Tukasnya menepuk pundak Daniel.

Diluar dugaan, perasaan sebal sepintas terbersit di wajah Sejeong. Setelah lama menunggu wanita yang katanya kekasih dari Seongwoo. Dia tidak bisa untuk tidak mengeluh, “Ini sudah lebih dari 30 menit kenapa dia belum datang!”

“Biar kutelepon lagi.” Kata Seongwoo agak merasa bersalah, sebelum benar-benar tersambung sapaan ramah dari suara dewasa mengalihkan pandangan ketiganya.

“Annyeonghaseyo, Lee Gaeun imnida.” Serunya seraya merangkul lengan Seongwoo.

Ini pertama kalinya Daniel melihat kekasih Seongwoo, dia juga harus memperkenalkan diri. “Kang Daniel.”

Gaeun berseru ria, menanggapi nama kebaratan, menanyakan apa Daniel blasteran atau pernah tinggal diluar negeri. Namun jawabannya adalah tidak keduanya. Suasana menjadi agak canggung ketika dengan ragu Daniel memperkenalkan wanita di sebelahnya.

“Dia Kim Sejeong…” antara teman kencan apa kekasih Daniel tidak bisa melanjutkan, untungnya Gaeun mengalihkan dengan mengatakan kekagumannya pada selera berpakaian Sejeong.

“Kau memakai kacamata hitam.” Ujar Gaeun terkekeh pelan. “Baju mahal jadi tak terlihat mewah.” Pikirnya tanpa sadar telah memancing kemarahan Sejeong.

Sungguh membuat raut sebal Sejeong semakin kentara. Beraninya wanita itu meremehkan penampilannya.

“Oh ayo kita pergi sekarang.” Ajak Seongwoo takut memperburuk suasana.

Sejeong melebarkan kepalan tangannya, sedikit menghela dalam menahan marah. “Tidak minta maaf padahal dia terlambat.”

Daniel melihat hati-hati ekspresi wajahnya. “Kim Sejeong, apa kita pergi saja.” Ia mengusulkan.

“Tidak kita lakukan saja, kencan orang biasa atau apa pun itu.” Putus Sejeong melakukan hal yang sama seperti Gaeun, ia juga merangkul lengan lelakinya, menyusul pasangan yang lebih dulu berjalan.

Di arena balap kuda. Eunbi sudah duduk di kuda berwarna putih dengan sedikit corak cokelatnya. “Bagaimana kau tahu Sejeong tidak akan datang?”

Hyewon menjawab. “Tahu saja.” Ia mempacu kuda lebih dulu. “Tenang saja aku yang akan mentraktir kalian!”

“Assa (Asyik)!” sahut Chaeyeon menyusul Hyewon dengan kudanya.

※※※

Lagi-lagi, Sejeong merasa diremehkan saat Daniel tak berhasil mendapatkan boneka dalam mesin pencapit. Sementara Gaeun memamerkan boneka dari Seongwoo, bukan hanya satu tapi tiga. Dengan riang memberikan satu pada Sejeong. Jelas tersinggung, Sejeong malah melempar bonekanya.

Dia pun segera menarik Daniel pergi ke permainan lain yang terletak di depan toko. Kali ini pasti bisa mendapat nilai tinggi. Perihal mudah jika harus meninju, Daniel pasti bisa melakukannya.

“Woah kau payah sekali.” Seru Gaeun.

Sejeong melirik tajam Daniel setelah melihat perolehan skor-nya. “Aku tidak tahu kau selemah itu.”

Cuaca dingin menyergap. Tidak ada yang berjalan lancar, kesal Sejeong. Dia juga tidak bisa memakan jeroan sapi, usus atau bahkan kulit hewan berkaki empat itu membuatnya agak mual. Tapi demi menunjukan pada Gaeun kalau dia juga bisa memakannya, maka dia tak harus diremehkan lagi.

Selesai makan, kencan berlanjut ke arena skating, di luar ruangan. Sejeong cemberut sepanjang perjalanan, dia harus berjalan kaki di udara dingin begini. Bayangannya akan double date yang akan menyenangkan tak terjadi, seharusnya mereka tertawa bersama dan saling kejar seperti pasangan yang sering dilihatnya.

Hembusan napas lolos begitu saja, sampai Sejeong merasakan tangannya digenggam. Hatinya seakan sudah berhenti berfungsi ketika Daniel menatapnya sambil tersenyum mengatakan bahwa mereka sudah sampai di arena skating.

Nyatanya imajinasi Sejeong sedang berlangsung. Kencannya tidak seburuk itu saat bermain di atas es, saling berpegangan mengitari arena yang juga dipenuhi pasangan lain. Dia akui ahli dalam hal ini dan Daniel juga bermain dengan baik. Akhirnya dia bisa melupakan pandangan meremehkan Gaeun.

※※※

Sejeong menggosok-gosokan kedua telapak tangannya. Uap keluar dari napasnya, malam ini udara memang cukup dingin. Entah perasaan naluriah atau apa, Kang Daniel membantu menghangatkan tangan tersebut dengan menangkupnya dalam telapak tangannya yang lebih lebar.

“Kenapa juga kau memakai baju tipis.” Keluh Daniel yang lalu melepaskan jaketnya, menyampirkannya pada pundak Sejeong.

“Sebagai gantinya aku memberikan topi mahal ini padamu.” Kata Sejeong memakaikan topi hitam menutupi pucuk rambut Daniel.

“Bagaimana kalau kita membeli minuman hangat.” Seongwoo yang baru datang mengajak Daniel, membelikan minuman untuk para gadis.

“Aku mau espresso.” Kata Gaeun menambahkan. “Jangan lama-lama ya Oppa.”

Di mesin penjual kopi instan. Daniel dan Seongwoo terlibat perbincangan seru mengenai kencan ganda mereka yang merupakan keinginan semenjak SMA. Dua cangkir kopi sudah berada ditangan keduanya,

“Sejeong mencoba menyeimbangi levelmu, aku cukup tersentuh.” Ungkap Seongwoo.

“Dia mencoba dengan caranya.”

Ditempatnya Sejeong dan Gaeun juga terlibat obrolan, tapi yang satu ini tidak seru sama sekali. Kesabaran itu ada batasnya, seharian ini Sejeong sudah menahannya dan kali ini ucapan Gaeun tidak bisa dibiarkan.

“Kau itu terlalu bagus untuk Daniel, dia tidak punya uang.” Ucap Gaeun dengan wajah datarnya. Seperkian detik berikutnya ia mengembangkan senyum, berbicara melalui telepon. “Hmm oppa… tentu saja aku sedang memikirkanmu…”

Insting Sejeong berkerja lebih tajam. Keterlaluan sekali, dia sangat ingin merobek mulut wanita yang tampak dewasa namun tidak dengan kepribadiannya.

Yang pertama Daniel dan Seongwoo lihat adalah kerumunan banyak orang. Tak butuh waktu lama untuk mereka mengenali dua wanita yang menjadi pusat perhatian. Sejeong sedang berkelahi dengan Gaeun, pertengkaran ala wanita tak jauh-jauh dari saling menarik rambut.

Di saat terdesak, Sejeong menendang kaki Gaeun. Cengkraman di rambutnya terlepas ketika lawan berjengit nyeri.

“KIM SEJEONG!”

“GAEUN –AH!”

Sejeong membuang muka. Kacamata yang dipakainya telah patah menyedihkan di atas tanah.

“Kenapa kamu memukulnya? Ada apa denganmu?” Tanya Daniel.

“Memangnya harus ada alasan untuk memukul wanita seperti itu.” Kesal Sejeong bersungut-sungut, ia melihat Seongwoo. “Kau, kalau ingin berpacaran dengan seseorang setidaknya pilihlah wanita baik.” Ia beranjak pergi.

“Kim Sejeong, kau harus minta maaf terlebih dulu.” Tuntut Daniel menghentikan sejenak langkah tergesa Sejeong. “Kalau kamu pergi… hubungan kita berakhir. Minta maaf.” Ulangnya tak digubris oleh Sejeong yang kembali melangkahkan kakinya.

Seongwoo merapihkan helaian rambut Gaeun. “Sebenarnya apa yang terjadi?”

“Kalau dia benci seharusnya bilang saja, tidak usah memukul.” Kata Gaeun merasakan perih disudut bibirnya. “Tadi dia menamparku.”

※※※

Sekeranjang buah-buahan ditenteng oleh Kang Daniel. Bersikeras akan meminta maaf demi mewakili Sejeong. Dia juga terus meminta maaf pada Seongwoo, karena kencannya berakhir dengan Gaeun yang dua hari ini sulit dihubungi.

“Sejeong pasti punya alasan untuk melakukannya, dia sudah nampak menahan marah juga.” Seongwoo membela teman kencan Daniel saat ucapan keraguannya terucap lagi.

“Tetap saja, Sejeong harusnya bisa…”

“Lee Gaeun,” ujar Seongwoo tercekat.

Mata Daniel bergulir mencari sosok yang disebut namanya, sampai mengikuti arah pandang Seongwoo barulah ia melihatnya. Wanita berambut pendek itu tengah tertawa bersama seorang lelaki, mereka tampak mesra dengan saling tatap. Hingga kecupan ringan yang dilayangkan sang lelaki pada bibir Gaeun.

Seongwoo menunduk lesu. Apa-apaan ini Daniel tidak bisa terima, bahkan dia telah menyuruh Sejeong untuk meminta maaf lebih dulu. Selagi Gaeun memasuki mobil bersama selingkuhannya itu. Daniel berlari cepat menghadang mobil yang kemudian mengerem mendadak.

Si lelaki pemilik mobil mengumpat, ia keluar dengan kesal. Sebelum akhirnya sebuah tinju mengenai pelipisnya. “Itu untuk sahabatku!”

Gaeun berhambur menghampiri lelaki yang terhuyung akibat pukulan Daniel. Dia mengenali Daniel dan segera mencari sosok Seongwoo, kekasihnya itu tengah mematung di dekat tiang listrik.

“Dan ini untuk, nae yeojachingu (pacarku)!” Daniel menendang lelaki itu sampai tersungkur.

Dia melampiaskan semuanya pada lelaki yang mungkin tidak tahu apa-apa, ketimbang pada Gaeun yang seorang wanita. Berharap Gaeun bisa menanggung akibatnya nanti.

Di perjalanan pulang, Daniel terus melirik Seongwoo yang nampak tak ada gairah seperti biasanya. “Kau baik-baik saja?” ia bertanya dengan hati-hati.

Seongwoo bilang dia tidak apa-apa. “Sebaiknya kau segera menemuinya…”

“Siapa?”

“Kim Sejeong… kau harus minta maaf padanya.”

※※※

Beberapa jam yang lalu Eunbi mendapatkan pesan singkat dari sekretaris ibunya. Mengatakan bahwa sang ibu kembali dirawat di rumah sakit. Awalnya dia hanya ingin mengabaikannya, namun entah mengapa sekarang dia ada di depan pintu kamar yang sedikit terbuka.

Eunbi urung memasuki ruangan ketika terdengar suara desahan di dalam sana. Dari sela pintu dilihatnya sang ibu tengah bercumbu dengan seorang lelaki bersetelan jas rapih dengan dasinya. Dia mendenguskan napasnya, berbalik menjauhi kamar yang katanya menjadi ruang rawat sang ibu.

Di mobilnya, Kwon Eunbi menatap jalanan yang terlewati. Tak ada yang bisa menarik minatnya, hanya saja ia tetap mencari sebuah penghiburan dari lalu lalang orang-orang. Saat itu netra beningnya menangkap seorang lelaki jangkung tengah berjalan sambil menundukan kepala. Dia mengenalinya sebagai sahabat dari kekasih sahabatnya, iya… dia Ong Seongwoo.

“Hentikan mobilnya.” Kata Eunbi.

Sebenarnya bohong kalau Seongwoo tidak bersedih. Dia pikir telah mengenalinya dengan baik selama ini. Pantas saja akhr-akhir ini merasa ada yang aneh dari Gaeun, selalu saja meributkan tentang uang. Meminta kencan ke tempat berkelas, bahkan berbelanja di tempat yang hanya menjual barang-barang bermerek.

“Memangnya kamu anak-anak, menangis di jalan seperti itu, lelaki selalu menganggap dirinya lebih kuat dari wanita. Tapi sebenarnya tidak.” Celetuk Eunbi ketika sudah berdiri di sebelah Seongwoo, lelaki dengan tampang tak bersemangat yang tengah terisak.

Seongwoo malah makin manangis kencang. Jelas Eunbi kelabakan, dia jadi dipandang aneh oleh orang-orang yang melewati sembari berbisik apa yang dilakukan gadis itu hingga membuat si pria menangis histeris.

“Seongwoo-ya,” panggil Eunbi menutupi wajah menggunakan tangannya. “Ya, Ong Seongwoo jangan buat aku malu.”

※※※

Di sofa tunggal berlengannya, Kim Sejeong duduk bersandar sambil membaca sebuah majalah fashion. Sesekali menggerutu tak menyetujui akan perkataan Gaeun beberapa waktu lalu, yang mengatai baju mahal yang ia pakai terlihat biasa saja.

Di sisi lain Chaeyeon juga sedang melihat majalah yang sama, dia menanyakan mana penampilan yang cocok untuknya dan Minhyun di kencan akhir pekan nanti pada Hyewon yang baru menyelesaikan permainan biolanya.

Hyewon menghempaskan tubuhnya pada sofa, membandingkan dua pakaian pasangan yang ditunjukan Chaeyeon. “Yang ini.” Ia menunjuk pakaian casual bermotif belang-belang.

“Menyebalkan!” pekik Sejeong tiba-tiba.

Hampir saja Chaeyeon menjatuhkan majalahnya, sedangkan Hyewon mengangkat pandangannya yang bersitatap dengan Sejeong di depannya. “Kau masih belum baikan dengan Daniel?” ucap Hyewon selagi seorang lelaki muncul dari arah pintu, tepat di belakang Sejeong.

“Aku tidak akan memaafkannya begitu saja.”

“Jadi jika Daniel datang, kamu tidak akan menemuinya?” Chaeyeon sudah meletakan majalah dipangkuannya, tersenyum simpul menyambut kedatangan Daniel.

“Seperti aku bilang tadi, tidak akan!” tegas Sejeong.

“Sayang sekali Kang Daniel, kamu harus pergi…” ujar Hyewon melakukan kontak mata dengan si empunya nama.

Segera saja Sejeong menoleh ke belakang. “Sejak kapan kau ada disini?”

“Aku tidak tahu kalau kau sangat marah dan hanya memikirkan diri sendiri. Maaf, aku pergi saja.” Belum juga beranjak Daniel sudah ditahan oleh Sejeong yang sontak melewati sandaran sofa, meloncat ke hadapannya.

“Hei, kau mau pergi kemana. Jika sudah disini katakan apa yang kau inginkan.”

Hyewon dan Chaeyeon tertawa kecil akan tingkah tak konsisten Sejeong. Seperti yang dipikirkannya, Daniel memang hendak meminta maaf. Dia memberikan sebuah apel, “Maafkan aku.”

Bukan Sejeong namanya kalau langsung menerima permintaan maaf, ia mengambil apel dan melemparnya pada Chaeyeon yang sigap menangkapnya.

“Jika semua hal di dunia bisa diselesaikan dengan minta maaf…”

“Untuk apa ada hukum dan polisi?” sela Daniel.

“Jadi kamu tahu,” bangga Sejeong muncul sebuah ide agar Daniel melakukan permintaan maafnya dengan bertingkah imut. “Lakukan dengan ber- aegyo!”

“APA?”

“Sejeongi, nan jalmothaeso, mianhae.”  Sejeong menghentikan suara imut dengan menggelembungkan pipi serta mata menyipit manis. “Lakukan seperti itu.”

“TIDAK, aku tidak akan melakukannya. Terserahlah, yang penting aku sudah minta maaf!” tolak Daniel pergi begitu saja.

Dua orang yang sedari tadi memperhatikan terkekeh. “Seharusnya tadi kau langsung terima saja permintaan maafnya.” Sesal Hyewon.

Sejeong menjulurkan tangan minta apelnya diberikan, namun Chaeyeon malah mengopernya kepada Hyewon. Dan detik berikutnya, apel dimakan oleh Hyewon, mengunyah sembari menggoda kemarahan Sejeong dengan senyumannya.

“Itu apel permintaan maafku, kenapa kau makan!”

※※※

Semua ini bermula dari kisah sedih dihari minggu yang Ong Seongwoo dan Kwon Eunbi alami. Membuat mereka berada dalam satu lingkup ruang, dinamakan Kazoo Galery. Berbagai macam lukisan terpajang, terpampang ditiap sisi dinding memanjakan penglihatan. Ingin rasanya Seongwoo memiliki satu di antara banyak lukisan, sayang sekali dia tidak punya cukup uang untuk membelinya. Begitulah dia kehilangan cintanya…

“Untuk menjadi kuat, kau harus menemukan siapa dirimu sebenarnya.” Kata Eunbi memandangi hasil karyanya, dimana ada seorang wanita bertudung merah membelakangi tengah berjalan menuju gelapnya hutan. ”Ada jalan yang harus dilalui seperti yang kamu alami hari ini.” Ia menambahkan selagi Seongwoo melihatnya.

“Aku rasa mengerti apa maksudmu, terima kasih.” Tukas Seongwoo.

Eunbi menoleh pada Seongwoo. ”Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi sekarang.”

“Kemana?”

“Hari ini aku juga sedang kesal. Disaat seperti ini kita harus melepaskan kekesalan, biar merasa lebih baik. Ayo pergi!” langkah santai Eunbi dikuti oleh langkah terburu Seongwoo.

Tak butuh waktu lama mereka sudah memasuki ruang berbeda, lebih ramai dari galeri lukisan milik Eunbi, dimana orang-orang yang melepas penat menari di lantai dansa. Tempat ini disebut club malam dengan dentuman musik DJ yang menjadi ciri khas kegaduhan dalam hati gundah.

Jika dipersenkan maka semangat Seongwoo hanya baru 70%. Menari bukanlah keahliannya, tapi apa boleh buat dia harus mencobanya bermaksud menghalau sakit akibat putus cinta. Semangatnya bertambah ketika Eunbi mengajarkan beberapa langkah dance, mengasyikan… Seongwoo mulai menikmati.

Sampai pertemuan tak terduga, menurunkan semua rasa semangatnya. Ketika netra-nya bersibobrok dengan milik kekasihnya, tidak… mungkin sekarang ia sebut mantan kekasihnya, Lee Gaeun. Wanita itu menari sambil merangkulkan tangan disekitar leher lelaki yang tadi pagi dilihatnya. Eunbi langsung saja paham akan apa yang terjadi, dia cukup peka terhadap sesuatu yang berbau perselingkuhan.

“Siapa dia?” Tanya Gaeun pada si lelaki yang juga sedang menatap ke arah Eunbi.

“Kwon Eunbi F4, tidak biasanya dia kemari. Dia benar-benar bersinar.” Balasnya selagi Eunbi tanpa sepengetahuan Seongwoo berjalan menuju panggung.

“F4? Apa itu?” Gaeun semakin tertarik pada apa yang akan dilakukan gadis itu di atas panggung.

“Kamu tidak pernah mendengar grup gadis-gadis cantik, F4?!”

Kini seluruh pasang mata tertuju pada Eunbi, dia sudah mengambil gitar dan duduk di kursi tanpa sandaran. Berbicara melalui microfon, “Ada seseorang disini yang telah menarik perhatianku, aku mempersempahkan penampilan ini untuknya.”

※※※

Gudang tak terpakai itu telah disulap menjadi ruangan layak pakai, bersih dan terdapat puluhan taman hias di tiap sisinya. Ada sebuah piano di tengahnya ditambah beberapa properti seperti meja dan bangku. Kang Daniel akui tempat yang tengah dipijakinya tampak berbeda dari terakhir kali ia kunjungi,

“Aku tidak salah masuk, kan.” Kagum Daniel.

“Bagaimana kau suka?” Kang Hyewon telah merubah interior mengerikan menjadi lebih nyaman.

“Kau tidak usah repot-repot melakukan ini.” Ucap Daniel merasa tak enak.

Hyewon duduk di kursi yang sengaja diletakan di depan piano. “Sebagai tanda terima kasihku dan aku juga menyukai tempat ini, kau juga bisa belajar dengan tenang disini.” Ia menekan secara acak tuts-tuts piano lalu kembali bersuara. “Boleh aku memberimu saran? Jangan hindari dia… siapa yang pernah bilang kalau menghindar itu pengecut. Jangan menghindar beri dia kesempatan.”

Daniel melongokkan kepalanya, lantas menghela napas berat. “Sejujurnya aku merasa masuk ke dalam dunianya Sejeong yang terlalu berlebihan dan tak nyaman.”

“Tidak ada yang namanya dunia Kim Sejeong dan dunia Kang Daniel, semuanya sama. Seperti sekarang kamu dan aku berada di dunia yang sama. Jika Sejeong berlebihan kau bisa melakukan dengan caramu, bukankah itu kelebihanmu.” Mungkin mulai sekarang Hyewon akan berbicara lebih sering, tak bisa dipungkiri kepeduliannya menuntut untuk melakukannya.

Hyewon sangat bersyukur memiliki Sejeong sebagai sahabatnya, jika tidak mengenalnya maka belum tentu ia dapat dekat pula dengan Eunbi dan Chaeyeon… dan juga Kang Daniel.

“Saran diterima, terima kasih.” Ujar Daniel terpikir untuk menebus kesalahannya. “Sampai jumpa.” Lanjutnya melambaikan tangan pada Hyewon, berlari kecil menjauhi ruangan tua yang baru terlahir kembali.

※※※

Selesai dengan kerja paruh waktu di Ice Top. Kang Daniel terburu-buru melepas celemek kerjanya, meraih jaket yang tergantung di loker, ia pun memakainya secepat mungkin. Malam itu tak biasanya dia menolak tawaran lembur karena kedai baru saja mengeluarkan menu baru dan cukup menarik banyak peminat.

Laki-laki yang baru patah hati itu terlihat bersemangat, entahlah Daniel mengira sahabatnya itu sengaja menyibukan diri untuk melupakan Gaeun. Sehingga tidak meminta untuk ditemani bekerja dihari sibuk.

“Seongwoo –ya, aku pergi duluan!” pamit Daniel selagi yang disebut namanya sibuk membersihkan meja bekas pelanggan sambil bersenandung.

Daniel merasa ada yang aneh akan sikap Seongwoo tapi tidak sampai menggugah rasa penasarannya. Karena lagi-lagi ponselnya berdering, menandakan bahwa seseorang yang akan ditemuinya sudah kesal menunggu.

“Aku sedang dalam perjalanan.” Katanya mengiyakan semua perkataan di seberang sana, kemudian ia mengakhiri panggilan seraya menaiki skuternya.

Demi menebus kesalahan akan kejadian kencan ganda yang berakhir pertengkaran, Daniel mengajak Sejeong untuk bertemu sepulang dari kerja paruh waktu. Namun sepertinya wanita itu tidak sabar menunggu dengan menelpon lebih dari lima kali dalam satu jam. Tempat pertemuan juga Daniel yang tentukan, tidak ingin berlebihan maka ia memilih bertemu di taman bermain dekat rumahnya.

Tidak seperti Sejeong yang selalu mengajak ke tempat-tempat mewah, restoran berbintang dengan gelar Michelin, mengejarinya bermain golf dan berbelanja barang limited edition. Sungguh Daniel merasa ia telah menjadi pacar parasit?

Sesampainya ditempat yang sering jadi pelarian Yena itu, ia disambut dengan cahaya dari ratusan lampu LED berwarna-warni. Menghiasi perosotan yang setengahnya berbentuk terowongan, kerangka besi penopang dua ayunan dan kerangka besi sebuah kotak yang dulu sekali pernah dipanjat Daniel. Jangan lupakan balon biru dan pink terpasang, mengelilingi area taman bermain.

“Kau yang melakukannya?” Tanya Daniel terkesan.

Pohon tua besar di depan sana juga tidak terlihat mengerikan lagi oleh cayaha lampu, hari ini dia sudah mendapat dua kejutan.

“Kau menyukainya?”

Padahal Daniel –lah yang ingin membuat gadis itu terkesan. “Indah, sangat indah.” Jika saja Yena melihat, dia pasti akan kegirangan sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun. “Terlihat seperti pesta ulang tahun.”

“Memangnya apa yang bagus dari hari ulang tahun?” kata Sejeong melangkah duduk di ayunan dengan diikuti Daniel yang juga duduk di ayunan lainnya. “Aku tidak punya kenangan indah tentang hari kelahiranku, tidak ada yang spesial.”

“Kenapa?” Tanya Daniel.

Sejeong menceritakan hari ulang tahunnya yang hanya dirayakan bersama para pelayan dan Pak Jang. Hanya ada cake besar dan kartu ucapan selamat… membosankan. Tidak pernah ada pesta ramai sebelum Hyewon mengusulkan membuat acara tersebut sewaktu SMA.

“Bukannya kalian berteman semenjak kecil?”

“Kami tidak diijinkan bertemu menjelang ujian sekolah, peraturan konyol.” Sejeong berdecih lalu meneruskan dengan topik lain. “Aku ingin mencoba sup tauge buatan ibumu lagi, aku juga ingin makan pajeon yang ibumu taruh di nasiku.”

“Kamu tau, aku… tidak pernah tahu apa arti keluarga. Tapi setelah melihat keluargamu, kupikir sekarang aku tahu meski sedikit.” Kata Sejeong menoleh pada Daniel yang mengayunkan pelan ayunannya. “Bolehkah aku makan malam di rumahmu?”

“Sejak kapan kau meminta ijin untuk datang.” Jawab Daniel menghentikan gerak ayunannya, ia juga menatap Sejeong yang bergumam bahwa dirinya sedang tidak bercanda. “Ku rasa sekarang aku tahu perasaanku padamu.”

Derit suara dari gerak rantai ayunan terdengar tatkala tubuh Daniel bergeser mendekati ayunan yang diduduki Sejeong. Chup ~ kecupan ringan dipipi yang Sejeong dapat, sontak membuat gadis itu mengerjapkan mata tak percaya.

Sejeong mengangkat pandangannya yang bertemu dengan sorot mata menenangkan milik Daniel.

“Kau mau menginap?” Daniel juga menawarkan hal yang tak terpikirkan sebelumnya.

※※※

Lebih dari 3000 words, semoga memuaskan kalian setelah lama menunggu update-nya ^^
Mari di vote setelah membaca!

Alesta Cho.


NB: Terima kasih buat Lee Gaeun atas partisipasinya, maaf karena buat karakter kamu yang menyelingkuhi Seongwoo :’)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro