Ep.19 - Pertandingan
GIRLS OVER FLOWERS
2019/04/13
※※※
KANG DANIEL mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Oh ayolah, pikirkan sesuatu... ia mengeryit bingung. Pandangannya lurus dan semakin fokus, hingga beberapa ide berkelebat dalam otaknya. Angin pun seolah tak ingin diam saja, hembusannya menyegarkan pikiran kacau akan retaknya sebuah persahabatan yang telah lama terjalin.
Hyewon, dengar... kau bukan lagi sahabatku. Kalimat itu bukan ditujukan padanya, namun selalu terngiang dan dia tidak bisa diam saja melihat persahabatan hancurᅳkarenanya.
Dia harus melakukan sesuatu agar hubungan baik itu tetap utuh tanpa kehilangan salah satu bagiannya. Sudah lebih dari setengah jam sejak ia pergi dari parkiran sambil mengendarai motor, terburu menyusul mobil sport merah.
"Baiklah aku akan mengejarnya." Ucap Daniel memasang wajah serius, kemudian tangannya menekan putaran gas yang otomatis mempercepat laju motor.
Jika Daniel sudah memutuskan maka tidak ada kata menyerah. Hingga terlihat sebuah mobil merah yang dikenalinya dalam jarak beberapa meter saja di depan sana. Ia kembali menambah laju kecepatan motor, membuang semua keraguan bersama hembusan angin.
"KIM SEJEONG! KIM SEJEONG!"
Sementara di dalam mobil, Sejeong mengalihkan penglihatan dari kaca spion, ia tetap mengendara, mengabaikan panggilan Daniel yang juga membunyikan klaksonnya. Kegigihan lelaki itu membuatnya berhasil mensejajarkan laju kendaraan, mencoba mendapat perhatian Sejeong yang masih teguh dengan pendiriannya.
"Jangan dilihat, jangan." Gumam Sejeong menatap lurus.
"KIM SEJEONG MENEPILAH! ADA YANG INGIN AKU BICARAKAN!" seru Daniel lagi menyusul kembali ketika dengan sengaja Sejeong menginjak pedal gas, membawa mobilnya melesat lebih cepat.
Beberapa detik kemudian Sejeong mengurangi laju kendaraan beroda empatnya. "Isssh, ini berbahaya." Katanya sambil menurunkan kaca jendela.
"PRIA GILA! KALAU MAU MENGALAMI KECELAKAAN LALU LINTAS JANGAN MENGAJAKKU!" teriak Sejeong.
"Hentikan dulu mobilmu." Bujuk Daniel.
"OK!" Hampir saja Sejeong terperdaya. Dia tidak bisa dengan mudah memaafkan orang yang telah mengkhianatinya. "Kau menepilah lebih dulu."
Dua kendaraan berjalan pelan. Motor yang dikendarai Daniel berhenti di tepi jalan, setelah itu mobil melewatinya, perlahan namun pasti si pengemudi yang seolah akan menghentikan laju kendaraannya malah menancap gas menjauhi lelaki yang nampak tercengang.
"SEJEONG! KIM SEJEONG!" ujar Daniel kecewa bercampur kesal, tak menyangka akan tipuan yang Sejeong buat.
※※※
Berulang kali Kang Daniel memutar otaknya, mencari jawaban atas pertanyaan yang memicu kekhawatiran. Bagaimana kalau Sejeong tetap menolak untuk bertemu dengannya, dia pasti diusir dari rumah atau lebih parah lagi diseret keluar oleh para penjaga.
Diwaktu bersamaan tepat di trotoar pejalan kaki, seorang nenek menjerit tatkala mempertahankan tas tangan dari pencopet. "Deoduki-ya (Pencopet)!" ia berseru memberitahu sekitarnya, bermaksud untuk meminta bantuan namun nihil, tidak ada pejalan kaki lain kecuali beberapa kendaraan yang lewat begitu saja.
Daniel yang baru menangkap gelagat kesusahan si nenek bergegas menepi. Berlari cepat menghampiri tempat kejadian. Saat itu pencopet berhasil membawa lari tas, menghindari Daniel yang kontan mengejarnya.
"YA! Berhenti atau kau akan menyesal!" ancam Daniel tak dihiraukan, ia bergerak lebih cepat selagi lelaki yang dikejarnya menyeberangi jalan.
Daniel tidak memperhatikan sekitar dan terus berlari. Alhasil sebuah mobil menabraknya, ia sempat terjatuh lalu bangkit dengan cepat demi mengejar si pencopet. Tak mengetahui dahinya berdarah, celana bagian lutut robek memperlihatkan luka sepanjang 3cm dan pasti setelahnya dia akan merasa pegal diseluruh tubuh, ia terus berlari. Beruntung si pencopet itu tersandung, jatuh menelungkup menambah kesan lusuh pada penampilannya.
"Kena kau!" Daniel menarik kerah baju sehingga pencopet tak dapat kabur.
Sementara itu pengendara panik, dia baru saja menabrak seseorang. Lelaki berhidung mancung, bermata sipit itu menoleh pada wanita di sebelahnya dengan perasaan bersalah.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya dibalas anggukan pelan.
Wanita berwajah cantik, kalem sekaligus dewasa itu melihat Daniel yang tengah mengunci pergerakan seseorang. "Sepertinya dia terburu-buru karena menangkap pencopet." Katanya semakin yakin ketika Daniel merebut tas dari si pencopet.
"Sihyun-ah aku akan ke sana. Kau tunggulah di dalam mobil."
Tak lama kemudian sepasang mata bening Sihyun mendapati nenek yang akan menyeberang, ia keluar dari mobil berniat membantunya. Selagi Kang Daniel merogoh saku celana demi mengambil benda petak yang ia gunakan untuk menelpon polisi. Pencopet tak berhenti berontak, ia berusaha melepaskan diri. Melakukan gerakan back up hingga kepalanya mengenai siku Daniel, mengakibatkan handphone terhempas. Berikutnya menggulingkan Daniel yang menindih tubuh telungkupnya dan ia berhasil berdiri dengan sekali hentakan.
Tepat saat itu sebuah tongkat panjang memukul kepala, pinggang lalu kaki sampai melumpuhkan pertahanan pencopet yang kini berlutut kesakitan. Kesal akan usahanya yang terus digagalkan, si pencopet mengambil pisau lipat dari balik jaketnya.
"Yeobo (Panggilan sayang pasangan suami-istri)," Sihyun memegangi lengan baju laki-laki yang berstatus sebagai suaminya. "Wiheomhae (bahaya)." Lanjutnya dengan cemas.
Pisau diacung-acungkan ke udara secara acak. Pergerakan sekecil apa pun membuatnya berani menodongkan pisau. Daniel tak habis pikir kenapa lelaki itu sampai harus melakukan hal membahayakan hanya untuk beberapa lembar uang.
Seperti ahli pedang, tongkat berputar, mengoceh si pencopet. Dan...
Tak~ tak~ tak~
"Aishh, Kim Jisung." Rengek Sihyun tahu betul suaminya itu tidak bisa ia hentikan. Disebelahnya Nenek menenangkan Sihyun dengan memegang tangan gadis itu, seolah berkata bahwa Jisung akan baik-baik saja.
Pisau terlempar. Pencopet kewalahan ketika Daniel ikut andil dalam meringkusnya. Sial! Ia merutuk sembari meronta-ronta saat polisi datang.
※※※
"Masuklah, kau harus diobati." Kata Jisung mengedikan kepala ke arah mobil yang terparkir, tentunya setelah mereka selesai dimintai keterangan sebagai saksi oleh polisi.
"Tidak usah, biar aku mengobatinya nanti di rumah." Tolak Daniel sesopan mungkin.
"Cepat naiklah." Dorong Jisung.
"Aku memarkirkan motorku di sana." Tunjuk Daniel namun tak terlihat kendaraan beroda dua yang dia maksud.
"Separah itu mana bisa kau tangani sendiri." Celetuk Sihyun.
Daniel baru menyadari kalau tangannya juga terluka, kaki perih dan terasa ngilu. Ahhh, dia ingat telah tertabrak mobil.
"Kami bertanggungjawab karena telah menabrakmu. Jadi jangan menolak dan masuklah, agar rasa bersalahku hilang." tutur Jisung.
Akhirnya Daniel menurut. Dia masuk di bangku belakang. Memperhatikan pasangan tersebut, terlihat sangat harmonis dan manis. Sihyun begitu mengkhawatirkan Jisung, memarahinya yang selalu tak mendengar ucapannya.
Setibanya disebuah rumah gedongan nan mewah yang tak asing. Kang Daniel mulai membatin. Siapa mereka? Kenapa mereka membawaku kemari?
"Tempat ini, bukankah rumahnya Kim Sejeong." Ia bersuara tanpa sadar.
"Sepertinya ini bukan pertama kali kau kemari?" tebak Sihyun yang tak sengaja mendengar gumaman Daniel. "Kim Sejeong, dia adik iparku."
"Berarti..."
"Dia Oppa –nya Sejeong. Kim Jisung... aku Kim Sihyun dan kau?"
"Kang Daniel, aku..."
"Yeobo, dia ini kekasihnya Sejeong." Sela Sihyun dengan senang, jika diperhatikan wanita ini mirip dengan Bae Suzy, iya, Daniel sempat terkejut melihat ada artis muncul di depannya beberapa saat lalu.
"Bukan, aku teman kuliahnya." Sanggah Daniel.
Jisung menyelaraskan langkahnya dengan Daniel. Mata sipitnya membuat garis lengkungan, seiring dengan senyum yang mengembang. "Bagus kalau begitu, kau bisa memanggilku Hyung." Ucap Jisung ramah.
Berbeda, dia sangat berbeda dengan Sejeong yang angkuh, sombong dan semena-mena. Apa benar mereka kakak beradik... satu lagi orang ramah yang berkata dengan ceria. "Dan panggil aku Noona."
Daniel mengiyakan dengan canggung, balas tersenyum ramah.
"Doryeonim, Agashi, selamat datang." Sambut Jang Geunsuk setengah membungkuk. "Oh ada Kang Doryeonim juga."
Daniel merasa rendah ketika mendengar panggilan tersebut. "Sudah aku bilang aku bukan Doryeonim." Elaknya sangat pelan.
"Pak Jang bawakan kotak P3K, sekalian panggil Sejeong untuk turun." Kata Jisung.
Kesempatan untuk Daniel berbicara dengan Sejeong. Tapi situasi macam apa ini? Dia diperlakukan begitu baik, bagaimana jika mereka tahu kalau dirinya –lah penyebab rusaknya persahabatan sang adik. Bukankah waktunya tidak tepat?
※※※
Nyali Kang Daniel menciut, mana bisa dia menemui Sejeong dengan adanya anggota keluarga gadis itu. Lain kali saja... kebetulan sekali Sihyun sedang pergi mengambil minum untuk dirinya yang dianggap tamu istimewa, sedangkan Jisung baru saja ijin ke toilet.
"Santai saja, anggap seperti rumah sendiri." Ujar Jisung sambil berlalu.
Waktunya Daniel untuk menyelinap mencari pintu keluar. Dia berdiri dari duduknya, celingak-celinguk masih belum mengetahui letak ruangan di rumah besar tersebut, membuatnya kesulitan untuk mengingat tiap ruangan yang dilaluinya dari pintu masuk utama.
Begitu banyak pintu, seperti deretan kamar hotel yang dulu pernah menjadi tempat bekerja paruh waktunya. Daniel mulai merasa pusing seperti orang yang tersesat dalam labirin.
"Dimana pintu keluarnya." Desisnya entah mengapa berjalan bungkuk.
CKLEK~
Salah satu pintu terbuka mengagetkan Daniel. Seketika matanya membulat, ia pun menelan saliva kemudian mengangkat tangan sambil berkata. "Hi, kita bertemu lagi."
"WOAH, aku tidak mengira kau akan mengikutiku sampai sini." Kata Sejeong menopang siku tangan di atas tangan bersedekapnya dengan tampang meremehkan. "Katakan apa maumu?"
"Kau hanya perlu marah padaku,-"
BRUKK~ Sejeong mendorong keras Daniel sampai punggung lelaki itu terantuk dinding. Mengabaikan semua rasa ingin tahunya tentang luka di dahi Daniel, ia berkata dengan marah.
"Memangnya siapa kau, menyuruhku untuk tidak marah pada orang lain. Kau mencoba memamerkan cintamu... begitu!?"
"Tidak, jangan salah paham." Elak Daniel.
Sejeong tidak dapat mengontrol emosinya, ia butuh pelampiasan. Maka dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Daniel yang kemudian ditempelkannya di dinding.
"Aku sudah terlanjur salah paham padamu, ingat hatiku sudah mati rasa dan kau tidaklah penting bagiku! Tunggu saja aku akan membuatmu menyesal," Sejeong menjeda ucapannya ketika pandangannya teralihkan pada luka di telapak tangan Daniel. Ia melonggarkan cengkramannya dan meneruskan. "KAU... akan kehilangan beasiswamu!"
Selesai mengatakannya tubuh Sejeong terhuyung ke samping, setelah mendapat dorongan kuat di kepalanya.
"Mana boleh bicara seperti itu! Sungguh memalukan!"
"Jisung Oppa." Ringis Sejeong memegangi kepala yang barusan kena pukul. "Kenapa kau pulang?"
"Sudah lama tak melihat Oppa dan kau malah bertanya seperti itu, memangnya tidak kangen padaku ya!" kata Jisung.
Sejeong merapihkan rambutnya berjalan mendekati kakaknya. "Kangen, bukankah kita sering video call –an."
"Dan hanya aku yang berbicara." Tukas Jisung.
"Itu karena Oppa banyak bicara." Keluh Sejeong.
Jisung berdecak lalu mencubit pipi Sejeong gemas. Tentu saja Sejeong tak tinggal diam, dengan menepis tangan sambil mengeluh. Oppa... panggilnya melirik Daniel yang tengah memperhatikan interaksi mereka.
Sepasang mata Jisung bergulir pada Daniel, "Aku bawa si bongsor ini untuk diobati dulu."
Mereka pergi meninggalkan Sejeong yang bergeming di tempatnya. "Kenapa dia bisa terluka?" gumam Sejeong segera menggelengkan kepala. "Apa peduliku!"
※※※
"Bagaimana perbanku lumayan rapih, kan?" Tanya Jisung memastikan kembali balutan perban yang menutupi luka di tangan Daniel.
"Terima kasih." Sahut Daniel.
Selain terdapat kotak P3K, di atas meja itu juga ada tiga gelas, yang satunya sudah kosong, habis diminum oleh Sihyun yang kini sedang berada di kamar Sejeong. Mereka mulai membicarakan banyak hal, begitu pula Jisung dan Daniel.
"Dulu adikku sering bertengkar dengan orang lain. Hampir setiap hari terluka dengan rambut berantakan. Akulah yang mengobati lukanya." Jelas Jisung sedikit membanggakan dirinya. "Itu karena sejak kecil orangtua kami sibuk mengurus perusahaan. Sama sekali tidak ada yang mengurusku dan Sejeong. Kami bebas melakukan apa saja, saat suasana hati buruk kami akan sesuka hati melampiaskannya pada orang lain."
Ia menerangkan panjang lebar. Sementara pendengarnya sedikit lebih mengerti akan sikap semena-mena Sejeong, tentang bagaimana kepribadian angkuh dan sombongnya terbentuk.
"Bagi Sejeong dengan harga diri yang tinggi dan norma sosial yang kurang, punya F4 sebagai teman hampir seperti keajaiban."
"Maaf... karena aku persahabatan itu," kata Daniel tak mampu melanjutkan perkataannya.
Jisung memicingkan mata. "Ada apa, katakan saja."
"Aku melakukan satu hal yang keterlaluan, aku membuat hatinya terluka dan aku juga membuat dia bertengkar dengan Kang Hyewon. Jadi wajar dia marah padaku. Semua ini salahku."
"Begitu ya." ujar Jisung. "Terlepas dari itu semua aku berterima kasih padamu, Daniel. Kau membuatnya lebih manusiawi. Sebenarnya dia tipe orang yang akan mencintai seseorang dengan sepenuh hati, walaupun dia terbiasa keras kepala." Lanjutnya membuka plester lalu menempelkannya pada luka di dahi Daniel.
"Hmm, aku tak ingin Sejeong sedih dan sakit hati, aku memang bukan orang baik." Kata Daniel.
Suasana hening sejenak. Jisung merapihkan perlengkapan P3K, menutupnya. Kemudian tersenyum menenangkan.
"Sudah lapar, kan? Ayo makan malam bersama." Tawar Jisung.
"Tidak usah... aku makan di rumah saja." Tolak Daniel yang sebenarnya merasa sangat tidak nyaman berada di rumahnya Kim Sejeong.
Namun Jisung menyahut dengan lembut. "Kubilang makan bersama ya makan bersama." Lagi-lagi lelaki tersebut mengulum senyum.
Semua anggota keluarga ini otoriter. Daniel membatin selagi beranjak mengikuti Jisung menuju ruang makan.
※※※
Ternyata di sana sudah ada Kim Sihyun yang tengah menata peralatan makan. Sajian mewah sudah tertata rapih, menggugah selera makan siapa pun yang melihatnya. Terlebih Kang Daniel yang memang amat menyukai makanan. Lelaki itu menelan saliva ketika dipersilahkan duduk.
Apa dia sudah merasa nyaman sekarang dengan jamuan ini? Tidak, matanya menyusuri sekeliling mencari sosok wanita bernama Kim Sejeong.
"Mana Sejeong?"
Pertanyaan Jisung seolah mewakilinya untuk mengetahui keberadaan Sejeong.
"Dia bilang tidak lapar." Jawab Sihyun.
"Apa-apaan ini, dia tidak mau makan bersamaku?"
"Bukan, tapi... Kang Daniel." Tiba-tiba Sihyun memanggil lelaki yang sedari tadi duduk terdiam. "Silahkan dimakan."
Selama menyantap makan malam, mereka terus mengobrol. Kesan baik dan sambutan hangat membuat ketiganya mudah akrab. Bahkan Jisung mengundang Daniel agar sering-sering main ke rumah.
Pasangan suami istri yang ditentang oleh ibu sang lelaki, kembali dari mengantarkan kepergian Daniel. Di ruang makan sudah ada Sejeong yang tengah menyuapkan makanan ke mulutnya dengan santai.
"Kau bilang tidak lapar." Komentar Jisung.
"Itu tadi, sekarang aku baru merasa lapar." Kata Sejeong setelah memastikan Daniel sudah pulang dengan mengintip hampir setengah jam sembari menahan lapar.
"Temanmu itu sangat menyenangkan, baik hati pula seperti Oppa mu." Sihyun duduk di kursi sebelah Sejeong. "Dia mengejar pencopet yang mengambil tas dari seorang nenek dan tak sengaja tertabrak mobil."
Sejeong tersedak. Buru-buru Sihyun menuangkan air, memberikan gelas pada Sejeong yang segera saja diteguknya sampai habis.
"APA! Siapa orangnya? Apa dia sudah dipenjara?" Tanya beruntun Sejeong.
"Oppa, Oppa tidak sengaja. Aku cukup cekatan jadi dia hanya tersenggol bagian depan mobil." Pembelaan tak langsung Jisung.
"Tetap saja!"
"Kau mengkhawatirkannya?" Ujar Sihyun.
"Untuk apa juga aku mengkhawatirkannya." Sewot Sejeong.
※※※
Tak ada kejadian istimewa atau aneh selain kehidupan biasa yang terjadi setiap harinya. Begitulah kesehariaan seorang Kang Daniel. Belajar, bercanda dengan Somi, membantu Kedai Seolleongtong orangtuanya, bersiteru dengan adiknya dan bekerja paruh waktu bersama Ong Seongwoo.
Tetapi setelah hari yang terasa panjang kemarin. Dia harus menginjakkan kaki di rumah mewah milik Shinhwa Group lagi. Anggota F4 sudah duduk di sofa ruang tamu. Sejeong nampak acuh tak acuh ketika pandangannya tak sengaja bertemu dengan Daniel. Mereka belum mengetahui alasan mengapa Jisung mengumpulkan semua orang di satu ruangan.
"Sihyun Noona kau semakin cantik saja." Puji Chaeyeon hanya mengetahui pertemuan ini untuk menemui dua orang yang sudah lama tak dilihatnya. "Bagaimana di Paris, apa menyenangkan tinggal disana?"
"Mm, kapan-kapan kau harus mengunjungi kami."
Chaeyeon menunjukan ketertarikannya. Sementara Kwon Eunbi lebih tertarik dengan adanya lelaki berwajah tegas, pemilik marga langka yang duduk di sebelahnya Daniel.
"Jisung Oppa sebenarnya ada apa ini?"
Eunbi akhirnya mengutarakan rasa penasarannya. Mewakili Sejeong yang juga nampak heran akan suasana rumah yang ramai.
Layaknya kepala keluarga. Kim Jisung berdehem dengan suara berat. Dia mengedarkan pandangan seolah menghitung jumlah orang yang berada di tempat rapat dadakan yang direncanakannya bersama sang istri demi membantu menyelesaikan permasalahan mereka.
"Aku rasa jumlahnya pas." Jisung manggut-manggut.
"Oppa ini bicara apa sih." Ucap Sejeong tak sabar.
Jisung mencoba mencari kenyamanan di sofa tunggal yang didudukinya. Tepat berada di tengah-tengah, menjadi pusat perhatian.
"Aku paling tidak suka orang yang memendam amarah. Orang yang tidak mau menunjukan kesalahannya." Kata Jisung melanjutkan dengan penuh wibawa. "Dan orang yang tidak bisa menerima hasil akhir."
"Jangan bertele-tele, langsung katakan saja." Tegur Sejeong dengan malas sehingga mendapatkan tatapan tajam dari Jisung yang kembali melanjutkan pembicaraannya.
"Kim Sejeong dan Kang Hyewon akan melakukan pertandingan olahraga dan harus menerima apa pun hasilnya."
"Pertandingan apa?! Oppa bercanda ya, siapa bilang aku mau melakukannya. Pokoknya aku menentangnya!" tolak Sejeong tanpa berpikir panjang.
Chaeyeon berseru sambil bertepuk tangan. "Setuju, aku setuju." Di sampingnya Sihyun memberi acungan jempol.
Lain halnya dengan Eunbi yang menyetujui dengan tenang. "Eoh, aku juga setuju." Kata Eunbi.
Sorot mata mengancam yang ditunjukan Sejeong ganti beralih padanya. Di sisi lain Kang Hyewon juga menyetujuinya dengan mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap Jisung.
"Gomawo Oppa,"
Daniel dan Seongwoo saling pandang. Hingga terdengar suara bersamaan dari mereka. "Kami juga setuju."
"Apa-apaan ini siapa bilang kita sedang melakukan voting! Tidak masuk akal. Tidak usah!" Sejeong menentangnya dengan keras.
Jisung memberitahu perbandingan yang jelas mengharuskan Sejeong untuk mengalah. Tujuh lawan satu, jelas kalah. Selanjutnya Jisung membagi tim dimana ada tim –nya Sejeong dengan anggota Kwon Eunbi dan Ong Seongwoo. Sementara tim –nya Hyewon ada Kang Daniel dan Jung Chaeyeon.
Mengapa seperti itu. Sihyun menerangkan agar tiap tim dapat berlaku adil, maka masing-masing diberi anggota dari teman terdekat mereka. Meski Seongwoo sangat ingin membantu Daniel, dia tidak dapat berlaku curang dan sengaja mengalah dipertandingan nanti.
Pemilihan cabang olahraga pun sudah disiapkan oleh Jisung. Dia mempersilahkan Sihyun untuk mengocok kartu-kartu yang berisi nama-nama permainan fisik tersebut lalu menyuruh ketiga orang yang terlibat dalam persiteruan memilih salah satu kartu.
Hyewon menjadi orang pertama yang memilih. Kartu-kartu tertutup itu sudah diletakan di atas meja. Satu kartu telah dipilih... ia berikan pada Sihyun. Wanita yang memiliki marga sama dengan suaminya itu tak menunggu lama untuk mengungkapkannya. Semua orang bisa mengetahui permainan apa yang akan ditandingkan dihari pertama dengan hanya melihat gambar seseorang dengan memegang panahan.
"Pertandingan panahan!? Lalu siapa yang lebih baik!" panik Seongwoo menyelidik melalui penglihatannya.
"Kang Hyewon, harusnya sih dia tapi..." Chaeyeon menghela.
"Kim Sejeong lebih pandai memanah!" sambung Eunbi.
Yang namanya disebut mulai membanggakan diri. Merasa yakin bahwa dirinya akan menang dalam pertandingan pertama.
※※※
Okelah Sejeong, semoga aja kamu menang ya!
Biar bisa keluarin Daniel sama Hyewon dari kampus haha
Terus apa setelah itu kamu bakal senang?
Alesta Cho.
NB: Ini dia tambahan cast yang baru muncul diperempat cerita? Oppa –nya Sejeong yang katanya banyak bicara, telah mengusulkan pertandingan antar sahabat.
Ingat ya marga Jisung aku rubah jadi Kim, aslinya Yoon Jisung. Nah baru istrinya yang mirip Bae Suzy ini, benar-benar memiliki marga Kim. Yups, Kim Sihyun center –nya lagu Rumor di Produce 48. Dia juga ikut berpartisipasi di musim pertama Produce 101.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro