Ep.13 - Kesalahan
GIRLS OVER FLOWERS
2019/03/02
※※※
"KAU... menjauh atau mau aku dorong?" Tanya Daniel tak sengaja menghirup wangi shampoo gadis didepannya yang tengah bersandar padanya. "Aku hitung sampai tiga, kalau kau tetap begini terpaksa aku akan mendorongmu." Ia berdehem memulai hitungannya. "Hana... dul (Satu... dua),-"
Masih dalam posisi bersandarnya, Sejeong berucap dengan lemah. "Sepertinya aku sakit."
Begitulah akhirnya Kang Daniel menjadi panik. Ia bergeser ke sisi pintu lift, menggedor besi kokoh itu sembari berteriak meminta bantuan. Tak lama tangan besarnya ditarik,
"Kau akan membuat lift ini jatuh dan kita berdua akan mati."
Hening sejenak. Daniel memeriksa kening Sejeong, selintas teringat gadis itu pernah melakukan hal yang sama ketika mengunjungi rumahnya.
"Tentu saja.Aneh kalau kau tidak sakit seperti ini," siapa pun akan terkena demam setelah berdiri lama di bawah turunnya salju, dicuaca dingin pula.
Sejeong merosot, terduduk di pojokan, mengeratkan tangan bersedekapnya, ia kedinginan. Melihatnya Daniel mendadak sibuk sendiri, memikirkan cara untuk membantu menurunkan panas atau setidaknya membuat Sejeong agar lebih hangat.
Detik berikutnya ia tersadar dengan bawaannya yang sedari tadi bertengger di punggung. Segera menurunkan tas ransel, Kang Daniel mengeluarkan beberapa kain hasil perburuan barang discount –nya.
Hal pertama yang Daniel lakukan adalah menyampirkan syal bermotif daun kering di kepala Sejeong.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kata Eomma ini akan membuatmu merasa lebih hangat." Jawab Daniel melilitkan ujung kain di sekitar leher, ia juga menyelimuti Sejeong dengan lebih dari tiga kain berlapis. "Karena hanya aku yang dapat merawatmu sekarang jadi anggap saja aku ibumu."
Sejeong terkekeh sambil memanggil Daniel, eomma. "Andai saja ibuku pernah merawatku seperti ini." Kata Sejeong bersandar di bahu lebar lelaki yang telah memberinya kehangatan.
"Kau boleh berbaring, itu pun kalau kau mau." Ucap Daniel menyangsikan namun tanpa berpikir lagi gadis yang ditawarinya itu beranjak menjadikan pahanya sebagai bantal. "Istirahatlah." Ia menambahkan seraya membenarkan kain yang membalut tubuh mungil Sejeong.
Tidak ada cara lain selain menunggu bantuan, mereka tidak bisa menghubungi seseorang dengan ponsel Sejeong yang mati total dan Daniel sama sekali tidak membawa benda petaknya. Jika benar orangtua dan adiknya masih memperdulikannya, pasti keadaan rumah sedang kacau, bukan?
Sayangnya rumah yang ada dipikiran Daniel sudah sepi sejak satu jam yang lalu. Hampir semua lampu sudah dimatikan, kecuali yang terdapat di dua kamar dan ruang serbaguna, tak lupa halaman depan dengan cahaya temaramnya. Penghuninya tertidur lelap bahkan kepala keluarga mendengkur keras.
※※※
Pagi harinya Kim Sejeong bangun lebih dulu, masih belum beranjak dari berbaringnya yang sengaja ia gunakan sebagai kesempatan untuk memperhatikan wajah damai laki-laki yang tengah tertidur dengan wajah tertunduk. Nampak jelas terlihat dalam posisi mereka saat ini, sesekali Sejeong menyunggingkan senyum sembari meraih rambut Daniel yang menutupi dahinya kemudian tersipu malu ketika jarinya menelusuri lengkungan alis menawan.
Pergerakan kecil Daniel mampu membuatnya salah tingkah, "Kau tidur seperti sapi saja." Berikutnya Sejeong menyesali ucapan konyolnya, kenapa tiba-tiba bilang begitu.
"Lihatlah betapa tidak tahu terima kasihnya wanita ini." Desis Daniel sambil melakukan peregangan tangan. "Masih ingin tidur ya?Pasti pahaku sangat nyaman," cibirnya terlihat seperti omelan tatkala merasa pegal pada kakinya.
Sejeong mendadak duduk dan melayangkan tatapan bersalah. Lantas ia juga berdiri selagi laki-laki yang telah merawatnya semalaman itu ganti meregangkan kaki yang terasa kaku.
Elevator terbuka. Tiga pegawai terlihat tersenyum nakal menggoda dua anak muda yang terjebak dalam lift.
"A, Ahjussi kenapa lama sekali!" tegur Sejeong tergagap, ia buru-buru keluar meninggalkan Daniel yang sibuk merapihkan barang bawaannya.
Setelah itu membungkuk demi sopan santun pada para pegawai yang kemudian mengomentari. "Enaknya menjadi muda."
Di luar mall sudah ada mobil terparkir, siap mengantarkan mereka pulang. Kang Daniel menolak, beralasan akan naik bus saja sambil memikirkan alasan yang akan dikatakannya nanti pada orangtuanya.
"Memangnya mereka peduli keberadaan anak lelakinya yang sudah dewasa?" pikir Sejeong tak yakin jawabannya iya.
Tanpa Daniel dan Sejeong sadari seseorang telah mengambil potret mereka, satu kali, dua kali hingga lebih. Keakraban mereka cukup kentara dari kejauhan, mungkin banyak orang akan salah mengira dan menjadikannya topik berita utama di majalah bisnis.
Seperti apa yang diperkirakan Sejeong, reaksi keluarga Daniel biasa saja, malah kesannya tak tertarik akan kehadirannya. Ini bukan pertama kalinya Daniel tidak pulang ke rumah, setiap itu terjadi pastilah jawabannya bermalam di rumah Seongwoo. Mungkin kali ini juga mereka beranggapansama.
"Oppa aku mengambil setengah bagian telur mata sapi mu." Jujur Yena sambil berlalu menuju sofa, menyalakan televisi.
Mendengar nama hewan besar itu mengingatkan Daniel pada ucapan selamat pagi Sejeong. Kapan aku tidur seperti sapi... ia membatin lalu segera duduk, menyantap sarapannya. Tahu betul bahwa ayah dan ibunya sudah bersiap untuk membuka kedai setelah menyiapkan sarapan untuknya.
Sejeong salah, orangtuanya masih peduli pada puteranya yang beranjak dewasa. "Aku tidak tahu apakah akan ada yang merawatnya di rumah."
※※※
Shinhwa University tengah di hebohkan dengan artikel yang terpajang di setiap sudut mading kampus. Dari semuanya itu yang paling menarik perhatian Daniel adalah kerumunan di kantin, pasti mereka sedang melihat menu makan siang hari ini dan ia menebak mungkin hidangannya sangat enak.
Somi sudah menerobos lebih dulu, disusul Hyunbin dan Daniel yang sontak berjengit di tempatnya. Bukan menu makan siang yang terpampang melainkan sebuah artikel tentang Kang Daniel dan Kim Sejeong dengan poto yang diambil sewaktu di depan mall, setelah mereka terjebak dalam lift.
'Si orang biasa Kang Daniel dinobatkan sebagai pacar si pemimpin F4, Kim Sejeong.'
Itulah judul pemberitaannya. Memunculkan beragam pertanyaan dan salah satunya pembenaran akan keaslian artikel tersebut. Dimana kehadiran F4 membuat keadaan kantin makin ramai dengan perbincangannya.
Kwon Eunbi melihat artikel kemudian langsung bertanya. "Sejeong-ah, apa artikel ini benar?"
"Tidak, itu tidak benar!" Daniel menyahut dengan keras.
Berbeda dengan jawaban Sejeong. "Iya, itu benar." Ucapnya santai kemudian memberikan bingkisan yang secepat mungkin Daniel tolak.
"Aku tidak akan menerima hadiah apa pun darimu."
"Bodoh, bukan hadiah tapi ini syal mu yang tertinggal dan pagi ini kau lupa mengambilnya."
Tanggapan demi tanggapan terlontar. Mereka ada yang mengira bahwa Daniel baru saja menghabiskan malam dengan Sejeong, meski benar namun tentu dalam artian berbeda dari apa yang mereka pikirkan.
Benar... Daniel melupakan satu kain bermotif daun keringnya.Ia jadi kikuk sendiri menerima bingkisan.
※※※
Ha Sungwoon mengutarakan ketidakberatannya akan seorang karyawan yang tidak dapat bekerja karena suatu alasan. Dia bukanlah atasan yang tak pengertian ketika karyawannya memiliki urusan atau pun sakit.
Dari tempatnya berdiri Seongwoo manggut-manggut patuh. "Sudahlah cepat tengok persediaan es –nya," kata Seongwoo mengakhiri kegiatan mengelap mejanya.
"Kau tidak akan tiba-tiba pergi atau semacamnya, kan?" Sungwoon memastikan lagi, dengan enggan Seongwoo memberi isyarat agar manager-nya segera pergi saja ke belakang.
Suara lonceng yang menggantung di pintu kaca memberitahu Seongwoo akan kedatangan pelanggannya. "Selamat datang di Kedai Ice Top!" sapanya ramah sekaligus riang, seperkian deitk kemudian dia mengenali siapa wanita yang tengah mengumbar senyum manisnya.
"Kau temannya Kang Daniel, kan?" Seongwoo mengangguk, ia melanjutkan. "Sejak kapan?"
"Sejak sekolah dasar." Jawab Seongwoo.
"Berarti kalian berteman dekat, kalau begitu ayo ikut aku."
Kwon Eunbi memang sudah pernah melihat Seongwoo beberapa kali. Dan untuk sekarang dia sengaja menemuinya.
"Kemana?" bingung Seongwoo yang tangannya ditarik begitu saja.
Dari pintu belakang Sungwoon membawa es yang sudah diserut, pandangan waswas terarah ke setiap penjuru ruangan. "Ahh, aku benar, kan. Biar aku pecat saja dia." Pasrah Sungwoon.
※※※
Jeon Somi berpaling ke arah aula. Pokoknya tidak ingin terbawa emosi akan usulan Three Kims mengadakan acara para lelaki yang mereka sebut, Gentleman Night. Toh, ia juga ada pertemuan dengan ketua jurusan lain.
Kelima lelaki itu bersemangat untuk pergi ke club. Daniel bilang ini pertama kalinya dia pergi ke tempat tersebut, mengingat selalu sibuk dengan kerja paruh waktu, ia akan membanggakannya nanti pada Seongwoo. Sementara itu di lantai dansa Jaehwan mendengarkan keluhan Donghyun dan Donghan.
"Kenapa kau mengajak mereka?!" kata Donghan memandang nanar ke arah Daniel dan Hyunbin yang tengah duduk disalah satu meja.
"Beneran ingin berteman dengan mereka?" imbuh Donghyun.
Dentuman musik keras mengharuskan Jaehwan membalas dengan suara keras. "Kenapa tidak, Kang Daniel itu dekat dengan F4... jadi kesempatan ini harus kita ambil agar bisa dekat juga dengan mereka!"
Sambil menari acak, Donghyun dan Donghan manggut-manggut, mengerti maksud dari Jaehwan. "Ayo kita ke sana!" ajak Jaehwan keluar dari kerumunan orang-orang sambil menari.
"Kalian tidak menari?" Tanya Jaehwan setelah bergabung di meja mereka.
Hyunbin menggeleng memberikan alasan bahwa dia tak pandai menari. Sementara Daniel cukup malu mengakui pernah menari b-boy sewaktu duduk di bangku menengah atas.
"Tak salah F4 berteman denganmu. Kau pintar dan punya banyak talenta, kalau begitu kau menarilah." Dorong Jaehwan.
Daniel menegak minumannya mencoba menolak. "Tidak, tidak aku sudah lama tidak menari."
Donghyun dan Donghan ikut mendorong Daniel. Alhasil lelaki itu maju ke lantai dansa, mulai menggerakan tubuh sesuai ketukan, makin lama tariannya makin konflik, mengundang banyak pasang mata melihat aksi kerennya. Memainkan kelihaian kaki, tangannya –pun tak kalah aktif.
Hingga saatnya dia berputar di atas lantai. Sorakan terdengar ramai, otomatis Jaehwan menyesal telah menyuruh Daniel menari, sampai menjadi pusat perhatian pengunjung club.
"Keren sekali!"
"Dia anak b-boy ya?"
"Aku harus meminta nomornya..."
Pekikan sekaligus kalimat pujian dan ketertarikan sampai ke telinga Hyunbin. Tangannya mengepal kuat, ia juga menggeram terlebih saat seseorang tak sengaja menyenggol pundaknya.
"Jeosonghamnida." Meski lelaki itu sudah meminta maaf, Hyunbin dengan wajah mengerasnya melayangkan tinju, cukup untuk membuat korban tersungkur.
"APA! Kau merasa tidak adil, dasar jelek... setidaknya kau harus bisa menari dengan baik." Amukan kemarahan Hyunbin berlanjut." Dengan tubuh seperti itu kau pikir layak berada di sini!"
※※※
Interior ruangan cukup mewah, meski berkesan elegan dengan dinding merah bata dihiasi bingkai-bingkai berisi lukisan cantik. Tetap saja Ong Seongwoo tidak bisa menebak maksud kedatangannya ke tempat tersebut, ia hanya mengagumi tempat yang diyakini sebagai tempat kerja pelukis muda berbakat, Kwon Eunbi.
"Aku hanya ingin kau memperingati temanmu, aku takut Daniel terluka." Kata Eunbi muncul sambil memegang nampan berisi dua cangkir teh hangat.
"Memperingati?!" Seongwoo mendenguskan tawanya, berhenti melihat-lihat ia duduk berhadapan dengan Eunbi, terhalang meja sepanjang satu meter. "Maksudmu Kim Sejeong terlalu tinggi sehingga tak dapat diraih jadi menyerahlah, peringatan seperti itu? Atau gadis kaya itu cuman lagi mengunyah permen karet karena bosan, jadi jangan khawatir ketika dia akan membuangmu jika sudah terasa hambar?"
"Hey, tenanglah." Ramah Eunbi menggeret gelas agar lebih dekat pada Seongwoo, ia menopangkan satu tangan ketangan lainnya sambil meneruskan. "Lelaki tampan terlihat lebih seram ketika marah. Seongwoo kau benar-benar temannya Daniel, ya."
Seongwoo mendecakan lidah. "Sepertinya kau berpikir setiap orang akan tergila-gila kalau kau berbicara manis dengan wajah seperti itu." Eunbi tersenyum santai selagi Seongwoo melanjutkan dengan agak kesal. "Tapi kau salah menilaiku... aku akan menganggap pembicaraan tadi tidak pernah terjadi. Permisi!"
Namun dua langkah Seongwoo terhenti, dia berbalik lagi mengambil cangkir, menegaknya kemudian berkata. "Semakin aku memikirkannya, semakin aku marah. Setahuku yang menyukai Daniel dan melakukan pendekatan lebih dulu adalah orang itu. Daniel tidak berpikiran sama sekali untuk meraihnya seperti yang kau bilang!" jelas panjang lebar Seongwoo diakhiri suara tegas.
Ia pergi dengan marah, mendorong pintu dan berpapasan dengan Chaeyeon yang hendak masuk, kontan menyingkir memberi jalan.
"Kwon Eunbi, apa yang baru saja kau lakukan?"
"Melakukan apa maksudmu." Kata Eunbi tersenyum menyenangkan.
Chaeyeon sudah duduk dikursi yang sebelumnya disinggahi Seongwoo. "Eyy jangan bilang kau merayunya." Kata Chaeyeon dengan suara ceria.
"Dia merupakan tipe yang aku benci." Tukas Eunbi mengangkat cangkir memainkan pinggirannya.
"Memangnya tipe yang bagaimana?"
Eunbi menjawab setelah menyeruput minumnya."Bisa tipe komedi atau melodrama, dengan berakhir menjadi korban. Aku benci orang desa seperti itu."
※※※
Karena sudah lama tidak menari, Kang Daniel terlihat kelelahan dan kembali ke meja yang langsung disodorkan segelas minuman menyegarkan. Kebetulan sekali dia sedang haus... menerimanya sambil mengucapkan terima kasih pada Hyunbin.
"Kau seperti penari professional saja tadi." Tak dilihat oleh Daniel perangai benci Hyunbin saat harus memujinya. "Daniel, tentang Kim Sejeong... apa benar?"
"Tidak benar!Itu cuma kebetulan!" seru Daniel menghabiskan minuman jeruknya.
"Tapi sepertinya Sejeong benar-benar menyukaimu."
Bagaimana bisa Daniel beraniberpikir begitu, maka dia menjawab. "Tidak masuk akal, dia hanya senang mempermainkan dan mengerjaiku itu saja. Kim Sejeong dan aku... mana mungkin." Pandangan Daniel jadi kurang fokus, dia harus menggerakan kepala demi menghilangkan pusing yang baru terasa.
"Benar juga ya!" senyum itu terkembang, mau tak mau Daniel balas tersenyum memperhatikan sikap membingungkan Hyunbin. "Aku akan menari, kau mau ikut?" tawar Hyunbin bangkit dari duduknya.
"Tidak, aku disini saja." Sahut Daniel.
Seperginya Hyunbin. Seorang wanita berparas cantik mendekati Daniel, dia menyapanya sambil mengukir senyum polos. Hi~ katanya duduk begitu saja tanpa meminta persetujuan.
Dalam ketidaksadarannya Daniel balik menyapa orang asing yang sebelumnya ia lihat sebagai pemain piano di atas panggung, sekilas wanita itu terlihat persis seperti Hyewon."Permainan piano mu bagus."
"Kau juga menari dengan baik." Ujarnya agak terkesan karena lelaki itu mengenalinya.
※※※
Kamar bernuansa putih terlihat sedikit berantakan dengan pakaian yang tercecer di lantai.Selimut bergerak-gerak dari baliknya menyembul kepala, semakin jelas siapa yang berada di dalamnya. Dia Kang Daniel yang baru bangun dari tidurnya... tubuh besar menggeliat seraya menguap lebar.
Pagi itu juga dia merasa haus, tangannya meraih segelas air putih di meja nakas. Terduduk sembari mulai minum, belum menyadari tempatnya berada ditambah tak memakai pakaian atasnya membuat dadanya terekspos. Hingga tak sengaja pandangannya teralihkan pada pantulan dirinya di cermin. Sontak air tersembur...
'Kamu tidak sadarkan diri semalam, hubungi aku ketika bangun.' Selain itu ada pesan tertulis menggunakan lipstick merah. "Wang-Yiren?" si penulis juga meninggalkan nomor ponselnya.
Daniel terhenyak dari kasur empuknya. Memeriksa sekeliling spontan menutupi bagian atas tubuhnya. Sekali lagi ia membaca tulisan di cermin...
"Apa yang terjadi!?" bingungnya tetap tak mengingat kejadian semalam. "Siapa Wang Yiren?"
※※※
Sementara dikediaman Kim Sejeong. Sudah ada Eunbi dan Chaeyeon yang bermain catur, tak jauh si pemilik ruangan duduk bersandar menerima pelayanan dari penata rambutnya. Pagi hari mengejutkan karena mereka diberi kabar akan mengikuti kelas bersama mahasiswa lain, bukan di ruangan F4.
"Kau juga meluruskan rambutmu lagi." Ujar Chaeyeon.
"Kenapa, tidak boleh?" Tanya Sejeong santai.
"Boleh-boleh saja kok." Sambut Chaeyeon memang tidak perlu ada yang didebatkan. "Mengalahlah kali ini saja." Pintanya ketika bidak kuda dimakan.
Eunbi menggeleng tegas. "Sejeong –ah, apa kau serius?" ucapnya ambigu sambil fokus mengancam menteri milik Chaeyeon.
"Tentu saja aku serius akan mencatok rambutku setiap hari."
"Bukan itu, tapi tentang Kang Daniel." Sanggah Eunbi yang langsung dijawab tenang, Sejeong memberitahu kalau tidak benar maka apa?
Kali ini Chaeyeon tak peduli jika menterinya mati. "Bagaimana kau bisa bicara tentang kebenaran ketika kau sendiri tau apa artinya kebenaran itu bagi kita. Meski begitu aku beruntung akan perjodohanku," ingat Chaeyeon pada kisah cintanya yang memang sudah diatur sejak kecil, dia sudah dijodohkan dengan Hwang Minhyun anak koleganya sang ayah.
Pekerjaan model Minhyun hanyalah sebuah hobi yang sewaktu-waktu akan dilepasnya demi melanjutkan perusahaan. Jangan lupakan statusnya yang memang penerus perusahaan kontruksi keluarganya, bermitra langsung dengan keluarga Chaeyeon. Memperkuat hubungan dengan perjodohan anak-anak mereka.
"Bersyukurlah kau dapat mencintai Minhyun." Komentar Sejeong.
"Bagi kita, kebebasan satu-satunya hanyalah kencan. Pilihan terakhir merupakan hak orangtua kita." Tukas Eunbi menghabiskan pion-pion tersisa.
Chaeyeon menyerah, kali ini dia juga akan kalah bermain catur. "Aku berharap kalian bisa mencintai siapa-pun orang yang nantinya akan menjadi pendamping kalian." Tulus Chaeyeon mengakhiri permainan.
"Membuat iri saja." Celetuk Eunbi.
※※※
Selasar kampus nampak ramai, kelas yang dituju Kang Daniel juga dipenuhi mahasiswa dari kelas atau fakultas lain yang ingin melihat sosok orang yang sedang diperbincangkan akibat beberapa potret memalukan.
Penasaran Daniel memicu langkah cepatnya. Namun sebuah tangan mencengkram rambut, menarik tiap helainya.
"Apa yang kalian lakukan, lepas!"
Berontak Daniel. Ditiap sisinya Donghyun dan Donghan sudah memegangi lengannya. Wajah Daniel sampai menengadah ketika rambutnya semakin ditarik.
"Inilah mengapa orang miskin sangat mengerikan!" desis Jaehwan.
"Kami tidak tahu kalau kau lebih parah dari sekedar jelmaan serigala." Kata Donghan menepuk pipi Daniel yang tak terima akan perlakuannya.
"Jelaskan supaya aku mengerti!" sentak Daniel mampu menyingkirkan para pengganggu.
"Baiklah kalau begitu, masuk ke kelas dan lihat hal mengerikan apa yang telah kau perbuat!" dorong Jaehwan.
Beberapa detik kemudian mereka tiba di depan papan tulis. Banyak orang yang menaiki podium yang biasanya digunakan dosen untuk mengajar. Daniel tercengang melihat selembaran potonya dan wanita yang ia ketahui bernama Wang Yiren. Mereka tengah berada di kasur dengan Daniel yang bertelanjang dada tampak tak sadarkan diri, lain halnya dengan Yiren yang melakukan self camera, tersenyum ke arah ponselnya membuat huruf V dengan jarinya.
"Berbohong pada F4 sama artinya dengan membohongi kami semua. Mempermalukan F4, berarti menghina kami semua!" cerca Jaehwan.
"Kami tidak bisa membiarkan lelaki sepertimu mengotori kampus kami!" tuding Donghan menendang kaki Daniel keras hingga lelaki itu berlutut.
"Aku tidak percaya kau melakukan itu pada Kim Sejeong." Tukas Donghyun.
Tepat saat itu F4 memasuki kelas, dengan mudah menerobos kerumunan yang seolah mempersilahkan mereka untuk melihat artikel yang terpajang di papan tulis.
"Ada apa ini?" Tanya Sejeong.
Daniel tersentak sejenak, sontak memosisikan tubuhnya untuk menutupi apa yang tertempel di papan tulis. "Kim Sejeong ini sama sekali tidak benar. Ini merupakan kesalahan." Kata Daniel melakukan pembelaan pada dirinya sendiri.
Sejeong tak mengindahkan perkataan Daniel, dia menyingkirkannya dan terlihatlah apa yang ditutupi lelaki itu. Pandangannya bergulir dan jatuh pada sosok Daniel, perasaan terkhianati dan marah bercampur.
"Bagaimana bisa poto seperti ini adalah sebuah kesalahan." Kata Sejeong menekankan setiap kata.
※※※
Ini bagian terpanjang dari episode sebelum-sebelumnya,
Aku harap kalian tidak bosan dengan alur cerita yang memang sebuah remake.
Alesta Cho.
Support Cast:
Wang Yiren, wanita yang Daniel temui di club dan terlibat scandal dengannya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro