Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.08 - Menjenguk

GIRLS OVER FLOWERS

2019/01/26

※※※

LEBIH DARI tiga ponsel merekam kejadian langka yang terjadi dimalam puncak pergantian tahun. Bagaimana tidak, seorang lelaki biasa penerima beasiswa baru saja berciuman bersama pewaris Shinhwa Group, meski hanya sebuah kecelakaan.

Kim Sejeong tampak mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya berdiri, menjauh dari tubuh Kang Daniel yang berada dibawahnya. Berikutnya Daniel juga bangkit seraya memegang tengkuk asal dengan tampang menciut, alisnya pun bertautan ditambah dahi berkerut.

"Ekspresi apa itu?" kata Sejeong setelah berhasil mengontrol perasaannya.

Bisa Daniel tebak, wanita itu akan meledeknya habis-habisan. Maka ia menghindari kontak mata dengan Sejeong, sialnya ia malah melihat Hyewon.

"Jangan bilang itu ciuman pertamamu?!" Sejeong menelisik dan wajah Daniel semakin berkerut masam. "Jadi benar ya..." lanjutnya tanpa menunggu jawaban.

Daniel memilih pergi, menembus kerumunan sembari merengkuh tubuhnya yang mulai merasa kedinginan. Lain halnya dengan Sejeong yang melenggang, menyunging senyum miring, perlahansenyum itu makin lebar.

※※※

Esok paginya dikampus, Kwon Hyunbin mendengarkan celotehan Somi mengenai pesta tahun baru. Awalnya dia menyambut antusias cerita tersebut, hingga indera pendengarnya seakan menajam saat Somi bilang... Ciuman pertama Daniel!

"Siapa yang menciumnya?"

Orang yang menjadi bahan obrolan tak mampu lagi menunjukan raut gendoknya, biarkanlah Hyunbin dan Somi berbincang sampai puas.

"Kim Sejeong menciumnya saat tak sengaja terpeleset didekat kolam, pakaian mereka juga basah kuyup." Jelas Somi.

"Kenapa ada dia disana?" bingung Hyunbin. "Bukannya kalian hanya pergi ke villa berdua saja." Ia menambahkan dengan tak sabar.

"Mereka juga berada di villa dan mengadakan pesta tahun baru." Entah mengapa Somi menjadi gugup.

Sorot mata Hyunbin berubah tajam, ia berkata sangat dingin. "Kau tidak mengatakan bahwa mereka akan ikut!"

Sejenak Somi tertohok, respon macam apa yang baru didapatnya ini. Mengapa suasana berubah tegang? Daniel sendiri terkejut dan hendak menjelaskan lebih lanjut sebelum Hyunbin meninggalkan mereka dengan marah.

"Dia mengambil kesimpulan padahal belum mengetahui keseluruhan ceritanya." Sebal Somi tak mau disalahkan atas kemarahan Hyunbin yang tak terduga.

Tatapan Daniel melemah, tiba-tiba ia merasakan kantuk. Wajahnya juga terlihat pucat... dia berkeringat dingin. Perkataan Somi tak terdengar jelas, pandangan mulai memburam, benar-benar merasa tak enak.

※※※

"Sungguh tak dapat dipercaya orang yang pergi merayakan tahun baru jatuh sakit setelahnya." cerocos Yena menyodorkan segelas air putih. "Cepat ambil tanganku pegal!" ia melayangkan protes ketika Daniel berusaha duduk bersandar.

Kepalanya berdenyut dua kali lebih nyeri setelah kehadiran sang adik, serasa mengingatkannya pada si sombong Kim Sejeong. Tolong, dia ingin beristirahat dirumah yang tenang tanpa harus menyalahkan penyebab ia sakit.

Daniel menyambar gelas dan obat, anehnya Yena masih duduk ditepi ranjang, memandanginya penuh minat. "Kau punya pacar?"

Tersedak, Daniel menelan obatnya lebih cepat. "Pahit sekali." Desisnya memberikan gelas pada Yena yang menerimanya begitu saja.

"Dia mengirim lima orang untuk membantu dikedai, namanya..." Yena memotong ucapannya tatkala mencoba mengingat satu nama, namun pekikan diluar sana membuyarkan konsentrasinya.

Yena diberitahu sang ibu untuk segera pergi ke sekolah. "Bukankah ada kelas malam sekarang!" ingat Mikyung mencicipi sup tauge yang sedang dimasaknya.

Tidak ada hari tenang didalam rumahnya, hela Daniel mengingat keributan yang kerap kali terjadi akibat percekcokan ibu dan adiknya hingga berujung perbandingan dengannya. Saat itulah Kang Dongil menengahi selaku kepala keluarga. Maka Yena akan merajuk, beralasan akan makan malam dulu baru berangkat ke sekolah dan Mikyung menolak mentah-mentah.

"Lalu setelah selesai makan kau akan bilang mengantuk karena kekenyangan." Mikyung hapal betul bagaimana tingkah puterinya itu. "Cepat keluar, Oppa mu butuh istirahat."

"Iya, iya." Yena mengerucutkan bibir selagi Dongil mengulurkan tangan sembari tersenyum, ia dapat uang saku. "ASSA (ASYIK)!" girang Yena menjadi lebih bersemangat, mengutarakan rasa terima kasih pada sang ayah dengan mencium pipinya.

Melesat menuju pintu sementara Mikyung menatap nanar suaminya. "Kau terlalu memanjakannya." Kritik Mikyung.

"Oh ayolah yeobo." Dongil bersikap manis pada Mikyung yang sayangnya tak berpengaruh banyak saat ini. "Euigeon kau sudah minum obatmu." Lanjutnya bergegas ke kamar Daniel.

※※※

Dibalik selimutnya Kang Daniel membatin akan nama Euigeon yang sudah lama tidak didengarnya. Iya... awalnya ia diberi nama tersebut oleh sang ayah. Seiring berjalannya waktu nama itu pun diganti dengan asalan ia yang sering sakit-sakitan. Dongil memijit-mijit kaki Daniel sambil membicarakan ketakutannya pada sang istri ketika dia marah.

"Kang Daniel, teman sekelasmu datang untuk menjenguk." Seruan Mikyung dari luar kamar menyeruak.

"Siapa? Somi?" heran Daniel, tidak mungkin gadis itu kembali ke rumahnya setelah tadi mengantar dia pulang.

Kim Mikyung menyahut dengan ekspresi terpesonanya. "Bukan, dia anak perempuan yang memiliki senyum manis dan cantik. "Ia tampak kagum seraya mengangkat sudut bibir. "Lihatlah matanya juga bisa tersenyum!" imbuh Mikyung berbinar.

Pintu kamar yang terbuka lebar memperlihatkan Dongil yang bergegas keluar. "Biar aku lihat seberapa cantik dia." Kata Dongil lari terbirit-birit, kemudian melanjutkan dengan sumringah. "Apa aku baru saja melihat iklan ditelevisi, kulitmu tampak berkilau, Chok-chok!" ia menyentuhkan jari telunjuk ke dua belah pipinya bak model iklan make up populer.

Diranjangnya Daniel bereaksi, ia turun demi melihat siapa yang dimaksud orangtuanya. "Apa aku tidak salah lihat, berani sekali kau datang ke rumahku." Tukas Daniel berjalan tergesa-gesa seolah baru melihat musuh paling berbahaya di medan perang. "Dia Kim Sejeong orang yang membuatku sakit." Tuding Daniel.

Benar namanya Kim Sejeong, dia yang mengirimkan lima pegawai tambahan untuk membantu melayani pelanggan diakhir tahun sehingga dengan mudah memberikan ijin pada Daniel yang akan menghabiskan malam tahun barunya di villa milik bibi Somi.

"Appa, Eomma cepat usir dia." Seru Daniel.

"Jadi dia orangnya." Angguk paham Dongil.

Mikyung membulatkan mata menambahkan. "Dia putri bungsu dari pengusaha terkenal, Shinhwa?!"

"Dia hanya wanita angkuh yang belum dewasa, yang selalu memilih orang untuk diperlakukan semena-mena." Elak Daniel alhasil mendapat jitakan dari Mikyung.

Sayang sekali senyuman diwajah Sejeong mampu menepis ucapan sinis Daniel, dia tidak terlihat seperti itu bahkan dapat bertutur kata dengan baik. "Mungkin Daniel salah mengerti, aku kesini hanya untuk meminta maaf." Bela Sejeong dibalas cibiran oleh Daniel yang memegangi kepala bekas dijitak sang ibu.

"Daniel bersikaplah yang sopan pada tamu." Kata Mikyung.

"Tolong jangan tersinggung." Sahut Dongil mengambil alih parsel berisi buah-buahan dari tangan Sejeong.

"Silahkan masuk." Riang Mikyung memberikan jalan.

Sejeong mengedarkan pandangan ke sekeliling, ada satu sofa panjang menghadap televisi berukuran sekitar 20 inchi. Dalam jarak satu setengah meter meja makan berukuran sedang dengan empat kursi ditata rapih. Rak gantung terpasang diatas pantry sederhana yang diatasnya terdapat kompor, tempat cuci piring dan peralatan dapur lainnya.

"Rumah ini kecil tapi aku tidak menyangka akan sekecil ini." Komentar Sejeong.

Penghuni rumah saling pandang untuk beberapa detik, lalu tertawa canggung secara bersamaan.

"Mungkin karena kau terbiasa tinggal dirumah besar, menurut kami ini sudah sempurna." Balas Dongil diberi anggukan setuju dari Mikyung.

Daniel tidak bisa diam saja, dia maju selangkah. "Kim Sejeong terima kasih sudah berkunjung. Pintunya disebelah sana, kau bisa pergi sekarang."

Mikyung mendorong Daniel memberi alasan bahwa puteranya masih sedikit demam. Jadi Sejeong tak usah marah, selain itu mereka sedang bersiap untuk makan malam dan menawarkan agar Sejeong ikut makan bersama jika tidak keberatan.

Mendadak Daniel ingin banyak bicara, dia berpikir Sejeong tidak akan suka makan makanan biasa yang sering mereka makan.

"Kau yang pernah bilang bahwa Eomma mu ini pandai memasak." Sahut Mikyung mendecak. "Bagaimana kau mau makan malam bersama kita, kan?" ia bertanya dengan penuh harap.

"Tentu saja." Setuju Sejeong.

Sementara Daniel memberengut seraya mendengus mau tak mau menerima kehadiran Sejeong diantara keluarganya.

※※※

Sejeong memicingkan matanya, menatap kuah dalam mangkuk. Dia menyendok sup yang diyakini dapat menghilangkan sakit kepala dengan hanya ada satu varian sayuran, tauge. Mikyung dan Dongil memperhatikan, memberi anggukan kecil ketika wanita itu melihat mereka.

Sendok terangkat sejajar dengan mulut Sejeong, menyeruput dan mencecap segarnya sup tauge. Belum pernah ada hidangan semacam itu dirumahnya, hanya makanan bernama-nama aneh buatan chef pribadi keluarga yang memiliki lisensi koki terbaik korea.

"Ini tidak terlalu buruk." Ujar Sejeong menyinduk lebih banyak tauge.

Membuat dua orang yang menunggu tanggapannya bersorak. Daniel heran kenapa orangtuanya begitu gugup, terbersit akan kisah pelayan dan tuannya. Dimana keluarga Kim memiliki segalanya yang mereka inginkan, tetapi mereka juga punya rahasia, dan ketakutan terbesar mereka adalah, kalau ada orang yang mengetahui rahasia ini.

Kira-kira apa rahasia Kim Sejeong? Ucap dalam hati Daniel sembari memperhatikan wanita disebelahnya yang terlihat begitu lahap.

"Kalau tidak enak ludahkan saja lagi." Cibir Daniel.

~ ttukk,

Keningnya berdenyut mendapat pukulan dari sendok Mikyung. Sangat menyenangkan, Sejeong bisa mengunyah makanan seceria, sebebas dan seramai sekarang. Biasanya dia hanya akan bersenandung mencoba menikmati sajian yang terhidang dimeja panjangnya, membosankan... tetap saja terasa hambar.

Ruangan besar terasa begitu kosong, menyayangkan hidangan sepanjang meja yang tak bisa dihabiskannya. Terlalu banyak, hela Sejeong membandingkannya dengan sajian makan malam hari ini.

"Coba juga pajeon –nya." Mikyung memberikan sepotong pajeon ke mangkuk nasi Sejeong menggunakan sumpitnya. "Terbuat dari tepung, telur dan daun bawang." Jelasnya seramah mungkin.

Sejeong melirik ke arah Daniel. "Ini pasti sangat berharga bagimu." Merujuk pada kejadian di kampus, waktu itu Daniel dilempari tepung dan telur. "Kita juga harus menambahkan air, bukan."

Mau tak mau Daniel ingat pernah menyiramkan air pada Sejeong. "Cepat habiskan makananmu dan pulanglah." Usir Daniel dan lagi dipukul oleh sendok Mikyung.

"Jangan dengarkan dia, makanlah perlahan-lahan agar kau tidak tersedak." Ujar Dongil gemas sendiri karena tidak bisa ikut memukul Daniel.

"Ini enak, boleh aku mencobanya lagi." Kata Sejeong siap menyumpit potongan pajeon keduanya.

"Iya, makan sepuasmu. Coba celupkan juga pada sausnya." Mikyung hampir lupa pada saus campuran kecap dan cuka yang memang disajikan bersama pajeon buatannya.

Sejeong menuruti tampak menikmati makanannya, ia bahkan tak berhenti menyunggingkan senyum puasnya saat mengunyah makanan sederhana tersebut. Menarik sekali, ini pertama kalinya Daniel melihat Kim Sejeong bersikap sangat sopan. Jauh dari kata menyebalkan yang selalu dilontarkannya saat bertemu gadis itu.

※※※

Lelaki berbahu lebar yang sedang sakit itu bergumam tak suka ketika harus mengantar tamunya pulang, menyalahkan sang ibu dan ayah yang begitu baik dalam melayani nona muda tersebut. Mungkin juga karena keluarga Kang tahu bahwa keluarga Kim cukup berpengaruh pada kemajuan industri di Korea Selatan.

Akan sangat terhormat bila dapat dekat dengan pewaris perusahaan dan berharap dapat menjadi besan.

"Orangtuamu sepertinya menyukaiku." Sejeong membuka suara tepat setelah keluar dari pintu utama.

"Kau ada rencana untuk menjadi aktris, aku rasa akting mu tadi cukup bagus." Kata Daniel seraya menyilangkan lengan didepan dada.

Mereka berbicara berhadapan didepan pintu, saling menatap dalam artian berbeda. "Aku tidak pernah berbohong." Elak Sejeong segera menambahkan. "Lihat aku!"

"Iya aku melihatmu." Malas Daniel.

Sejeong mengangkat kedua lengan sejajar dengan kepala. "Aku baik-baik saja, tidak sakit padahal sama-sama mencebur ke kolam. Ahhhh apa daya tahan tubuhku lebih kuat darimu, pasti begitu... aku minum beberapa suplemen, vitamin dan juga melakukan beberapa terapi kesehatan."

"Benarkan, kau datang hanya untuk mengolok-olokku. Pasti kau senang aku sakit!" sahut Daniel tak lagi semarah biasanya.

"Aku sama sekali tidak senang." Ucap Sejeong mengangkat tangannya, namun dengan sigap Daniel menepisnya, siapa tahu gadis itu akan menamparnya lagi. "Biarkan aku memeriksamu." Lanjut Sejeong, ia menangkupkan telapak tangan lainnya dikening Daniel.

Hening beberapa saat. Keduanya saling tatap dalam diam hingga Sejeong menarik kembali tangannya.

"Karena kau sudah sembuh, besok ikutlah denganku." Nada bicara itu lagi, Daniel menjadi orang yang sering mendapatkan perintah dari seorang wanita, terlebih dia... "Aku akan menjemputmu."

Kaya. Belum pernah ada wanita semacam ini dilingkungannya. Walau merasa tersinggung Daniel hanya dapat menghela melihat kepergian Sejeong, berjalan seolah merayakan kemenangan dengan tersenyum lebar menuju mobil yang terparkir dipersimpangan jalan sana.

"Aku tidak bilang iya untuk titahmu itu!" teriak Daniel segera mendapat teguran dari tetangga.

※※※

Kemana Sejeong akan membawa Daniel?

Ayooo tebak sesuka kalian dan segokil mungkin, siapa tahu memunculkan ide baru buat aku.

Support Cast in Episode 8:

Kang Dongil, ayah dari Kang Daniel

Kim Mikyung, ibunya Kang Daniel


Kang Yena, adik Kang Daniel


Kalau ini bonus pict Sejeong yang tengah makan dengan keluarga Kang

Satu lagi pict sewaktu Daniel sakit dan bergelung dalam selimut, hhe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro