Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

nine.

Tsukishima Kei berjalan lurus ke arah halte. Kaleng teh hangat terpegang di bagian kepala oleh salah satu tangannya. Sementara tangan yang lain masuk ke saku celana di temani satu bantalan handwarmer.

Laki-laki itu mengambil duduk seperti biasa seraya menunggu. Maniknya menatap lurus ke seberang jalan. Hingga keberadaan objek bergerak membuat maniknya malah bergerak mengikuti.

Memandangi seorang perempuan berambut lurus di sisi trotoar seraya membelakanginya, Tsukishima Kei merasa pernah melihat keadaan ini sebelumnya. Terus menatap lurus kepala belakang itu, atensi Kei kemudian turun ke bawah sesuai refleks.

Tentu saja tidak ada apa-apa di sana. Mengingat perempuan itu bukanlah gadis aneh yang dikenalinya suka menyelipkan handwarmer di kaos kaki.

Kei meneguk kembali tehnya sampai tandas.

Kenapa dirinya jadi teringat kembali saat itu?

Saat dirinya pertama kali memutuskan untuk mengobrol dengan gadis itu. [Full name].

Atensinya kembali menatap lurus. Perempuan asing itu dilihatnya kini tengah memasuki suatu bis.

Kei merasa sepi.

Bukan. Bukan karena ditinggal perempuan asing itu. Kei sepi lantaran tak lagi melihat permen jahe di atas mejanya. Tak ada lagi rasa hangat, walau baru saja ia menghabiskan teh hangatnya.

Termenung memikirkan acak, ponsel di saku lain celananya bergetar. Berhasil membawanya ke luar, Kei menatap rangkaian nomor asing yang kini tengah menelpon dirinya. Tak mau membiarkannya terlalu lama, Kei pun menekan tombol jawab dan menaruh ponsel itu di telinganya.

"Halo?"

"Tsukishima Kei?"

Kei tertegun.

Sementara di seberang sana, seorang gadis membangkitkan dirinya. Separuh tubuhnya masih terbungkus selimut, namun tubuh itu kini terduduk. Salah satu tangannya menahan ponsel di telinga. Satu lainnya memeluk guling. Dia kembali berucap, "Tsukishima ini aku, [Full name]."

Tanpa diberi tahu, pun, Tsukishima kenal suara itu. Bagaimana tidak? Gadis itu bahkan sedang terpikirkan olehnya beberapa detik sebelumnya. Tentu saja pikiran Kei langsung tertuju pada [name] dengan sontak.

"Ya?"

Namun Kei hanya membalasnya dengan dua huruf.

[Name] di seberang sana membasahi bibirnya, tentu saja jadi canggung dengan telepon tiba-tiba darinya ini. Mengingat Tsukishima Kei bukanlah manusia yang akan histeris saat mendapat telepon darinya. Memangnya ia ini siapa? Produser film dinosaurus?

"Hm, kau sudah pulang?"

[Name] merasa pertanyaannya bodoh. Padahal dia menelpon saat ini lantaran menunggu bel pulang atau sekiranya jam klub sudah selesai. Jadi untuk apa bertanya lagi?

"Iya, sudah."

Iya. Tentu saja.

Mereka terdiam. [Name] pula merasa, bahwa kemampuan sosialnya tiba-tiba menghilang saat ini. Dia jadi meringis, kala sebuah suara helaan nafas terdengar dari ponselnya.

"Kau tidak apa?"

Kei yang akhirnya memutuskan keheningan mereka.

"Iya tidak apa. Aku sudah baikan," [name] menjawab. Detik berikutnya jalan pembicaran telah terbuka, "em, terimakasih, ya. Aku dengar dari ibuku kau yang membantuku pulang."

Jeda sejenak, sebelum suara khas laki-laki itu kembali terdengar.

"Tidak apa."

Singkat. Membuat [name] kembali bingung untuk membalas apa.

Tsukishima Kei mengusap badan kaleng di tangannya yang perlahan mendingin. Sampai ia kembali bersuara, "kau sakit karena kedinginan?"

"Mamaku sudah cerita?"

"Sudah."

"Hm, seperti yang kau dengar. Aku saat itu sedang kedinginan."

"Kenapa kau bisa kedinginan?"

"Aku kehabisan handwarmer."

Kei menghela nafas kembali. "Makanya jangan bantah orang tua. Kau, kan, diberi permen jahe juga untuk menghangatkan. Tapi malah membagikannya ke orang lain."

Tanpa Kei sadari, [name] di seberang sana membentuk senyuman.

"Kau sedang memarahiku? Tumben bicaramu panjang."

"Sakit lagi sana."

"Hehe, nanti kau cemas."

"Tidak akan."

"Aku tadi habis bertukar pesan dengan Yamaguchi, loh. Katanya kau sampai memohon padanya untuk meminta alamatku ke teman-temanku."

"Itu hanya karena kau merepotkan."

"Terimakasih banyak, ya. Aku tau kau kau sebenarnya baik."

Tak membalas, Kei kembali menghela nafasnya pelan. Dia pun sadar, bahwa saat ini ia sudah terlalu banyak menghela nafas entah kenapa.

"Di sana dingin?"

Kei mengerjap sejenak, meresapi. Iya. Memang dingin. Dan sepi. Tapi ia hanya ditanya dingin atau tidak, kan?

"Iya."

"Hm, bagaimana ya nanti aku sekolah lagi," [name] terdengar bergumam.

"Ya selipkan saja handwarmer ke seluruh bajumu."

"Nanti kau menertawakan."

"Haha, tentu saja. Mau saranku?"

"Apa?"

"Pindah ke merkurius sana. Hangat."

"Hm, boleh. Sepertinya aku juga bukan bukan orang bumi."

"Memang. Kau mungkin orang neraka, hidup dalam kepanasan. Pfft."

"Lalu kau orang surga, begitu? Sok suci."

"Bisa saja. Tapi mungkin lebih ingin jadi penjaga neraka."

"Kenapa? Kau ingin menjagaku?"

"Aku ingin bisa terus menyelupkanmu ke lahar panas."

"Di neraka saja sekalian bersamaku, yuk. Kau juga banyak dosa."

"Tidak. Aku suci."

"Heh."

[Name] tersenyum geli. Berbeda dengan Kei yang memilih untuk menahan senyumannya dengan hanya menaikkan sebelah bibir.

Tsukishima Kei tak sadar, bahwa kaleng teh di tangannya kini telah berubah dingin. Dia tak lagi mengeluhkan rasa sepi. Lantaran obrolan mereka kini membawa hangat yang terasa fana.

.

.

.

continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro