Ep.12 - Janji Temu Sepihak
GIRLS OVER FLOWERS
2019/02/23
※※※
Incheon International Airport
DERETAN CAFÉ dalam bandara terlihat dipenuhi pengunjung, baik yang akan atau baru pulang dari bepergian. Selain itu ada juga beberapa yang mengaku hendak mengantar saudara, kekasih bahkan teman mereka seperti anggota F4 ini. Tidak ketinggalan tunangan Jung Chaeyeon yang ikut bergabung, dia susah payah menutupi wajah dengan syal yang melingkari leher.
“Bisakah aku melepaskan ini.” Ucap pelan Minhyun pada Chaeyeon, gadis itu segera menggeleng. “Chagiya aku merasa sesak napas.” Ia merajuk dibalik syal yang menutupi mulutnya.
Tiba-tiba Chaeyeon panik sendiri. “Eotteokae?”
“Turunkan saja syal-nya.” Celetuk Kwon Eunbi sudah tak tahan melihat pasangan di seberang kursinya.
Dengan cekatan tangan Chaeyeon meraih kain rajut, “Rasanya aku merindukan wajah ini.” Kata Chaeyeon memandangi Minhyun sayang.
“Baguslah, sekarang lihat aku sampai rindumu hilang.” tukas Minhyun menopang dagu dengan satu tangan dan yang terjadi selanjutnya mereka saling tersenyum.
“Oh ya ampun aku merasa mual.” Ujar Eunbi berlaga muntah.
Bukan hanya Eunbi yang bereaksi saat interaksi Chaeyeon dan Minhyun berlangsung. Di kursinya Kim Sejeong berdecak sembari memalingkan penglihatan, seperkian detik berikutnya ia malah melihat sosok lelaki yang nampak menekuk wajahnya. Benar… ada Kang Daniel juga yang berniat mengantar kepergian teman sesaatnya.
“Kenapa kau terlihat sedih begitu, membuat wajah jelekmu lebih buruk.” kata Sejeong.
“Kim Sejeong, apakah kau pernah menyukai seseorang?” Tanya Daniel menolehkan kepalanya pada Sejeong.
“Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?”
“Salahkah bila kita menahan perasaan untuk orang yang kita sayang, asal dia bahagia dan hanya cukup memperhatikannya dalam jarak jauh.” Ungkap Daniel menerawang.
“Yang benar saja!” bentak Sejeong. “Kalau besok mati, maka penyesalan yang akan kau dapat.”
Namun Daniel masih saja mencari pembenaran atas ucapannya. “Mungkin beberapa orang memilih untuk menyesal.” Di sini Eunbi mengalihkan atensinya, begitu juga Chaeyeon dan Minhyun yang berhenti saling menggoda.
“Dasar bodoh.” Maki Sejeong.
“Kau yang bodoh, mana ada orang yang mengutuk diri sendiri untuk mati besok.” Balas tak terima Daniel, meski begitu dia masih memikirkan perkataan Sejeong. Jika saja dia memilih untuk tidak menyesal, akankah semua berbeda.
※※※
Semua pengunjung bandara berjalan cepat, jelas tidak mau tertinggal pesawat. Lai Guanlin tersenyum manis seperti biasanya, menghampiri teman-temannya dengan ramah. “Jaga diri kalian baik-baik ya, jangan membuat masalah.” Pesan Guanlin dengan suara tenang.
Eunbi memeluk Guanlin sembari mengerucutkan mulut. “Aku pasti akan berkunjung.” Katanya melepas pelukan santai.
“Jangan hanya berkunjung, adakan pameran juga di sana.” Kata Guanlin.
“Jaga kesehatan.” Chaeyeon juga berhambur memeluk Guanlin.
“Sudah, jangan terlalu lama.” Minhyun nyeletuk.
Guanlin mendecih. “Kau juga jaga kesehatan terutama perasaanmu saat melihat dia berpose dengan model cantik,-”
Minhyun cepat-cepat menarik Guanlin, menepuk-nepuk pundak temannya itu. “Aigoo, aku pasti akan sangat merindukanmu.”
Selanjutnya Guanlin berjalan tepat berdiri di hadapan Sejeong.
“Haruskah kau pergi? Aku jadi kehilangan satu teman main!” kata Sejeong.
“Kan sekarang ada Daniel!” seru Guanlin langsung menyeret satu langkahnya. “Kang Daniel-ssi,” dengan akrabnya Guanlin memeluk Daniel. “Jangan lupa permintaanku ya, kau pasti akan menemukan kebahagianmu.”
“Kau juga.” singkat Daniel.
“Kalian tolong hentikan penindasan terhadap Daniel.” Pinta Guanlin mengedarkan pandangan pada anggota F4.
Minhyun melirik tunangannya yang mengangkat bahu sebagai isyarat bahwa dirinya tidak pernah menjadi pelaku penindasan. Chaeyeon mendapat usapan dipucuk rambutnya dibarengi ucapan ‘Kerja bagus’.
Sementara Sejeong menyahut. “Kita tidak punya banyak waktu untuk melakukan itu.” Suasana menjadi lebih damai dan senyum kecil terpatri di wajah berserinya Guanlin.
“Aku pergi sekarang.” Pamit Guanlin berlalu, dia takut berubah pikiran jika berlama-lama, sesekali melambaikan tangan sambil berbalik ke belakang.
Punggung Guanlin benar-benar menjauh, menghilang di antara banyaknya orang.
※※※
“Sampai akhir Hyewon tidak muncul.” Kata Chaeyeon lima menit kemudian yang sedang berjalan berbaur dengan keramaian.
“Lihatlah kalian selalu bilang temperamenku buruk, yang paling parah sebenarnya si keras kepala Hyewon.” Klarifikasi Sejeong agak membanggakan dirinya.
“Hyewon-ah!” kaget Eunbi.
Semua pandang mata terpaku pada kehadiran Hyewon yang tak jauh dari tempat terakhir mereka dan Guanlin berpamitan.
“Sudah berapa lama kau ada di sini?” kata Chaeyeon selagi pergerakan tangannya terhenti dalam membenarkan syal Minhyun.
“3 jam lalu.” Jawab Hyewon, anehnya dia berkata sembari menyunggingkan senyum.
“Berarti kau datang sebelum kita.” Ucap Minhyun tak habis pikir.
“Kami tidak melihatmu.” Tambah Sejeong.
Butuh empat langkah hentakan kaki bagi Daniel berdiri di hadapan Hyewon. Dia berkata dengan agak kesal. “Apa kau puas melihatnya pergi seperti itu, bersembunyi di balik pilar?!” Daniel meneruskan dengan nada lebih tinggi. “Kejar dia dan ucapkan salam perpisahan dengan benar.”
Hyewon menunjukan passport. “Penerbangan selanjutnya dan aku sudah check in.” lagi, gadis itu menyunggingkan senyumnya kali ini dengan mata berbinar.
“Kejutan luar biasa yang pernah kau buat.” Sambut Chaeyeon merangkul pundak Hyewon, diikuti Eunbi yang nampak terharu akan keputusan yang didengarnya, ia bertanya.
“Bagaimana akhirnya kau bisa mengambil keputusan?”
“Berkat Tuan Kang,” tunjuk Hyewon, senyumnya makin lebar dan nampak sangat lega, ia juga menyuruh lelaki jangkung itu menundukan setengah badannya menggunakan isyarat tangan.
Dengan begitu Hyewon bisa mengecup kening Daniel. “Senang bisa mengenalmu, terima kasih.” Ujarnya kemudian setelah membuat kehebohan kecil, terlebih Daniel terkejut hingga mematung. “Aku pergi.” Lanjut Hyewon melambaikan tangan yang memegang passport-nya.
Mata Sejeong menajam, “Apa-apaan dia!” ia baru saja akan mengejar Hyewon, namun dengan sigap Eunbi menahannya.
“Itu bukan apa-apa, hanya sebuah kecupan.” Bela Eunbi memeluk sahabatnya yang memberontak. “Kecupan di kening.” Tambahnya terkekeh menangani kecemburuan seorang Kim Sejeong selagi Daniel masih terdiam di tempatnya.
“Iya… tenanglah.” Chaeyeon mencoba bersuara namun tak berani mendekati Sejeong. Di sisi lain Minhyun mengatakan bahwa kekasihnya itu tidak boleh sampai terluka.
※※※
Pesawat yang baru lepas landas makin terbang tinggi, meninggalkan suara khasnya, berderu dengan angin. Kang Daniel tahu entah untuk berapa lama ia tidak dapat melihat sosok wanita pendiam, polos dan pandai memainkan biola itu.
Mungkin dengan begitu perasaan sukanya pada Kang Hyewon memudar… baguslah,
Hembusan angin terasa kuat di gedung dekat landasan pesawat. Daniel masih menengadahkan kepala ke langit cerah saat seseorang menghampirinya, berdehem mengalihkan perhatian.
“Ada yang ingin aku katakan padamu.”
Tidak biasanya Sejeong berbicara dengan nada ragu, terlebih mengawalinya dengan bertele-tele. “Hanya akan aku katakan sekali saja, jadi dengarkan baik-baik.” Kata Sejeong lagi memastikan anggukan kecil Daniel yang memang tengah melihatnya.
Tak jauh dari tempat mereka berdiri, Kwon Eunbi menunjukan rasa penasarannya. Demi apa pun sekarang ini dia merasa sendirian di antara pasangan harmonis, Hwang Minhyun dan Jung Chaeyeon.
Sejeong bersiap hingga akhirnya keluar kalimat yang belum pernah diucapkannya. “Ayo kita berkencan.” Tentu saja beban dalam tiga kata itu seketika menghilang, dia tersenyum lega selagi Daniel menautkan alis tak mampu menangkap perkataannya yang terselip oleh suara pesawat.
“Dia bilang apa barusan?” Tanya Daniel pada diri sendiri yang memang telah ditinggal oleh Sejeong, rupanya gadis itu sedang berbunga.
※※※
Esok harinya Kang Daniel ditemani Kwon Hyunbin makan siang di kantin. Bagaimana dengan Jeon Somi? Sebagai ketua jurusan dia tengah disibukan, mendapat beberapa tugas dan melakukan rapat dengan senior, tak lupa asisten dosen yang ikut terlibat.
Jadilah hanya ada mereka berdua membicarakan kelas favorit masing-masing. Dari ceritanya Hyunbin mengagumi sosok dosen, Lee Seokhoon. Berbeda dengan Daniel, ia memilih Bae Hyunjoo, si dosen tegas yang ditakuti kebanyakan mahasiswa.
“Tidak, tidak… aku memiliki kejadian buruk dengan Dosen Bae. Dia memberiku nilai F!” kata Hyunbin lebih mirip keluhan.
“Kang Daniel!” panggil Sejeong, kehadirannya menarik minat pengunjung kantin lain.
Yang empunya nama menelan makanannya seraya menoleh pada Sejeong yang meneruskan. “Hari sabtu, jam 4 sore di depan Namsan Tower.”
“A, apa?”
“Aku akan membunuhmu kalau terlambat.” Ancam Sejeong sebelum pergi meninggalkan riuh rendah akan ajakannya.
Hyunbin memandang temannya yang sedang menyuapkan sesendok penuh nasi sambil mencibir. “Seenaknya saja.”
“Kau tidak akan datang?” ujar Hyunbin tak repot-repot memandang lawan bicaranya, dia mendadak tak berselera.
Daniel mendenguskan tawanya. “Palingan dia berniat mengerjaiku.” Tukasnya tak ambil pusing, tak terbersit kejadian lain selain kejailan yang dilakukan Sejeong.
※※※
Bagi Keluarga Kang tidak ada hari yang paling membahagiakan saat pasaraya sedang mengadakan discount besar-besaran mencapai setengah harga aslinya. Kim Mikyung dan kedua anaknya pergi sebelum makin banyak pembeli yang bisa saja menjadi lawan berebut barang yang diinginkan nanti.
Tas ransel sudah bertengger manis dipunggung Daniel, di sebelahnya Yena menggigiti kuku memindai benda di dalam sana agar dengan mudah menentukan langkah untuk mendapatkan semuanya, terutama syal bergambar bebek berwarna kuning yang menarik perhatiannya.
“Tinggal beberapa detik lagi sebelum pintu dibuka.” Kata Mikyung mengingatkan.
Yena mengangguk mantap. “Aku akan kebagian sana, sana… AAHHH!” teriak Yena tepat setelah pintu utama dibuka dan perebutan pun dimulai.
“DAPAT!” seru Daniel setelah mendapatkan kemeja kotak-kotak yang diincarnya.
Jangan ragukan bakat lincah Yena, dia sudah mendapatkan banyak barang, fungsi tas ransel sekolahnya beralih menjadi tempat penyimpanan perburuan belanjaanya. Mikyung sempat saling tarik dengan ibu-ibu lain, namun itu tak bertahan lama, dia segera mendapatkannya dengan mengeluarkan sedikit kekuatan.
“Syukurlah tidak robek.” Lirih Mikyung.
Melelahkan sekaligus menyenangkan. Itulah tanggapan Yena setelah shopping –nya selesai. Sebentar lagi musim dingin akan berakhir di bulan februari ini, dia hanya sejenak melupakan pelajaran yang membuat penat… berteriak dan mengeluarkan energi lebih cukup membuat perasaannya bersemangat.
“Setelah ini kau harus belajar lebih giat lagi.” Pesan Mikyung.
“SIAP!” balas antusias Yena menjajal syal bergambar bebeknya.
Daniel sendiri merasa puas tetapi entah bagaimana bayangan tentang ajakan Sejeong terputar. Hari sabtu jam 4 sore di depan Namsan Tower… salju juga turun diiringi udara malam berhembus dingin.
“Tidak mungkin dia masih menunggu, kan?” Ragu Daniel masih terganggu dengan ucapannya sendiri.
Mikyung mengingatkan pasti ayah mereka sudah menunggu, jadi harus bergegas pulang. Tentu saja Yena setuju, dia sudah merasa mengigil
berada di luar meski sebelumnya aktif berlarian di dalam pasaraya.
“Bawa tas mu!” tak diduga Daniel melemparkan tas pada Yena hingga adiknya itu terhuyung. “Eomma aku akan ke suatu tempat dulu sebelum pulang.” lanjut Daniel meraih satu payung dari keranjang belanja Mikyung, membukanya kemudian berjalan cepat meninggalkan dua wanita yang mengeluhkan kepergiannya.
“OPPA KAU MAU KEMANA!” teriak Yena yang setelahnya terbatuk.
※※※
Wisata di pusat kota Seoul sudah tak seramai lima belas menit lalu. Kim Sejeong menghentak-hentakan kaki mencoba menghilangkan rasa pegal sekaligus dingin yang menyergap. Mencari kehangatan dari tangan yang bersedekap, melawan udara malam dengan saljunya.
Tak butuh waktu lama bagi Kang Daniel muncul di sekitar Namsan Tower, tempat yang dimaksud Sejeong. Dia berlarian dan segera mendapati gadis berpakaian cukup tipis dicuaca dingin. Apa dia tidak bisa mencari tempat menunggu yang lebih teduh… pikir Daniel bergegas mendekati Sejeong kemudian memayunginya.
“Jam berapa sekarang?”
Malah pertanyaan semacam itu yang Sejeong lontarkan. Bahkan ini sudah lebih dari 6 jam dari janji temu sepihaknya.
“Kau sadar jam berapa sekarang tapi masih berdiri dibawah salju seperti ini.” Kata Daniel sontak terdiam ketika tubuhnya dipeluk. “Apa yang kau lakukan, lepaskan!” ia menambahkan sambil mengeratkan pegangan pada payung.
“Dingin.” Tukas Sejeong pendek.
“Aku tidak pernah bilang akan datang, kan?” sayangnya perkataan Daniel terdengar seperti alasan.
“Bukankah kau tidak berada dalam posisi memutuskan.” Ujar Sejeong, hatinya menghangat hanya dengan kehadiran laki-laki yang ditunggunya, dia juga masih betah melingkarkan tangan dipinggang Daniel.
Desiran muncul dalam diri Daniel selagi dirasakannya rengkuhan sekaligus bergetarnya tubuh Sejeong akibat kedinginan. “Ayo akan aku belikan minuman hangat.” Ajak Daniel tak mungkin terus membiarkan tingkah mendadak manjanya si ketua angkuh dari F4 itu.
Sejeong mendongak, matanya mengerjap cantik disusul lengkungan senyum tipisnya yang dibarengi dengan angukan kecil. Hampir saja Daniel merespon, “Cepatlah!” kata Daniel melangkah perlahan guna mengimbangi langkah kaki Sejeong yang jauh lebih pendek darinya.
“Belikan aku makanan juga.” Pinta Sejeong.
※※※
Jalanan diluar kedai tenda sepi, sepertinya kebanyakan orang memilih untuk berdiam diri di rumah. Langit gelap setia menemani turunnya salju di bulan terakhir musim dingin, menyisakan kenangan yang lebih hangat dari sebuah kebersamaan, setidaknya itulah yang selalu dituturkan bak penyair oleh Ong Seongwoo.
Sungguh menggelitik perasaan geli dari si pendengar. Iya… Kang Daniel sering kali menutup telinganya dari untaian kata yang lebih mirip ocehan. Namun sekarang kalimat-kalimat yang ingin diabaikannya serasa sedang terjadi padanya.
Air teh hangat yang uap –nya mengepul telah tersaji bersamaan dengan terciumnya aroma dari masakan pemilik kedai tenda pinggir jalan.
“Aku tidak bisa makan di sini.” Geleng Sejeong dengan tampang berkerut. “Ayo kita cari tempat lain!” putusnya setelah mencoba bertahan beberapa menit, duduk di bangku plastik tanpa sandaran.
Sepertinya Sejeong tak butuh tanggapan, dilihat dari caranya bergegas keluar dari tenda.
“Sejeong-ah!” panggil Daniel tahu betul bahwa dirinya tidak dalam posisi untuk memutuskan, jadilah ia mengejar Sejeong yang sudah memilih tempat makannya. “Apa aku terlihat dapat membelikan makanan dari restoran mewah?” kata Daniel dengan sigap menaungi Sejeong di bawah payungnya.
“Tidak.” Singkat Sejeong. “Biar aku yang membeli makanannya.” Tambahnya memasuki mall menuju lantai empat dimana salah satu restoran favorit-nya berada di sana.
Tombol lift sudah Sejeong tekan, tak lama pintu terbuka. Dia masuk dengan ceria sementara Daniel menghela, masalahnya ransel yang dibawanya terlalu berat, terpaksa mengekor sampai harus disalahkan akan keterlambatannya.
“Kan, aku sudah bilang akan membunuhmu kalau terlambat.” Ujar Sejeong tak mau tau.
Pintu lift kembali tertutup. Tak lama seorang office boy datang tepat di depan lift yang baru dinaiki Daniel dan Sejeong. Tampangnya sudah kusut, jelas kelelahan setelah melakukan pembersihan menyeluruh di areanya dan lagi kertas yang ditempelnya terjatuh lagi. Tentu saja dia harus memasangnya lagi…
Dalam kertas tersebut mengatakan bahwa, ‘Elevator under maintenance, jangan digunakan.’
Sementara itu Sejeong menunggu dengan tidak sabar sembari memegangi perutnya. Lift berguncang dan lampu mati menjadikan ruangan tertutup itu gelap seketika.
“Apa lift bodoh ini rusak!” kaget Sejeong setengah berteriak.
“Ada orang diluar sana!” seru Daniel dapat mengetahui jawaban dari perkataannya, seingatnya ini sudah waktunya mall tutup. “Kita tidak bisa keluar malam ini.”
“Lalu kita harus menunggu besok, begitu.” Sejeong tidak bisa tidur dalam keadaan lapar, “Sebelumnya tidak pernah ada yang membiarkanku kelaparan.” Keluhnya memandang Daniel sebagai orang yang disalahkan, ia merapatkan jaket yang dikenakannya, namun tubuhnya tetap saja menggigil.
Sejeong meletakan kepala di dada Daniel, rasanya tubuhnya mulai lemas.
“Kau… menjauh atau mau aku dorong?” Tanya Daniel tak sengaja menghirup wangi shampoo gadis didepannya yang tengah bersandar padanya.
※※※
Mari di Vote dan di Comment setelah membaca !
Sejauh ini scene Daniel-Sejeong terbanyak deh kayaknya…
Alesta Cho.
Nah aku mau ucapin terima kasih sama pemeran cinta pertamanya Kang Hyewon, siapa lagi kalau bukan Lai Guanlin yang balik ke negeri asalnya dan melanjutkan karir di sana. Tentunya ini cuma fiksi yang aku buat…
Berbahagialah kalian karena menurut kabar, Lai Guanlin akan menjadi pemeran utama dan ia akan beradu akting dengan aktris yang sukses memerankan Dong Shancai di drama populer Meteor Garden 2018 lalu.
Dan aku salah satu orang yang bahagia, demi apa ini suatu kebetulan yang menyenangkan :):)
Semoga kita bisa segera melihat debut akting Guanlin ya!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro