Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 24

    Masih di pagi yang sama. Changkyun duduk bersila di tepi kolam, masih dengan Hanbok yang membalut tubuhnya yang seperti semakin menyusut karna pakaian berlapis yang ia kenakan, dan hal itu juga menegaskan bahwa dia belum mandi.

    Memandang air tenang di hadapannya dengan tatapan kosong. Tepat di sampingnya, di situlah Hyunwoo terduduk dalam wujud manusianya. Mencoba melakukan pendekatan dengan anak manusia yang sepertinya masih terlihat terguncang akan wisata malamnya semalam. Bahkan dia menjadi sosok yang lebih pendiam dari sebelumnya.

    "Kapan kau akan bicara, bocah?" tegur Hyunwoo yang merasa bahwa keduanya sudah seperti itu dalam waktu yang cukup lama, namun tak ada respon yang di tunjukkan oleh Changkyun.

    Diam-diam Changkyun memandang bayangan Hyunwoo di dalam air. Sejenak memperhatikan rahang tegas yang menyempurnakan wajah rupawan si manusia Serigala tersebut. Changkyun tidak takut karna Hyunwoo bisa di sebut jinak untuk ukuran Anjing besar, hanya saja dia tidak tahu harus memulai dari mana.

    Hyunwoo yang menyadari arah pandang Changkyun pun turut menjatuhkan pandangannya ke air di bawahnya dan dalam waktu singkat kembali memandang wajah pemuda itu.

    "Aku di sini, kenapa kau justru lebih tertarik dengan bayanganku?"

    Changkyun sekilas memandang dan langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

    "Kau tidak suka wujudku yang seperti ini?"

    Netra Changkyun bereaksi, menunjukkan sedikit kebingungan sebelum perlahan ia memutar posisinya menghadap Hyunwoo lalu mengangkat wajahnya. Mempertemukan tatapan canggungnya dengan tatapan ramah milik Hyunwoo.

    "Berapa usia Hyeongnim saat ini?" satu pertanyaan tanpa basa-basi keluar sebagai ucapan pertama yang ia lontarkan pada si Serigala di hadapannya.

    Senyum tipis terlihat di sudut bibir Hyunwoo. Si Tuan Serigala lantas berucap, "menurutmu berapa lama aku bisa bertahan?"

    "Seratus? Seribu? Aku dengar Hyeongnim memiliki hidup yang abadi."

    Tak berusaha untuk menjawab, Hyunwoo hanya memberikan senyum simpulnya dan balik bertanya. "Apa kau takut padaku?"

    Changkyun menggeleng.

    "Bagaimana menurutmu?"

    "Bagaimana apanya?"

    "Bukankah sangat keren bisa bertemu dengan mahluk sepertiku?"

    Changkyun sejenak mempertimbangkan sesuatu sebelum memberikan jawaban. "Lebih keren dari cerita buatan manusia."

    "Sungguh?"

    Changkyun mengangguk dan tampak begitu ragu.

    "Kau ingin menanyakan sesuatu?"

    Changkyun menggigit bibir bawahnya, masih belum leluasa untuk berbicara dengan Hyunwoo meski ada begitu banyak hal yang ingin ia tanyakan.

    "Katakan saja."

    Changkyun sekilas menggaruk telinganya dan berucap dengan ragu, "aku dengar jika Serigala berubah menjadi manusia, mereka tidak akan mengenakan sehelai benang pun. Kenapa Hyeongnim tidak begitu?"

    Hyunwoo menahan tawanya, begitupun dengan Chunghee yang saat itu membersihkan kaca tidak jauh dari tempat mereka.

    "Kau ingin tahu alasannya?"

    Changkyun mengangguk.

    "Karna aku akan sangat malu jika tidak mengenakan sehelai kain pun." sebuah jawaban konyol di sertai senyum lebar yang membuat Changkyun sadar bahwa semua orang yang berhubungan dengan Taehyung pastilah mirip dengan orang itu.

    "Sudah puas dengan jawabannya?"

    "Di mana Hyeongnim tinggal?"

    "Hyeong, cukup hanya memanggilku dengan sebutan 'Hyeong'. Jangan 'Hyeongnim'."

    Meski masih canggung, Changkyun pun menurut. "Di mana, Hyeong tinggal?"

    "Pack-ku tinggal di dalam hutan."

    Netra Changkyun melebar seiring dengan kepalanya yang refleks mendekat ke arah Hyunwoo. "Pack? Hyeong memilikinya?"

    Hyunwoo mengangguk.

    "Hyeong menjadi apa?"

    "Alpha, dan yang tadi malam adalah Beta-ku, Chae Hyungwon."

    Mulut Changkyun sedikit terbuka, menyatakan keterkejutan bercampur dengan kekagumannya terhadap sosok Alpha yang kini berada di hadapannya.

    "Sungguh?"

    "Apa aku tidak terlihat seperti seorang Alpha? Apa aku kurang menakutkan?"

    Changkyun menggeleng dengan cepat. "Bukan, bukan begitu. Apa kalian tinggal di Seoul."

    "Kami tinggal di Pulau Jeju."

    "Berbaur dengan manusia?" Changkyun terlihat semakin antusias.

    "Kami menetap di hutan, tepatnya di bagian utara Gunung Hala."

    "Gunung Hala itu di mana?"

    "Jika Tuan Muda penasaran, Tuan Kim bisa menunjukkannya pada Tuan Muda." Chunghee tiba-tiba nenyahut.

    "Taehyung Hyeong sudah tidak ada?"

    "Benar, Tuan Muda. Tuan Kim sudah pergi."

    Changkyun lantas menjatuhkan kembali pandangannya pada Hyunwoo. "Hyeong tahu tidak, kemana Taehyung Hyeong pergi? Apa dia masih mengurusi hantu di siang hari?"

    Senyum Hyunwoo mengembang. "Dia akan kembali menemuimu saat malam tiba."

    "Sebenarnya apa pekerjaan Taehyung Hyeong?"

    "Itu di luar hak ku untuk mengatakannya."

    Changkyun menghela napasnya. Dia pun beranjak berdiri dan masuk ke dalam rumah tanpa berucap sepatah katapun. Dan mulai hari itu, pertemanan antara anak manusia dan juga seorang Alpha menemukan sebuah awal untuk memulai. Pendekatan yang di lakukan Hyunwoo mendapatkan keberhasilan dan membuat anak pendiam itu sedikit lebih banyak berbicara di bandingkan sebelumnya.

    Hari itu, Hyunwoo di berikan kesempatan untuk merebut hati sang Lost Child yang nyatanya tak sesulit yang ia pikirkan. Karna perkiraannya yang menyangka bahwa Changkyun adalah anak yang sulit untuk menerima hal baru merupakan sebuah tuduhan tanpa bukti. Pada kenyataannya anak itu hanya akan menghindari hal-hal yang di anggap baru, namun jika ia sudah mulai merasa nyaman, maka anak itu sebenarnya adalah anak yang sangat manis.

    Malam yang kembali. Changkyun kembali ke kamarnya setelah menyelesaikan makan malamnya, sedangkan si pria Serigala itu telah menghilang sebelum langit menggelap.

    Duduk sendirian di tepi ranjang tepat menghadap pintu balkon, Changkyun kembali di sibukkan dengan pikirannya yang berkecamuk. Mengulang kembali ingatan pada malam sebelumnya. Safari malam tergila yang pernah ia lakukan. Namun tetap saja ia merasa bahwa Taehyung terlalu misterius untuk di biarkan begitu saja.

    Awalnya ia ingin membicarakan perihal Taehyung yang bisa menciptakan es menggunakan tangan kosong dengan ibunya. Namun dia takut jika ibunya tidak mempercayainya dan hanya menganggapnya sedang berhalusinasi. Dia tidak ingin di sebut gila, namun dia berpikir mungkin saja dia bisa gila jika Taehyung terus saja menunjukkan hal di luar nalar tanpa penjelasan.

    Pintu balkon yang terbuka secara perlahan berhasil menarik perhatiannya, dan netra itu sedikit melebar ketika ia mendapati bahwa Taehyung lah yang tengah membuka pintu tersebut.

    "Kau sudah makan?" teguran pertama yang di lontarkan oleh Taehyung.

    Bukannya menjawab, Changkyun justru segera beranjak dan berjalan melewati Taehyung menuju balkon. Pemuda itu menepi, menatap ke bawah seperti tengah mencari sesuatu dan membuat sudut bibir Taehyung terangkat sebelum ia memutuskan untuk menghampiri pemuda itu.

    "Apa yang sedang kau cari?"

    Changkyun segera berbalik. Berhadapan dengan Taehyung. "Hyeong datang lewat mana?"

    "Ada apa?"

    "Tidak ada tangga di sini, bagaimana Hyeong bisa tiba-tiba ada di sini?"

    "Aku memanjat tadi." jawaban meragukan yang membuat mata Changkyun memicing.

    Senyum Taehyung melebar, dia lantas menarik Changkyun mendekat. Memberikan sebuah pelukan serta sebuah kecupan singkat pada puncak kepala sebelum kembali memandang wajah pemuda di hadapannya yang membuatnya terlihat sedikit menua.

    "Di mana Hyunwoo Hyeong?"

    "Dia sudah kembali ke hutan."

    "Kau sudah berteman dengannya?"

    Changkyun nengangguk.

    "Baguslah. Apa kau memiliki keluhan?"

    "Banyak."

    Sebelah alis Taehyung terangkat. "Sebanyak apa?"

    "Sebanyak yang Hyeong sembunyikan dariku."

    Taehyung terkekeh ringan. Tidak ada yang lucu, namun melihat tatapan Changkyun yang menuntut itu terlihat sangat lucu di matanya. Mengingatkannya pada sosok ibu dari pemuda itu.

    Kekehan ringan itu terhenti, menyisakan seulas senyum hangat yang tak pernah bersedia meninggalkan kedua sudut bibirnya. Satu tangannya kemudian terangkat dan menangkup rahang yang sedikit menonjol lalu memberikan usapan lembut yang cukup singkat.

    "Suatu hari nanti, kebenaran itu yang akan datang menghampirimu tanpa kau mencari tahu sekalipun."

    "Kenapa tidak langsung katakan padaku sekarang?"

    "Kau belum siap untuk mengetahuinya... Kami, akan mengajarimu secara perlahan."

    Tampak kebingungan di wajah Changkyun. "Kami? Siapa? Apa yang harus aku pelajari?"

    "Kau sudah bertemu dengan mereka sebelumnya."

    "Siapa?"

    Tak bermaksud untuk menjawab, Taehyung justru kembali merengkuh tubuh yang lebih kecil darinya tersebut. Dan entah kenapa tak ada penolakan dalam pikiran Changkyun.

    "Bagaimana jika kita melanjutkan safari malam kemarin?"

    Changkyun mendongakkan wajahnya. "Kemana?" pertanyaan dengan nada menyelidik.

    Senyum Taehyung melebar dan seketika tatapan Changkyun menatapnya dengan jengah. Pemuda itu berucap, "jangan bilang menemui paman lagi."

    "Bukan paman tapi seorang kakak."

    "Hantu lagi?"

    "Bisa jadi."

    "Ah... Hyeong..."



Selesai di tulis : 15.02.2020
Di publikasikan : 15.02.2020


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro