Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 44

Kang Hana memasuki sebuah ruangan di mana sudah ada empat orang yang menunggunya. Tiga menteri dan seorang Hwarang yang berdiri di dekat pintu. Semua orang serempak berdiri ketika Kang Hana datang. Sang Putri lantas segera menempati kursi kosong yang sudah disediakan untuk dirinya.

"Duduklah," ujar Kang Hana. Aura penguasa wanita arogan itu tak perlu ditanyakan lagi. Semua orang yang melihatnya akan tahu bahwa dia berkuasa di tempatnya berdiri saat ini.

"Katakan apa yang ingin kalian bicarakan."

"Ini tentang Hwarang Kim Taehyung, Tuan Putri."

"Hwarang Kim Taehyung?" Sebelah alis Kang Hana terangkat. "Katakan."

"Selama perebutan perbatasan, semua orang sudah mengetahui seperti apa Hwarang Kim Taehyung. Tentunya akan sangat menguntungkan bagi Silla jika dia berada di pihak kita."

"Lalu?"

"Tapi masalahnya kita tidak tahu sampai kapan dia akan tetap memihak pada Silla."

Kang Hana tersenyum tipis. "Maksudmu dia akan memulai pengkhianatan?"

"Itu bisa saja terjadi, Tuan Putri." Salah seorang turut menyahut.

"Sebelum itu terjadi, kita harus memastikan bahwa Hwarang Kim Taehyung akan terus berada di pihak Silla."

Kang Hana merasa tertarik dengan topik yang pilih malam itu. Sudah lama juga ia tertarik dengan si Hwarang iblis itu.

"Lalu? Apa yang akan kalian lakukan untuk memastikan bahwa Hwarang Kim Taehyung tetap berada di pihak Silla? Bagaimana caranya?"

Ketiga menteri itu saling bertukar pandang dan memberikan anggukan singkat sebagai persetujuan untuk salah satu dari mereka berbicara.

"Sebuah pernikahan."

"Sebuah pernikahan?" Sebelah alis Kang Hana kembali terangkat.

"Sebuah pernikahan yang akan mengikat Hwarang Kim Taehyung dengan Silla."

"Bayangkan jika Hwarang Kim Taehyung tetap berada di pihak kita, Tuan Putri. Silla akan menjadi yang terkuat di antara yang lain. Mereka yang menginjak-injak tanah Silla akan berlutut."

"Maksud kalian, kalian ingin agar aku menikahi Hwarang Kim Taehyung."

Semua orang diam. Tapi Kang Hana tiba-tiba tertawa. "Kalian ingin menjadikan Hwarang Kim Taehyung sebagai Raja Silla?"

"Mungkin bukan benar-benar seorang Raja. Kita hanya perlu membuat Hwarang Kim Taehyung tetap berada di pihak kita."

"Lalu? Apa yang akan kalian lakukan jika Hwarang Kim Taehyung menolak pernikahan itu?"

Ketiga menteri itu kembali saling bertukar pandang, tampak tak ada yang memiliki jawaban.

"Maka dia harus mati sebagai pengkhianat," celetuk Kang Hana yang berhasil membuat ketiga menteri itu terkejut.

Kang Hana kembali berbicara. "Aku mendengar bahwa Hwarang Kim Taehyung tidak bisa mati. Bukankah itu hanya omong kosong? Jika aku mengusulkan pernikahan, aku mempertaruhkan harga diriku sebagai Putri Silla. Jika Hwarang Kim Taehyung menolak lamaranku, itu sama saja dia sudah menginjak-injak harga diriku. Lalu setelahnya dia akan mati sebagai pengkhianat. Kalian yakin bisa menangani ini dengan baik?"

"Itu lebih baik dibandingkan dengan Hwarang Kim Taehyung memihak kubu lain. Silla membutuhkan Raja yang tak terkalahkan untuk membuat semua orang tunduk terhadap Silla."

"Kalau begitu kalian yang akan bertanggungjawab jika sampai orang itu menolak lamaranku."

Kang Hana tersenyum, seulas senyum yang entah menggambarkan perasaan apa. Malam terus berjalan. Ketiga menteri itu telah kembali ke rumah masing-masing, tapi tidak dengan satu Hwarang yang tetap bersama Kang Hana.

"Hwarang Jung Taekwon," tegur Kang Hana.

Hwarang dengan nama yang disebutkan mendekat. "Hamba, Tuan Putri."

"Bawa dia kemari, orang itu."

"Tapi bukankah ini terlalu larut malam untuk menerima tamu."

"Aku harus memastikannya. Sebelum dia mendengar dari orang lain, aku ingin memberitahunya secara langsung. Kau keberatan?"

Hwarang Jung Taekwon lantas tunduk terhadap perintah sang Putri. "Hamba akan melaksanakan perintah Tuan Putri."

•••••

Malam itu ketika Jung Taekwon datang, Kim Taehyung tengah berdiri di halaman rumahnya dan mengamati langit malam yang kelam.

"Apa yang membawamu datang jauh-jauh ke tempat sederhana ini, Hwarang Jung Taekwon?" tegur Taehyung.

"Tuan Putri ingin bertemu denganmu," sahut Jung Taekwon dengan sikap yang dingin seperti biasanya.

"Aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk bertamu."

"Kau boleh menolak perintah dari Tuan Putri, tapi kau juga harus menerima konsekuensinya."

Tak ingin kehidupannya terusik hanya karena hal sederhana, pada akhirnya malam itu Taehyung pergi bersama Jung Taekwon dan menghadap Kang Hana di kamar tidur sang Putri Mahkota.

"Tuan Putri, ini hamba... Hwarang Kim Taehyung," ujar Taehyung di depan pintu.

"Masuklah," sahut Kang Hana dari dalam.

Dengan sebilah pedang yang masih setia di tangannya, Taehyung memasuki kamar dan menemukan sang Putri Mahkota yang tengah menunggunya dengan gaun malam berwarna putih dan tak ada lagi hiasan rambut yang menempel di rambut hitamnya. Taehyung menjatuhkan pandangannya, enggan untuk melihat penampilan Kang Hana malam itu.

"Hamba dengar Tuan Putri mencari hamba. Keperluan mendesak apakah sehingga Tuan Putri memanggil hamba selarut ini." Taehyung berbicara tanpa basa-basi.

"Kau memang tidak suka basa-basi."

Kang Hana kemudian bangkit dan berjalan ke tempat Taehyung. Membuat pandangan Taehyung semakin menunduk. Akan tetapi sorot matanya semakin menajam. Terlebih saat Kang Hana berdiri di sampingnya dan memegang salah satu bahunya.

"Aku mendengarnya. Bagaimana caramu membawa kemenangan bagi Silla."

Taehyung bergeming, tak merasa harus menyahut ucapan Kang Hana.

"Naga yang diberkati oleh langit..." Kang Hana kembali berbicara sembari memutari Taehyung dan berhenti di sisi lain. "Silla benar-benar diberkati karena memiliki Hwarang Kim Taehyung."

Kang Hana tersenyum, ia hendak menyentuh wajah Taehyung. Tapi pergerakannya terhenti ketika Taehyung tiba-tiba bersuara.

"Hamba akan menunggu hingga fajar datang untuk pembicaraan yang lebih pantas."

Kang Hana menurunkan tangannya kembali. "Karena kau terlihat buru-buru, mari kita selesaikan sekarang. Karena kemenanganmu kali ini, orang-orang terus mendorong pernikahanku. Mari lakukan dengan sederhana. Hwarang Kim Taehyung, kau akan menikah denganku dan menjadi Raja Silla selanjutnya."

Mendengar ucapan Kang Hana, Taehyung baru bersedia mengangkat wajahnya dan memandang Kang Hana. Tentu saja itu sangat mengejutkan baginya.

"Kau mungkin terkejut. Tapi sekarang, aku berdiri di sini untuk melamarmu. Kau akan menjadi mempelai priaku dan memimpin Silla."

"Hamba bukanlah orang—"

"Beraninya kau menolakku," sela Kang Hana, terdengar halus tapi sangat menuntut.

"Kau harus tahu kapan harus berbicara dan kapan harus mengambil tindakan." Kang Hana berjalan menjauh, pergi ke tempat ia menunggu sebelumnya sembari terus berbicara.

"Kau mungkin sudah salah paham. Mengira bahwa ini sebuah permintaan." Kang Hana kemudian berbalik ke arah Taehyung. "Itu adalah kesalahan. Ini... bukanlah sebuah permintaan, tapi ini adalah sebuah perintah."

Sikap Arogan Kang Hana dan kekuasaan yang dimiliki oleh wanita itu sama sekali tidak membuat Taehyung merasa gentar. Bagaimana mungkin ia menerima lamaran Putri Mahkota Silla ketika ia sudah memiliki kekasih yang selalu ia puja di dalam hatinya.

"Kau bisa menetap di kamar ini malam ini jika kau memutuskan untuk menerima perintah itu. Tapi kau bisa pergi jika kau menolak perintah itu. Pilihlah salah satu agar semua menjadi jelas, Hwarang Kim Taehyung."

Tak ada keraguan sedikit pun, Taehyung sekilas menundukkan kepalanya dan berbalik. Berjalan menuju pintu dan menghilang dari hadapan Kang Hana yang tersenyum tak percaya.

"Dia pikir dia berkuasa karena tidak ada yang berani menyentuhnya. Beraninya orang rendahan itu mengabaikan perintahku!"

Taehyung berjalan menyusuri lorong di depan kamar sang Putri Mahkota. Tapi dari arah samping sebuah teguran berhasil menghentikan langkahnya.

"Kau harus memikirkannya selagi masih memiliki waktu."

"Kenapa? Kau sudah bosan melihatku? Atau kau ingin mengabdikan hidupmu padaku sebagai seorang rakyat, Hwarang Jung Taekwon?"

Tatapan tajam Jung Taekwon bertemu dengan tatapan dingin Taehyung. Sudah jelas bahwa mereka tidak begitu dekat untuk dikatakan sebagai teman baik. Hanya berbagi darah di medan perang tidaklah membuat seseorang menjadi saudara.

"Jika kau ingin melakukannya, kau harus melakukannya dengan benar. Ini bisa jadi kesempatan terakhir untukmu."

Taehyung tersenyum tipis. "Kesempatan terakhir? Aku akan mengingatnya."

Taehyung kemudian berlalu, membawa angin lembut menyusuri malam yang kelam. Menjauhi pemukiman, langkah Taehyung menyusuri jalan setapak di tengah hutan yang membentang di pegunungan. Di mana tak akan ada satu manusia pun yang akan bersinggah di tempat itu malam itu.

Setelah perjalanan yang sangat jauh, pada akhirnya kedua kaki Taehyung berhenti di tempat tujuan. Di hadapannya terdapat sebuah pohon yang dipagari oleh kayu yang dihubungkan dengan beberapa kain yang membentuk lingkaran mengitari pohon tersebut. Banyaknya kertas mantra yang tertempel di sekitar pohon menegaskan bahwa itu adalah tempat yang dikeramatkan.

Bulan yang sebelumnya tertutupi oleh awan hitam mulai menampakkan dirinya. Dan ketika cahaya putihnya yang kelam sampai pada tempat Taehyung, pandangan Taehyung terangkat. Tatapan dingin itu seketika menyiratkan kesedihan dan penyesalan kala ia menemukan sosok pria yang menggantung di pohon dengan dada yang dihunus oleh sebilah pedang. Tanpa adanya tali yang mengikat tubuhnya, pria malang itu menempel pada kayu hanya dengan sebilah pedang yang menghunus tubuhnya. Taehyung tak bisa memungkirinya. Hingga detik ini ia masih tidak bisa merelakan kematian seseorang yang berjasa dalam hidupnya.

"Kau pasti sangat kedinginan di sini," gumam Taehyung.

Tangan kanan Taehyung terangkat dan bergerak ke depan. Namun, ketika tangannya sejajar dengan pagar yang mengelilingi pohon itu, tangannya sedikit tersentak bersamaan dengan sesuatu seperti kaca dengan cahaya biru yang tiba-tiba muncul mengelilingi pohon.

Sebuah segel yang membuat orang-orang seperti Taehyung tak bisa menjamah pohon itu. Membuat jasad pria itu tetap menggantung di sana. Tapi meski manusia biasa bisa memasuki tempat itu, tak ada satu pun dari mereka yang bersedia mengurus jasad itu.

"Kenapa kau harus memasang segel untuk dirimu sendiri ketika ada seseorang yang bisa mengurusmu, Hyeongnim?"

Sebuah langkah mendekat. Namun, tak bisa mengusik kesedihan Taehyung. Sesaat kemudian serigala besar tampak mendekati Taehyung dan lantas berdiri di samping sang Hwarang.

Son Hyunwoo lantas mengubah wujudnya menjadi manusia. "Dia memiliki alasan kenapa kau tidak boleh menyentuh jasadnya.

"Kau sudah menemukan wanita itu?"

"Dia sudah mati."

Pandangan Taehyung terjatuh. "Sudah mati? Dengan cara apa?"

"Dia adalah seorang pemberontak. Sekali dia menunjukkan identitasnya, maka dia akan mati di tanah Silla."

"Lalu bagaimana aku bisa mengurus jasad guruku? Dia bahkan tidak membiarkan aku menyentuh jasadnya."

"Kau hanya perlu membiarkannya, Tuanku. Tuan Lee Heon sudah pergi dengan tenang."

"Melihatnya di sini membuatku bertanya-tanya, bagaimanakah caranya aku menuju kematian?"

"Tuanku..."

"Aku rasa itu akan sangat dekat."

"Kau akan memiliki kehidupan yang sangat panjang. Aku yakin tentang hal itu?"

Taehyung kemudian tersenyum tipis. Setelah itu ia berjalan menyusuri jalan setapak bersama si anjing besar yang sudah bersamanya dalam waktu yang lama. Meninggalkan seonggok jasad yang menyedihkan di sana di mana kunang-kunang mulai berdatangan menyentuh tubuhnya yang dingin.

Lee Heon, jasad pria menyedihkan itu. Semasa hidup dia dikenal sebagai orang yang paling sakti di negeri ini. Dia pengendali sihir ilmu hitam dan dia adalah orang yang membimbing Taehyung selama ini. Namun, sayangnya. Tak peduli sehebat apapun ia, ia justru berada di sana karena seorang wanita yang ia cintai dengan tulus.

Lee Heon, pria itu jatuh cinta kepada pemberontak Silla. Tanpa memandang status, Lee Heon melindungi wanita itu hingga pada saatnya wanita itu berkhianat setelah tahu bagaimana cara untuk membunuhnya.

Lee Heon, dukun terkuat pada masa itu. Wajah yang tak begitu asing terlihat sangat menyedihkan di malam yang sunyi itu. Wajah yang tidak akan bisa dilupakan oleh Kim Taehyung. Lee Heon... di masa depan, seseorang memiliki wajah yang sama dengannya meski dengan perangai yang berbeda. Dan orang itu tidak lain adalah...

Lee Jooheon!







Bersambung...

Baca lebih cepat?

Bab 62 dan Bab 63 sudah bisa dibaca di Karyakarsa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro