Lembar 30
Hari berganti. Matahari kembali, Kim Taehyung pergi. Changkyun tampak masih belum membiarkan tidurnya terusik oleh suara alam pagi itu, begitupun dengan Kihyun yang tidur di samping pemuda itu.
Hantu bisa tidur?
Tentu saja. Mereka sama seperti manusia, hanya dimensi yang berbeda. Namun ada beberapa hantu yang tidak membutuhkan tidur atau memang tidak ingin.
Pintu kamar terbuka dari luar. Si tuan Serigala masuk dan menutup pintu sebelum berdiri di depan ranjang. Pandangan Hyunwoo jatuh pada sosok Kihyun yang terlihat berbeda ketika kening hantu itu tertutupi oleh rambut.
Seperti kemarin. Hyunwoo memperhatikan wajah Kihyun. Namun meski seharian ia memperhatikan wajah itu, namun tetap saja dia tidak bisa menemukan sesuatu yang mengganggunya. Mungkinkah perasaan aneh itu akan terjawab ketika ia bertemu dengan Taehyung? Itulah yang di pikirkan oleh Hyunwoo saat ini.
Hyunwoo kemudian merubah wujudnya menjadi Serigala dan naik ke ranjang. Duduk di antara kaki bocah manusia dengan hantu asing itu, menunggu salah satu dari mereka bangun.
Sekedar bermain-main, Hyunwoo menggerakkan tangannya untuk memukul pelan punggung tangan Kihyun. Hyunwoo pikir tangannya akan menembus, namun faktanya dia benar-benar bisa memukul Kihyun dengan tangan berbulunya. Hal itulah yang membuatnya segera menarik tangannya dan memilih menaruh kepalanya.
Dan jika ada yang bertanya kenapa dia kembali ke dalam wujud Serigala nya. Jawabannya adalah, setidaknya dalam wujud itu dia bisa duduk di mana saja dan mendapatkan perlakuan manis dari semua orang. Namun alasan utama adalah karena ia masih penasaran dengan pemuda bernama Yoo Kihyun itu.
Suasana pagi yang sangat hening. Namun kesalahan kecil yang di lakukan oleh Anjing besar itu ketika ia tidak sadar bahwa ekornya yang bergerak teratur itu mengenai kaki Changkyun yang keluar dari selimut hingga beberapa kali dan membuat pemuda itu mendapatkan kesadarannya.
Menarik kakinya ke dalam selimut. Changkyun membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah Kihyun. Namun sosok di dekat kakinya berhasil menarik perhatiannya. Pandangan pemuda itu terjatuh dan sedikit terlonjak karena mungkin dia masih memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan Anjing sebesar itu.
Menyibakkan selimutnya. Changkyun bangkit dan langsung beringsut ke tempat Hyunwoo. Memeluk leher Hyunwoo dan menyembunyikan wajahnya di antara bulu-bulu halus milik Hyunwoo.
Beberapa detik kemudian, Changkyun melepas pelukannya dan membaringkan kepalanya di samping tangan Hyunwoo. Keduanya bertemu pandang.
"Kenapa Hyeong jadi Anjing lagi?"
Dalam sosok manusia, Hyunwoo berinisiatif menyingkirkan helaian rambut yang menutupi kening Changkyun. Namun sayang, dalam wujud Serigalanya ia malah menutupi wajah Changkyun menggunakan tangan berbulunya.
Changkyun dengan cepat menyingkirkan tangan Hyunwoo dari wajahnya, namun Hyunwoo kembali mengangkat tangannya dan kali ini menaruh tangannya di atas dada Changkyun. Bermaksud meminta maaf namun itu adalah tindakan yang salah menurut Changkyun.
"Tangan Hyeong berat, jadi manusia saja dulu."
Mendengar hal itu, Hyunwoo kembali menurunkan tangannya namun tak bermaksud menuruti kemauan Changkyun. Perhatiannya kemudian teralihkan oleh pergerakan kecil yang di lakukan oleh Kihyun ketika hantu itu bangun dari tidurnya. Di sisi lain, saat ini Changkyun tengah memainkan telinganya. Hal yang tidak di sukai oleh Hyunwoo ketika ia dalam wujud Serigalanya, karena siapa saja pasti akan tertarik dengan telinganya.
Kihyun bangkit dari tidurnya dan menarik perhatian Changkyun. "Hyeong sudah bangun?"
Kihyun mengangguk dan berucap sembari menguap, "kapan Anjingmu datang?"
"Tidak tahu, dia sudah ada di sini begitu aku bangun."
Senyum Kihyun tiba-tiba melebar tanpa sebab.
"Kenapa Hyeong tersenyum?"
"Dia memiliki telinga yang lucu."
Berkat perkataan Kihyun, Changkyun kembali memainkan telinga Hyunwoo, membuat Anjing besar itu bergidik dan kembali menekan wajah Changkyun.
Saat itu tawa serak Changkyun terdengar ketika ia menyingkirkan tangan Hyunwoo dari wajahnya.
"Berapa kali dalam seminggu dia mandi?"
"Aku pikir dia tidak pernah mandi."
Tawa Changkyun kembali terdengar saat Hyunwoo kembali menekan wajahnya.
"Dia marah padaku," ucap Changkyun dengan sisa tawa yang masih terdengar. Pemuda itu kemudian bangkit dari tidurnya.
"Hyeong tidak pulang?"
Kihyun tampak mempertimbangkan sesuatu sebelum menggeleng dengan acuh. "Tidak tahu."
"Taehyung Hyeong mengatakan apa semalam pada Hyeong?"
"Rahasia, anak kecil di larang mendengarnya."
"Aku tidak sekecil yang Hyeong pikirkan."
"Jika di lihat-lihat, kau bahkan terlihat lebih kecil dari pada Anjingmu."
"Aku bukannya kecil ... Hyunwoo Hyeong saja yang terlalu besar."
"Dia itu Anjing, kenapa kau memanggilnya 'Hyeong'?"
"Dia bisa berubah menjadi manusia," celetuk Changkyun yang sudah kembali memainkan telinga Hyunwoo.
"Apa?"
Pintu tiba-tiba terbuka dari luar dengan keras. Dari sana Jooheon muncul dan mengejutkan Kihyun, namun meninggalkan kebingungan di wajah Hyunwoo.
"Ya! Kenapa Hyeong masih di sini? Hyeong tidak tahu aku menunggu Hyeong semalaman? Kenapa Hyeong malah bersama Anjing besar ini?" maki Jooheon.
Kihyun menatap jengah. "Siapa yang peduli dengan hidupmu?"
"Jangan asal bicara ... sekarang juga pulang!"
"Kau tidak memiliki hak mengatur hidupku."
"Kau hantu, bagaimana aku bisa mengurusi hidupmu."
Suara Kihyun tiba-tiba meninggi, "aku mati juga karena siapa!"
"Itu lagi yang di bahas. Sudah, kita pulang sekarang."
"Kau pulang saja sendiri, aku akan tinggal di sini."
"Aigoo! Orang ini benar-benar tidak tahu terima kasih."
Jooheon lantas mendekat dan membuat Kihyun waswas. "Apa yang ingin kau lakukan? Jangan mendekat, awas kau!"
Sembari menggerutu, Jooheon mengangkat tubuh Kihyun dan menaruhnya di bahu dengan kepala Kihyun berada di balik punggungnya.
"Ya! Apa-apaan ini? Cepat lepaskan aku!"
"Kau hanyalah hantu, jangan berulah." Jooheon menjatuhkan pandangannya pada bocah manusia beserta Anjingnya. "Bocah, sampaikan salamku pada ayahmu. Dan tuan Anjing besar, jangan kau kira aku melupakan gigitanmu waktu itu ... aku masih menaruh dendam padamu."
Menunjuk Hyunwoo menggunakan jari telunjuknya, Jooheon lantas meninggalkan kamar itu dengan membawa Kihyun di bahunya.
"Ya! Lee Jooheon, cepat turunkan aku!"
"Jangan bicara lagi, kau akan membuatku terlihat seperti orang gila karena bicara dengan angin."
Kihyun berusaha memukul Jooheon, namun tangannya justru menembus tubuh Jooheon meski Jooheon bisa memegangnya.
"Ini tidak adil ..."
Suara Kihyun memudar di udara pagi dan lenyap tanpa tersisa ketika waktu berjalan dengan cepat mengiringi aktivitas kehidupan yang berlalu lalang silih berganti. Matahari menepi, mengantarkan Seoul kembali menuju kegelapan. Menyambut malam tak bertuan dan mengantarkan sang tuan kembali ke kediamannya.
Tengah malam, menjadi waktu yang sangat aman untuk berbicara tanpa keterlibatan dari anak-anak. Menikmati hawa dingin malam itu, Hyunwoo masih menemani Taehyung duduk di balkon ketika Changkyun telah terlelap dalam tidurnya.
"Ada sesuatu yang menganggumu, Hyeongnim?" tegur Taehyung, mencoba menghilangkan hawa dingin di sekitar mereka.
"Hantu yang bersama dengan Changkyun. Siapa dia?"
"Maksudmu Yoo Kihyun?"
Hyunwoo bergumam. "Siapa dia?"
"Kakak sepupu dari Lee Jooheon Hyeongnim. Apa ... dia mengganggumu?"
Hyunwoo terlihat bimbang. "Aku tidak tahu, aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat."
Taehyung tersenyum simpul, namun sangat tipis seakan ia yang tak membiarkan Hyunwoo melihatnya. Dia kemudian berucap, "di manakah kiranya Hyeongnim pernah melihatnya?"
"Aku tidak tahu ... atau mungkin hanya perasaanku saja."
"Bukankah Hyeongnim selalu melalukam sesuatu menggunakan insting. Lalu bagaimana sekarang?" pertanyaan yang seakan ia tengah ingin menguji insting Serigala milik Hyunwoo.
Hyunwoo menatap ragu. "Dia hanyalah roh, tidak memiliki aliran darah ataupun jantung. Bagaimana aku bisa menggunakan instingku?"
Taehyung menganggukkan kepalanya. "Masuk akal juga."
"Kapan kau mengenal orang itu?"
"Satu hari sebelum aku menemukan Jooheon Hyeongnim."
"Berhenti memanggilnya dengan sebutan itu, dia bisa besar kepala?"
Taehyung tersenyum sedikit lebih lebar. "Aku hanya melakukan apa yang sudah menjadi keharusan."
"Meski begitu, belum tentu Lee Jooheon adalah orang yang kau maksud."
"Kenapa Hyeongnim mengambil kesimpulan seperti itu?"
"Dia manusia yang tamak, haus akan kekuasaan."
"Tapi dia tidak akan mendapatkan apapun dari itu semua."
"Itu karena kau tidak mengizinkannya."
"Aku hanya memberikan sedikit batasan untuknya."
"Kau memang selalu seperti ini."
Taehyung tertawa pelan.
"Omong-omong, kemarin aku melihat Lily."
Tawa Taehyung terhenti. "Sungguh? Di mana Hyeongnim melihat anak itu?"
"Gunung Hala. Dia berjalan sendirian di tengah hutan."
Garis senyum di wajah Taehyung memudar. "Hyeongnim tahu kemana anak itu pergi?"
"Aku melihatnya di kawasan hutan terlarang."
"Hutan terlarang?"
"Benar, hutan yang pernah kuceritakan padamu ... apa kau berencana menjadikan anak itu sebagai teman Changkyun."
"Anak itu tidak suka berteman." Taehyung mengarahkan pandangannya ke dalam kamar, lebih tepatnya pada sosok Changkyun yang tersembunyi di balik selimut tebal di atas ranjang.
Dia lantas berucap, "anak itu tidak boleh mendekati Changkyun."
Selesai di tulis : 14.05.2020
Di publikasikan : 14.05.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro