Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.16 - Berlibur

Ep.16 – Berlibur
GIRLS OVER FLOWERS
2019/03/23
※※※

KANG DANIEL membuka loker, penglihatannya langsung tertuju pada satu minuman kaleng dengan sebuah post it tertempel. Sebelum membaca tulisan didalamnya, ia sudah mengetahui siapa pengirimnya.

Menjadi temanmu adalah salah satu kebahagiaanku, walaupun kau tak merasa demikian. Aku tetap senang dapat mengenalmu, gomawo geurigo mianhae.’ –Kwon Hyunbin

Di halaman kampus sebuah mobil baru saja datang. Sebelum memasuki mobil Hyunbin memandang gedung bertingkat itu dengan raut wajah sedih. Kendaraan melaju meninggalkan area kampus, penumpangnya terus melihat sekitar sampai tempat menimba ilmu tersebut tak terjangkau lagi oleh netranya.

Tanpa melepas kertas kuning yang tertempel dibadan kaleng minuman, Daniel membukanya kemudian menegak air isotonik berbarengan dengan kehadiran Somi. Gadis blasteran itu baru saja akan memberitahu Daniel akan kepindahan Hyunbin ke Australia.

“Dia sudah pergi.” Hela Somi mengerti mengapa Hyunbin memberinya sekotak susu strawberi. “Cara berpamitannya norak sekali.” Ia menambahkan sembari menusukan sedotan, meminumnya bersamaan dengan air mata yang menetes.

※※※

Entah apa yang mempengaruhi pikirannya. Sore ini Daniel tak bersemangat, ditambah memasang ekspresi ambigu bagi Seongwoo yang melihatnya. Keadaan di kedai juga tidak terlalu ramai malah bisa dibilang belum ada pelanggan lagi setelah kepergian seorang karyawan dari perusahaan di seberang kedai.

“Apakah tidak terlalu cepat bagi Hyewon kembali? Apa itu berarti terjadi sesuatu di sana?”

Daniel menggeleng. Mendapat tanggapan sederhana tak mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya. “Bukankah kau seharusnya senang, tapi kenapa terlihat sedih begitu? Ahh, apa karena si ketua yang mengumumkan bahwa kau adalah namjachingu –nya.”

“Tidak juga,” baguslah Daniel membalas. “Aku tidak tahu mau bilang apa, rasanya aneh begini ya… perasaanku.”

“Perasaan aneh apa?” kata Seongwoo.

Sambil mencari jawabannya, Daniel berkata dengan ragu. “Seperti ada yang tidak beres, tapi apa…” ia membiarkan Seongwoo berpikir bersamanya.

Hingga Seongwoo berseru. “Dia semakin cantik, begitu!?”

“Bukan itu maksudku!”

“Tidak usah berteriak.” Protes Seongwoo.

Dering ponsel menengahi obrolan mereka. Daniel menyuruh agar Seongwoo jangan berisik, ternyata Yena –lah yang menelpon, mengatakan bahwa ada keadaan darurat di rumah.

“Pulanglah.” Kata Seongwoo.

“Jam kerjaku memang sudah habis.” Daniel mengingatkan.

Sesampainya di rumah, Daniel tidak melihat siapa pun hanya menangkap ruangan yang menjadi sumpek, sempit karena dipenuhi barang-barang elektronik dan furniture lainnya.

“Eomma! Appa! Yena-ya! Kalian dimana!?”

Yena keluar dari balik kulkas yang masih terbungkus rapih. “Aku di sini Oppa!” senangnya merentangkan tangan dan melanjutkan. “Tadaaa~”

“Apa yang terjadi?” ujar Daniel memastikan sekelilingnya dimana ayah dan ibunya keluar dari balik sofa. “Dari mana semua ini? Tidak mungkin ayah membelinya.”

Kini Yena sudah berdiri di sebelah Daniel, “Eonni yang mengirimnya.”

“Eonni siapa?”

“Kim Sejeong!” sahut Dongil dan Mikyung serempak. Yena mengangguk dengan mata bulatnya.

Daniel mendengus pelan. Tangannya mencari-cari benda petak di saku celana, hingga mendapatkannya di saku jaket. “Kita harus mengembalikan semuanya.” Katanya men-scroll deretan nomor dengan agak marah.

“Oppa kenapa dikembalikan, jangan ya…” bujuk Yena mengeluarkan eye puppy –nya selagi Daniel menunggu panggilannya tersambung.

“YA! APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN RUMAHKU!”

Sejeong menjauhkan ponsel dari telinganya. Bahkan Yena juga terperanjat sambil mengerucutkan bibirnya, ia mulai merajuk pada Mikyung.

“Biarkan aku memiliki meja riasnya.” Kata Yena menggelayuti lengan Mikyung.

“TIDAK! TIDAK USAH!” tolak Daniel menanggapi tawaran Sejeong yang lagi membuat Yena terperanjat, Dongil sampai menutupi kedua telinganya menggunakan bantal sofa.

Jika tidak mau menggantinya, lalu apa? Sejeong berpikir keras.

Siapa yang tidak kesal mendapati rumah dipenuhi barang-barang. Padahal yang dimilikinya masih bagus dan dapat digunakan juga. Toh, ini bukan gudang melainkan rumah, tempat ternyaman untuk beristirahat.

“Kalau ada yang tidak kau suka bisa bicarakan padaku, supirku akan menjemputmu dalam waktu sepuluh menit.” Panggilan diputus oleh Sejeong.

※※※

Tanpa pikir panjang Kang Daniel memasuki ruangan, menghampiri wanita yang tengah duduk santai menunggunya.

“Aku sudah punya kasur, lemari, meja makan, kulkas bahkan mesin cuci. Kenapa juga kau mengirimkan semua itu!” ujar Daniel setengah berteriak.

“Ingin saja, siapa tahu tidurmu akan lebih nyenyak dan ganti semuanya dengan yang baru.”

Bagaimana lagi caranya agar Sejeong mengerti. Sungguh Daniel tidak butuh pemberian bernilai besar, kecuali skuter mungkin. Bukankah berlebihan menerima semua itu, bisa-bisa dia dibilang lelaki matre atau apalah julukan yang berarti buruk.

“Tapi semuanya masih layak pakai.”

“Kau selalu saja marah padaku. Padahal aku mencoba melakukan hal baik untukmu.” Kata Sejeong sama sekali tidak mengerti salahnya dimana.

“Bukan begitu, hanya saja, kau mana bisa melakukan semaumu. Bawa kembali semuanya, lagi pula aku tidak pernah memintanya.” kata Daniel mencoba mengatur emosinya.

Terbersit dalam pikirannya bahwa Sejeong tidak pandai bergaul. Iya, gadis itu sudah terbiasa dimanja dan hidup enak semenjak kecil.

Arraseo (Aku mengerti).” Kata Sejeong mendadak patuh.

Daniel tersadar akan tempatnya berada, ia mengedarkan pandangannya, ada Chaeyeon dan Minhyun yang sedang asyik mengobrol sembari meminum wine. Pasangan yang manis… Sejeong mulai membatin. Tak jauh Eunbi bermain billiard dengan seorang pria yang terlihat tengah mengajarinya, memegang punggung tangan gadis itu, memeluknya dari belakang.

“Apa setiap hari kau bermain seperti ini?” ucap Daniel risih.

“Kenapa? Kau khawatir?” goda Sejeong.

“Yang benar saja.”

“Biasanya kami tidak mengundang pria kecuali Minhyun, hanya saja hari ini ada pesta kecil untuk menyambut Hyewon.” Jelas Sejeong mengedikan kepala ke arah kanan.

Barulah Daniel mengetahui keberadaan wanita itu yang sedang bermain bridge bersama dua orang pria. Salah satunya merangkul Hyewon… ada perasaan tak senang saat melihatnya.

Chaeyeon menawarkan segelas minuman pada Daniel, di sebelahnya Minhyun menyapa dengan senyuman.

“Ada apa dengan Hyewon? Sehabis pulang dari Shanghai, dia jadi seperti Eunbi.” Kata Chaeyeon setelah gelas berpindah tangan pada Daniel.

Eunbi mengetuk lantai dengan tongkat billiard. “Maksudmu apa, justru itu lebih baik dari pada menjadi lebih pendiam.” Komentarnya tak terima, meski aslinya dia memang playgirl.

“Kang Hyewon telah berubah, sebenarnya apa yang terjadi antara dia dan Guanlin.” Tukas Minhyun.

※※※

Pandangan tiap mahasiswa menjadi lebih ramah, terkadang mereka menyapa Kang Daniel, tak jarang memberikan minuman dan sebungkus roti. Mau tak mau dia menerimanya, sayangkan kalau dibuang? Jadilah ia pergi ke atap demi menikmati sarapan dadakannya. Daniel malah dikejutkan dengan sebuah suara.

“Tumben kau tidak berisik seperti biasanya?”

Yang bertanya itu adalah Kang Hyewon. Saat itu juga Daniel urung memakan rotinya, lebih tertarik pada gadis di depannya.

“Disini masih sama seperti dulu, namun agak sepi dan tidak seru lagi.” Hyewon menghirup dalam udara pagi sembari menengadahkan wajah, melihat langit biru yang nampaknya akan cerah sepanjang hari.

“Kamu dan Guan…”

“Kamu berkencan dengan Sejeong?” sela Hyewon.

“Itu… aku tidak pernah menyetujuinya.” Gelagap Daniel.

Hyewon menoleh dengan riang. “Kalau begitu jadilah pacarku.” Ungkapnya tak terduga.

“Eh?!”

“Bercanda.” Ucap cepat Hyewon tertawa kecil. “Begini… bagaimana kalau diam-diam pacaran di belakang Sejeong?” ia meneruskan candaannya yang terdengar nyata bagi Daniel. “Lucu sekali mana mungkin aku merebut pacarnya Sejeong.”

Daniel merasa jantungnya telah dipermainkan. Kenapa juga dia bersikap kaku seperti itu, mempercayai ucapan tak berdasar atau mungkinkah mengharapkannya?

“Sebentar lagi kelas akan dimulai,” kata Daniel pendek, setidaknya dia mampu bersuara dari pada tidak sama sekali.

Berbalik sembari mengatur perasaannya, Daniel melangkah pergi saat suara Hyewon kembali terdengar.

“Kang Daniel kau masih sama, hanya terlihat lebih tampan.”

Tanpa menoleh lagi pada lawan bicaranya, Daniel membalas. “Terima kasih.”

※※※

Helm baru saja terpasang sempurna dikepala Daniel, ia hendak menaiki skuter biru langitnya yang sangat didambakan Kang Yena. Adiknya itu selalu ingin mencoba untuk mengendarainya, merasa bersyukur bahwa Sejeong adalah teman dekat Daniel. Berpikir akan meminta sesuatu juga pada anak konglomerat itu.

Berulang kali Daniel bilang, dia tidak meminta apa pun pada Sejeong. Tetap saja Yena tak peduli dan mencari berbagai alasan, sampai sebuah kalimat terlontar keras-keras.

Sudah dipastikan Kim Sejeong menyukaimu Oppa!

~Ttiiiddddd

Suara nyaring dari klakson memekakkan telinga, padahal Daniel tidak menekan klakson skuternya. Hingga sebuah mobil berhenti di dekatnya meyakinkan Daniel akan sumber suara barusan.

Sejeong keluar dari pintu pengemudi. “Ayo ikut denganku.”

“Aku harus bekerja dan asal kau tahu aku tidak kaya sepertimu.” Anehnya Daniel selalu berusaha acuh pada wanita yang mengakuinya sebagai pacar.

“Aku tahu, makanya aku sudah berniat untuk menyuruh seseorang mengurusnya.”

“Jangan ngawur! Bisa-bisa aku dipecat!” Daniel masih menolak dengan tegas.

Sebenarnya yang keras kepala disini siapa? Setahu Sejeong itu adalah Daniel. “Aku bilang pada manager mu bahwa kau tidak akan masuk untuk beberapa hari.”

“Kenapa?”

Kesabaran Sejeong sudah habis. “Diakhir pekan juga tidak ada kelas.” sembur Sejeong menarik lengan Daniel, membawanya untuk masuk ke dalam mobil.

“Hei, aku perlu melepas helm ku.” Kata Daniel ketika tubuh besarnya didorong masuk.

Di dalam mobil yang berbeda. Kwon Eunbi menautkan alis bersamaan dengan ponsel yang ia jauhkan dari telinganya.

“Apa harus melakukan ini?” keluh Eunbi setengah tak terima. “Aku sudah dijalan, jangan lupa dengan permintaanku tentang lukisan dari semasa dinasti Goryeo.”

Eunbi baru saja ditawari sebuah tugas dan meminta imbalan untuk itu. Setelah panggilan selesai, ia menyuruh supirnya untuk berbalik arah.

※※※

Di kedai Ice Top. Ong Seong Woo melihat keluar jendela, mencari-cari sosok lelaki bongsor yang seharusnya bekerja bersamanya sekarang.

“Kau jangan tinggalkan aku sendiri lagi.” Ha Sungwoon berbicara dari balik counter chasier.

Dengan malas Seongwoo mengalihkan penglihatannya. “Memangnya aku mau pergi ke mana? Daniel juga sepertinya tidak masuk…”

“Ohh, dia pergi bersama Kim Sejeong.”

“Kemana?” kali ini Seongwoo menoleh.

“Entahlah, Sejeong hanya memintakan ijin untuk Daniel hingga dua atau tiga hari kedepan.” Sahut Sungwoon tak yakin.

Tiba-tiba Seongwoo merasa cemas. “Selama itu, apa Daniel sakit?!”

“Tidak tahu.” Geleng Sungwoon segera melanjutkan. “Kau benar-benar tidak akan pergi, kan?”

“Daniel tidak bilang apa-apa padaku.” Kata Seongwoo malah mengabaikan pertanyaan Sungwoon dengan kembali menerawang jauh ke luar jendela.

Tentu Sungwoon kesal, ia berdesis sambil berlalu ke dapur. “Kali ini aku akan benar-benar memecatmu kalau kau pergi tanpa seijinku.” Gerutunya mencebikan mulut ketika tak ada respon dari karyawannya.

Percuma menatap jauh ke jalanan sana, merekam lalu lalang sambil menerka-nerka kiranya apa yang terjadi pada Daniel? Seongwoo akan fokus bekerja saja, hendak menambahkan topping yang habis.

Sepertinya indera pendengar Seongwoo sudah dilatih untuk peka terhadap suara lonceng yang tergantung di pintu utama kedai. Otomatis dia menyambut si pelanggan,

“Selamat da…”

“Darurat! Kau harus ikut denganku sekarang juga!” potong Eunbi meraih lengan Seongwoo tanpa basa-basi.

“Ada apa memangnya?” Sayangnya Seongwoo suka basa-basi dan juga banyak bertanya.

“Kang Daniel…”

Nama itu baru saja dibahas tadi. “Daniel kenapa, apa dia kecelakaan?!” cemas Seongwoo seketika panik.

“Kalau terlambat bisa-bisa tidak bertemu lagi.” Kata Eunbi setenang air.

“Orang tua… harus menghubungi orangtuanya.”

“Sudah dihubungi.” Sahut Eunbi.

Tak lupa Seongwoo juga mengingat sosok Yena yang selalu mengikutinya dan Daniel kemana pun mereka pergi. “Aku harus menghubungi Yena.” Kata Seongwoo mencari-cari keberadaan ponselnya di celemek yang dipakainya.

Eunbi menyambar ponsel dari tangan Seongwoo. “Dia juga sudah dihubungi.” Ujar Eunbi menyeret laki-laki jangkung yang menunjukan ekspresi sedihnya secara berlebihan.

“Bagaimana ini? Daniel!”

“Ayo cepat.” Seret Eunbi tak membiarkan Seongwoo melepas celemeknya barang sejenak.

※※※

“DANIEL!” seru Seongwoo memeriksa tubuh sahabatnya sambil meneruskan. “Bagian mana yang terluka, kau, kau terlihat baik-baik saja!”

Dengan wajah keheranan Daniel memperhatikan penampilan Seongwoo yang masih memakai celemek, seolah membenarkan bahwa laki-laki itu baru saja bolos kerja. “Apa-apaan ini?” Tanya Daniel meminta penjelasan.

“Kita akan pergi berlibur.” Sejeong tersenyum cerah bak mendambakan liburan kali ini yang dirasa berbeda dari biasanya.

Seongwoo segera mendelik pada Eunbi yang tersenyum  manis, menutupi kekehan kecil dengan tangannya. Seongwoo merutuki kebodohannya yang mempercayai begitu saja ucapan Eunbi, meski begitu ia mendesis lega, setidaknya Daniel tidak apa-apa.

“Berlibur apanya, tidak… aku belum meminta ijin pada orangtuaku.”

Bukan Daniel namanya kalau segera menyetujui. Perlahan Seongwoo melirik hati-hati pada sahabatnya, sungguh dia ingin melakukan perjalan menggunakan pesawat karena tepat di belakangnya sebuah pesawat pribadi telah terparkir. Sudah pasti mereka akan pergi dengan menaiki kendaraan tersebut.

“Sudah kok, sudah mendapat persetujuan. Takut kamu tidak enak pergi sendiri, maka temanmu juga diajak.” Kata Sejeong membanggakan persiapan yang dilakukannya.

Maldo andwae (Tidak mungkin)!” kaget Daniel selagi sudut bibir Seongwoo terangkat.

“Ayo kita berangkat!” Sejeong memimpin dengan berjalan lebih dulu.

Di dalam pesawat dengan penampilan mewah, Seongwoo tak henti-hentinya mengekspresikan kekagumannya. Ia berulang kali memanggil nama Daniel, meminta agar mencubit pipinya.

“WOW, Amazing!” serunya kemudian.

Dari kursi nyamannya,  Eunbi mendecak. “Norak.” Singkatnya mengomentari tingkah Seongwoo.

“Tapi menurutku dia manis.” sahut Chaeyeon.

“Minhyun datang tidak?” Eunbi mencari topik pembicaraan lain.

“Dia tidak bisa membatalkan jadwal pemotretannya di bali.” Ucap Chaeyeon agak kecewa.
Suara pilot mengambil perhatian semua penumpang, terutama Daniel dan Seongwoo. Mereka dengan bersamaan berseru setelah mendengar tempat yang akan dituju.

“CALEDONIA?!”

“Saking kagetnya kalian tidak bisa bernapas ya, apa perlu aku berikan tabung oksigen.” Tawar Sejeong, ia duduk di sisi lain jendela yang berseberangan dengan Seongwoo.

Sementara Daniel duduk berhadapan dengan Seongwoo, yang artinya Sejeong dapat melihat lelaki itu dengan jelas.

“Kim Sejeong kita tidak sedekat ini untuk bisa bepergian jauh, kalau pun sudah sampai level itu seharusnya kau memberitahuku dan mencocokan dulu dengan jadwalku.” Papar Daniel menatap tajam Sejeong.

“Aku sudah melakukan persiapan sehingga bisa mengunjungi tempat indah bersamamu. Lagian korea tidak akan merasa kehilangan bila kau tidak ada.” Kata Sejeong menyilangkan kaki dengan tangan bersedekap.

“Bukan korea, tapi kedai es krim kami akan dalam masalah.” Timpal Seongwoo teringat ancaman pemecatannya.

“Tenanglah aku sudah mengurus semuanya.”

Orang kaya memang selalu bertindak sesukanya. Gerutu dalam hati Daniel.

※※※

Gabungan awan yang menyerupai gula-gula kapas saling bergumul menjadi satu, membiaskan sinar matahari yang akhirnya menyusup di sela-selanya. Siang itu juga awan mulai memisahkan diri, memperlihatkan langit biru cerahnya, memperingati agar pengunjung pulau memakai kacamata atau topi lebar demi mengurangi panas terik matahari yang menyengat kulit.

Tiga lelaki bertubuh tinggi, berwajah khas kaukasoid menyambut. Kwon Eunbi mendekati salah satunya, mereka seperti sudah saling mengenal dengan saling berpelukan, memberi kecupan ringan di pipi kanan dan pipi kiri.

Chaeyeon juga melakukan hal yang sama. Lagian tunangannya bukan tipe pria pencemburu, maka dengan santai mengalungkan tangan pada lengan kekar pria lain.

“I miss you. Kim Samuel.” Ucap Hyewon menerima pelukan ringan lelaki manis yang mendekatinya.

“Aku juga, rindu sekali permainan biolamu. Bisakah kau memainkannya untukku?” kata Samuel.

“Hanya orang spesial yang bisa mendengar permainan biolaku.”
Saat mengatakan itu entah sebuah kebetulan atau apa Daniel meresa Hyewon melirik ke arahnya.

“Bagaimana caranya menjadi orang spesial bagimu?”

“Kau harus lebih menyukaiku.” Hyewon tersenyum simpul.

“Apa aku tidak cukup menyukaimu? Itu tidak adil!” gurau Samuel.

Sejeong yang memang selalu memperhatikan gerak-gerik Daniel, merasa jengah karena lelaki itu terus memperhatikan Hyewon. Ia pun mencondongkan tubuh bagian atasnya, berhasil mengagetkan Daniel yang terhenyak dari tempatnya berdiri.

“Siapa bilang kamu bisa melihat wanita lain.” Tegur Sejeong.

Alhasil Daniel dibuat kikuk. Seongwoo memicingkan matanya mengasihani Daniel.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan jalan beriringan. Seongwoo menjadi orang yang paling bersemangat, meski hanya dia yang tidak memiliki pasangan untuk menselaraskan langkah.

“Sepertinya itu orang korea.” Tunjuk Seongwoo penasaran. “Daniel ayo ke sana!” tanpa menunggu jawaban, ia sudah menarik Daniel.

Sehingga gerakan Sejeong terhenti. Usahanya dalam meraih lengan Daniel gagal. “Apa dia anak kecil!” erang Sejeong tak tahan melihat sikap kekanakan Seongwoo.

“Permisi…” ramah Seongwoo pada satu wanita paruh baya dan anaknya yang sepertinya seusia Yena. “Dia itu siapa ya?” penasaran Seongwoo pada pemilik tenda kerucut yang baru mereka singgahi.

“Oh, itu penduduk lokal yang bisa meramal.”

“Peramal?! Ayo kita masuk!” antusias Seongwoo mengangguk kecil sebagai sopan santun, kemudian menarik Daniel ke sebuah tenda kerucut berukuran kurang dari 2x3 m dengan tinggi 3 m.

Daniel merasa dirinya terlalu mudah untuk diajak secara sepihak. Kenapa baru sekarang ia menyadari satu sifat Seongwoo yang mirip Sejeong.

※※※

Seharian mengagumi pulau pribadi yang katanya milik Shinhwa Group. Kang Daniel merebahkan diri di kasur empuk, sebelumnya juga dia sudah berkeliling memeriksa kamarnya. Dinding ruangan berupa kayu mahoni dengan jendela yang langsung menghadap ke laut biru. Benar-benar indah, memanjakan kedua matanya…

Sejeong juga memberitahu bahwa letaknya terapung di atas air. Hari ini Daniel begitu senang dapat mengunjungi tempat seindah pulau maître. Sayangnya ia tidak terbiasa tidur di tempat selain kamar kecilnya yang berantakan namun terasa nyaman. Berguling ke sisi lain kasur hingga memilih turun.

“Aku akan berjalan-jalan dulu di pantai.” Putus Daniel.

Siapa yang menyangka lelaki yang tidak bisa tidur itu melihat Hyewon tengah terduduk di atas pasir. Daniel mendekatinya, ia ikut duduk di sebelahnya menyadari kesedihan tengah melanda gadis polos yang akhir-akhir ini terasa berbeda.

“Hyewon-ah, ada apa denganmu. Sekembalinya dari Shanghai kau nampak berubah,”

Daniel memulai pembicaraan. Hyewon bereaksi, perlahan menoleh padanya dan bertanya. “Apa kau mengkhawatirkanku?

“Sesuatu yang normal bukan, kalau kita khawatir tentang teman-teman.” Kata Daniel menelisik air muka lawan bicaranya sebelum menambahkan dengan hati-hati. “Itu karena Guanlin, kan?”

Pandangan Hyewon kembali lurus. Riak ombak terdengar saling menyusul, gelapnya malam membuat laut terlihat gelap di ujung sana. Selanjutnya Hyewon menyandarkan kepala dibahunya Daniel.

“Lima menit saja, biarkan aku seperti ini selama lima menit.” Pinta Hyewon.

Seorang peramal yang tadi siang ditemuinya telah menafsirkan garis tangannya. Berbicara mengenai belahan jiwa dan cinta sejatinya adalah dua orang yang berbeda. Seketika itu juga dia teringat pada Kim Sejeong dan Kang Hyewon, mereka secara tiba-tiba memasuki kehidupan damai dan tenangnya. Mengusik hati yang dulunya hanya diam menjadi berdesir menyenangkan bahkan terkadang menyakitkan.

Apa Hyewon adalah belahan jiwanya atau cinta sejatinya? Daniel sibuk dengan pikirannya selagi Hyewon bergumam pelan namun masih bisa terdengar oleh lelaki yang tengah meminjamkan bahu padanya.

“Kenapa bukan kamu orang yang aku cintai?”
※※※

Ada yang kesel gak sih sama Hyewon di sini?
Dan lagi aku udah gak sabar buat si Daniel cemburu sama Sejeong dengan kehadiran Jihoon.
Eh iya jangan lupa vote dulu ya! Sampai jumpa di episode 17!

Alesta Cho.


NB: Tunggu-tunggu, kita harus say goodbye dulu nih sama sobatnya Daniel yang pergi ke Australia.

Terima kasih atas partisipasinya Hyunbin-ah! Jalgga!
Sekarang say hi sama sahabat sejatinya Daniel…

Hi Ong Seongwoo, selamat datang di lapak halu mantan trainee produce, hehe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro