Lembar 21 [Meet The Other Guardians]
Terbawa arus hingga masuk ke bagian dalam Istana Gyeongbok. Jimin yang berjalan memimpin dengan kedua tangan yang berada di balik tubuhnya, seakan ingin menegaskan bahwa dialah Bangsawan yang paling di segani di komplek Istana Gyeongbok.
Menaiki tangga kayu, pria itu membimbing kedua tamunya untuk memasuki salah satu Paviliun di antara beberapa Paviliun yang berada di komplek Istana Gyeongbok. Pintu terbuka dan gelap menyapa. Tak ada penerangan di dalam ruangan itu.
Taehyung yang tidak sabaran karna Jimin malah berdiri di ambang pintu pun segera menendang bokong sahabatnya tersebut hingga terlempar ke dalam ruangan dan jatuh tersungkur.
"Ya! Tamu tidak tahu diri!" maki Jimin.
"Tutup mulutmu dan cepat nyalakan lampunya!"
Terdengar Jimin yang menggerutu sebelum suara ringannya mengalun cukup keras. "Hyojung, nyalakan lampunya! Sudah berapa kalu harus ku katakan padamu untuk menyalakan lampu ketika aku datang." sebuah teriakan yang berganti menjadi gerutuan.
Saat itu pula ruangan itu mendapatkan sedikit cahaya, bukan dari sebuah lampu, melainkan dari beberapa lilin yang di letakkan di beberapa sudut ruangan. Pandangan Taehyung mengarah ke samping tempat Changkyun dan saat itu pula ia menarik tengkuk Changkyun. Sengaja menyembunyikan wajah pemuda itu ketika sosok wanita cantik berpakaian tradisional dengan membawa sebuab lampion di tangannya tiba-tiba muncul di samping Changkyun.
Si wanita muda itu mencoba melihat wajah Changkyun, namun saat itu Taehyung justru mendorong wajahnya ke samping dan membuatnya mendengus.
"Ishh... Tuan ini, pelit sekali."
"Pergi sana!"
Si wanita muda itu lantas membuang muka dan masuk ke dalam, namun wanita muda itu kembali berjalan keluar setelah mendapatkan bentakan dari Jimin.
"Apa saja yang kau lakukan selama aku pergi? Eoh!!! Apa kau hanya menghabiskan waktumu untuk berkencan dengan Juho?!"
Wanita muda itu menghilang dalam kegelapan dan Taehyung pun melepaskan Changkyun. Ia kemudian membimbing langkah pemuda itu untuk masuk ke dalam dan seketika pandangan pemuda itu mengarah ke sekeliling.
"Aku menyuruhmu menyalakan lampu, bukannya lilin."
"Tagihan listrik sangat mahal, lagi pula kita masih baik-baik saja meski tanpa listrik." jawab sang Tuan rumah dengan asal.
Langkah keduanya terhenti, tepat berhadapan dengan sang Tuan rumah yang kemudian memicingkan matanya ketika menangkap sesuatu yang tampak tak asing di wajah pemuda yang saat ini di bawa oleh Taehyung.
Jimin lantas segera mendekati Changkyun, membuat pemuda itu sedikit tersentak terlebih ketika ia menatap lekat-lekat wajah pemuda itu sembari bergumam, "siapa kau? Wajahmu tidak asing. Terlihat mirip dengan seseorang."
Taehyung segera menggunakan telapak tangannya untuk menutup mata Changkyun, tak ingin pemuda itu terkontaminasi oleh kelakuan buruk dari sahabatnya.
"Berhenti melihatntnya seperti itu, kau bisa menakutinya."
Jimin kemudian menjatuhkan tatapan menuntutnya pada Taehyung. "Siapa ini? Putramu? Benar? Kau gila, kau sinting, idiot, tidak waras, bisa-bisanya kau melakukannya."
Taehyung menatap jengah. "Berhenti berbicara kasar padaku di depan anak ini."
Jimin mendecak sembari menggelengkan kepalanya, "ck, ck, ck... Dari awal aku sudah menduga bahwa gadis itu tidak akan aman jika bersamamu, bisa-bisanya kau melakukan hal itu padanya."
Changkyun perlahan menurunkan tangan Taehyung dan secara otomatis pandangannya kembali bertemu dengan Jimin. Dalam hati, pemuda itu bertanya-tanya mungkinkah pria di hadapannya ini yang di maksud Taehyung sebagai Paman Jimin. Tapi menurut Changkyun, julukan paman tidaklah cocok jika di tujukan pada sosok Park Jimin yang berdiri di hadapannya kini.
"Jangan berbicara seolah-olah kau adalah orang yang paling benar."
Jimin tak peduli dan mengalihkan perhatiannya pada Changkyun. "Hey, nak. Siapa nama ibumu?"
Changkyun menjawab dengan ragu, "Jung Soyoung."
Jimin memukulkan Cheopseon pada telapak tangannya. "Sudah ku duga, kau benar-benar Kim Taehyung si brengsek."
Taehyung sekilas menggaruk leher bagian sampingnya lalu berucap, "Kau ingin berkelahi?"
Jimin memandang sinis. "Kau pikir aku tidak sanggup jika hanya untuk menggores wajahmu?"
"Wajahku adalah aset, jika kau menyentuhnya, kau harus mati setelahnya."
Taehyung menatap meremehkan, sedangkan Jimin menatap mengintimidasi hingga perhatian keudanya teralihkan oleh suara bersin Changkyun yang menyerupai suara kucing saat bersin.
"Ya ampun... Menggemaskan sekali..." gumam Jimin dengan seulas senyum lebarnya. "Dia mirip seperti anak kucing." lanjutnya.
Taehyung segera memeriksa suhu badan Changkyun dan hendak melepas jasnya yang akan ia pakaiankan pada tubuh Changkyun, namun pergerakannya terhenti oleh teguran Jimin.
"Tidak usah di lepas! Jangan memberikan pakaian kotormu itu pada anak kucing."
"Kau benar-benar ingin berkelahi?" tantang Taehyung, merasa tak terima jika Changkyun di samakan dengan anak kucing. Namun Jimin malah tersenyum lebar seakan tengah ingin meledeknya.
Jimin lantas berjalan mengitari meja kecil dan duduk di atas matras yang berada di balik meja. Dia kemudian berujar sedikit lantang, "Hyojung... Berikan pakaian pada Tuan Muda kita!"
Tepat setelah Jimin menyelesaikan perkataannya, saat itu pula salah satu pintu di ruangan tersebut terbuka dari dalam dan pelahan menampakkan siluet seorang wanita cantik yang keluar dengan membawa kain yang terlipat dengan rapi di kedua tangannya. Wanita muda yang sama seperti sebelumnya.
Sangat cantik dan berhasil membuat Changkyun terpikat meski pemuda itu tahu bahwa Hyojung adalah hantu, dan hal itu rupanya di jadikan Jimin sebagai bahan untuk menguji kesabaran Taehyung.
Jimin tersenyum lebar dan mengarahkan pandangannya pada Changkyun. "Bagaimana? Cantik, bukan?"
Hyojung berhenti di hadapan Changkyun dan segera menundukkan kepalanya dengan seulas senyum yang begitu lembut. Namun saat itu juga Taehyung bergerak cepat, mengambil terkesan merampas pakaian yang di bawa oleh Hyojung sebelum memberikan isyarat agar wanita muda itu segera pergi.
Wanita muda itu kembali mendengus dan pergi dengan menghentakkan kakinya, menyisakan tawa Jimin yang meledak memenuhi ruangan.
"Ya! Kau terlalu kasar padanya. Setidaknya biarkan putramu berkenalan dengan wanita cantik, jangan sepertimu... Dasar pria kolot."
"Sepertinya aku benar-benar harus memenggal kepalamu setelah ini."
"Owh... Itu mengejutkan, kau bisa saja menakuti anak kucingmu."
Taehyung menatap jengah, kedatangannya ke sana bukanlah untuk menjadi bahan olok-olokan bagi sahabatnya. Tapi sepertinya sahabatnya lah yang memang bermasalah sejak awal. Tak ingin menanggapi lelucon Jimin, Taehyung kembali menjatuhkan perhatiannya pada Changkyun dan menyerahkan pakaian di tangannya.
"Cepat ganti bajumu."
Changkyun tak langsung merespon, hal pertama yang ia lakukan adalah mengamati pakaian di tangannya yang bukannya pakaian modern, melainkan pakaian tradisional yang mirip dengan pakaian yang di pakai Hyojung.
"Bukankah ini Hanbok?"
Jimin tiba-tiba menyahut, "Benar, kau pakai saja itu, aku tidak punya yang lain."
"Sudah, pakai ini dulu."
Changkyun mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tampak kebingungan di wajahnya yang membimbingnya untuk kembali melihat wajah Taehyung. "Ganti di mana?"
"Di ruangan itu, masuklah ke sana." Jimin kembali menyahut sembari menunjuk salah satu pintu.
Changkyun kembali memandang Taehyung, meminta persetujuan.
"Pergilah."
Tanpa berucap sepatah katapun, Changkyun segera berjalan menuju pintu yang di maksud oleh Jimin. Namun langkahnya terhenti tepat di depan pintu, seakan ada sesuatu yang telah menganggunya. Dengan cepat ia berbalik dan kembali menghampiri Taehyung.
"Kenapa tidak jadi?"
Changkyun bergumam, "ada seseorang di sana."
Jimin yang mendengar pun segera menyahut, "anggap saja tidak ada, dia tidak akan menggigitmu."
Taehyung tiba-tiba meraih tangan Changkyun dan membawa pemuda itu ke ruangan yang sama seperti sebelumnya. Tanpa ragu, Taehyung membuka pintu dan berjalan masuk. Namun satu detik setelahnya, seorang pria berpakaian tradisional segera terlempar ke arah Jimin, namun pria tersebut berubah menjadi tengkorak yang terpisah setelah menabrak tubuh Jimin.
Jimin pun menggebrak meja, di susul oleh suara pintu yang terturup dengan keras. "Ya! Aku mengumpulkan tulangnya sedikit demi sedikit, kenapa kau malah menghancurkannya seenakmu?!" makinya yang tak di pedulikan oleh siapapun.
Lima menit berlalu, Taehyung kembali keluar bersama dengan Changkyun yang telah berganti pakaian. Sebuah Hanbok kebesaran yang membuat tubuh pemuda itu terlihat lebih kecil dari sebelumnya. Namun pakaian yang terlihat mewah itu berhasil menghangatkan tubuhnya.
"Kau cocok dengan pakaian itu, tidak sia-sia aku memilihkan koleksiku yang paling mahal." celoteh Jimin yang tak di anggap oleh Taehyung yang segera duduk berseberangan dengannya.
"Duduklah!" ucap Taehyung sembari menarik tangan Changkyun dan membuat pemuda itu duduk tepat di sampingnya tanpa memberi jarak di saat kedua bahu mereka saling bersentuhan. Membuat rasa tak percaya terlihat di wajah Jimin.
"Ya ampun... Kalian terlihat sangat serasi. Si anak kucing dan si buaya rawa, kombinasi yang sempurna."
"Kau sudah kehabisan kaca untuk melihat dirimu sendiri? Siapa yang sering bermain dengan perempuan dan siapa yang mati di tangan perempuan?"
Jimin memalingkan wajahnya dan bergumam, "eih... Kau hanya mengingat hal-hal buruk tentangku, sahabat macam apa kau ini?"
Perhatian Jimin kemudian teralihkan oleh pergerakan Changkyun yang menggosok telapak tangan yang semakin mungil ketika hampir tenggelam oleh lengan Hanbok yang pemuda itu kenakan. Entah kenapa anak manusia selalu terlihat menggaskan di mata Jimin, tapi hanya anak-anak seperti Changkyun lah yang terlihat menggemaskan, bukannya anak-anak nakal yang selalu berulah dan membuat kebisingan di setiap sudut kota.
Taehyung yang menyadari kemana arah pandang Jimin pun berdehem untuk mengalihkan perhatian Jimin, namun bukan hanya Jimin yang langsung memandangnya, melainkan juga Changkyun yang segera menghentikan pergerakannya dan memandang pemuda yang lebih tua di sampingnya.
"Berhubung aku seorang Tuan rumah yang baik, aku tidak akan membiarkan para tamuku hanya menikmati angin." Jimin membuka Cheopseon di tangannya dan mengibaskan ke arah wajahnya dengan cara yang elegan, kebiasaan lama yang di benci oleh Taehyung ketika di bumbuhi oleh tatapan menyelidik dari seorang Park Jimin.
Jimin lantas berujar dengan ekor mata yang sekilas terarah ke belakang, "Hyojung, bawakan minuman untuk tamu kita!"
Pintu tiba-tiba terbuka dengan kasar, namun bukan salah satu pintu yang berada di dalam ruangan itu, melainkan pintu masuk yang berada di belakang punggung Changkyun dan Taehyung. Changkyun yang sempat terkejut, segera menoleh ke belakang dan mendapati wanita muda bernama Hyojung itu masuk dengan nampan di atas kedua tangannya.
Pandangan Changkyun mengikuti pergerakan Hyojung, meski cantik tapi wanita itu tetaplah hantu. Dan meski kecantikannya sempat memikat, namun tetap saja Changkyun merasa takut dan tanpa sadar semakin merapatkan diri pada Taehyung. Memeluk lengan Taehyung ketika Hyojung menjatuhkan kedua lututnya di samping meja tepat di dekatnya.
"Eih... Dasar anak kucing." Jimin kembali menggerutu, "ada wanita cantik di hadapanmu, kenapa kau malah takut?"
Hyojung tersipu namun saat itu raut wajah Jimin berubah menjadi datar, memberikan tatapan mengintimidasinya pada wanita muda itu yang sedikit terperanjat ketika bertemu pandang dengannya.
Hyojung memprotes, "kenapa Tuan selalu melihatku seperti itu?"
"Berhenti sok cantik, kau pikir kau cantik?"
"Bukankah Tuan sendiri tadi yang mengatakan bahwa aku ini cantik." ucap Hyojung dengan gaya yang sedikit centil.
"Cih! Hanya Juho saja yang mengakui kecantikanmu, itupun karna matanya sudah bermasalah. Jangan bermimpi, kau tidak lebih cantik dari Yoona Snsd."
Wajah Hyojung terlihat begitu kesal, namun dia masih bersedia melayani tamunya dengan baik. Dia menuangkan teh dalam poci klasik ke dalam sebuah gelas berwarna emas dan menyodorkannya ke hadapan kedua tamunya.
"Jangan lupa, satu untukku." tegur Jimin.
Dengan kasar, Hyojung menaruh segelas teh di hadapan Jimin dan segera beranjak berdiri sembari membawa kembali nampannya. Dia menjatuhkan tatapan kesalnya kepada Tuannya dan berucap, "minum saja! Aku sudah memberi racun di dalamnya."
Wanita muda itu berbalik dan kembali meninggalkan ruangan itu di susul oleh pintu masuk yang kembali tertutup. Saat itu Jimin melipat kembali Cheopseon nya dan mulai fokus kepada kedua tamunya.
"Minum saja, itu bukanlah tipu muslihat. Aku membawanya jauh-jauh dari Joseon."
Baik Changkyun maupun Taehyung, tak ada yang merespon tawaran Jimin. Bagi Taehyung, perkataan Hyojung sebelummya merupakan sebuah lelucon, tapi sepertinya bagi Changkyun itu merupakan sebuah kesungguhan. Di mana ia pernah melihat salah satu adegan di sebuah drama, di mana tokoh utama meminum teh yang sudah di beri racun dan mati setelahnya.
Seakan bisa membaca pikiran Changkyun. Jimin pun berucap, "perkataan gadis itu, jangan kau anggap serius. Dia memang seperti itu sejak sebelum dia mati... Minum saja, itu akan membuat tubuhmu menjadi lebih baik."
Changkyun tetap tak memberi respon, dan hal itu cukup membuat Jimin kesal. Dia lantas mengarahkan pandangannya pada Taehyung dan memaki, "ya! Ayah macam apa kau ini?! Putramu sedang kedinginan, tapi apa yang kau lakukan?"
Taehyung sekilas menggaruk dagunya sebelum menjatuhkan pandangannya pada Changkyun seiring dengan ia yang kembali menurunkan tangannya. Dia berucap, "minumlah!"
Changkyun sedikit mendongak, memastikan perkataan Taehyung sebelumnya.
"Tidak apa-apa, itu teh sungguhan. Tidak akan ada yang berbuat jahat padamu di sini."
"Bagaimana mungkin hantu bisa membuat teh?" gumam Changkyun yang tentunya tertangkap jelas oleh Jimin.
Hal itu yang kemudian membuat salah satu sudut bibir Jimin terangkat ke atas dan semakin melebar sehingga mampu membuat sebuah cengiran. Namun wajahnya kembali datar ketika pandangan Taehyung menghakiminya secara tiba-tiba, meski hanya sekilas karna setelahnya perhatian Taehyung tersita oleh Changkyun.
"Tidak perlu ku jelaskan, minum saja."
Perlahan Changkyun melepaskan pelukannya pada lengan Taehyung, dan dengan ragu meraih segelas teh di hadapannya. Dengan tatapan was-was yang memandang Jimin, pemuda itu menyesap tehnya secara perlahan. Tidak manis namun juga tidak pahit, rasanya berbeda dengan teh yang pernah ia minum sebelumnya.
Setelah dua tegukan, Changkyun dengan cepat mengembalikan gelas tersebut ke tempatnya dan duduk dengan manis, menyatukan kedua tangannya di atas pangkuannya yang saat itu dirinya tengah duduk bersila.
Setelah di rasa suasana telah mendukung untuk memulai pembicaraan yang serius. Taehyung pun mulai mengawali pembicaraan, namun Jimin justru mengambil cangkir teh di hadapannya dan meminumnya dengan cara yang elegan pula, layaknya seorang Bangsawan kelas atas pada era Joseon.
"Changkyun, sekarang perkenalkan dirimu!"
Changkyun mengangguk dan segera menundukkan kepalanya untuk melakukan perkenalan. "Salam kenal paman, namaku Kim Changkyun. Senang..."
Perkenalan Changkyun tak terucap dengan sempurna ketika Jimin tiba-tiba menyemburkan teh yang berada di mulutnya tepat mengarah pada wajah Taehyung, namun sebelum butiran air itu sampai ke tempatnya. Taehyung lebih dulu mengangkat telapak tangan kirinya setinggi bahu dan bersamaan dengan itu, semburan air dari mulut Jimin tiba-tiba membeku di udara. Menjadi butiran es yang menyerupai sebuah kristal dan tentunya hal itu membuat Changkyun terperangah sekaligus kagum, menyaksikan hal ajaib yang benar-benar terjadi di depan mata kepalanya sendiri.
Jimin tiba-tiba menggebrak meja dan berucap dengan tidak sabaran, "kau memanggilku dengan sebutan apa?"
Dengan ragu Changkyun menjawab, "paman."
Jimin terkekeh pelan namun dengan cepat kekehan itu menghilang dan di gantikan dengan sebuah tuntutan yang datang pada Taehyung.
"Siapa yang mengajari anak ini?"
Taehyung tak menjawab, dia justru menahan tangan Changkyun yang hendak menyentuh salah satu kepingan es yang masih melayang di udara. Dia menurunkan tangan Changkyun dan berucap, "bereskan ini terlebih dulu."
Sembari menggerutu, Jimin mengambil satu persatu butiran es di udara dan mengembalikannya ke dalam gelasnya. "Sudah selesai." ujarnya kemudian.
"Kau meninggalkan satu."
"Di mana?"
Taehyung mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk satu kepingan es tepat di depan hidungnya.
"Itu bonus untukmu, anggap saja aku sudah menciummu secara tidak langsung."
"Jangan mengatakan hal se-frontal itu di depan anak-anak."
"Cih! Apanya yang anak-anak? Ya! Kim Changkyun, berapa usiamu?"
"Delapan belas tahun."
"Kau dengar, delapan belas tahun kau masih mengatakan bahwa putramu masih kecil. Bahkan di usia sembilan belas tahun, kau hampir menjadi Raja Silla."
"Ini Korea, bukan Silla. Kau harus bisa membedakannya dengan baik." ucap Taehyung dan sebagai penutup dia menggerakkan jarinya menyentil kepingan es di hadapan hidungnya yang langsung melesat ke arah Jimin dan sukses masuk ke lubang hidung Jimin.
"Argh... Kau sudah tidak waras!" umpat Jimin yang sedikit membungkuk ke samping sembari memegangi hidungnya. Menyisakan satu anak manusia yang terlihat tak mengerti apa-apa tentang keadaan di sekitarnya.
"Jangan kurang ajar padaku." ucap Taehyung memperingatkan dengan gaya bicaranya yang masih sangat tenang.
Jimin kembali menegakkan tubuhnya dan menurunkan tangannya, menampakkan hidungnya yang berwarna kemerahan.
"Berhenti melakukan hal itu. Dan kau bocah, jangan memanggilku paman. Bahkan aku hanya satu tahun lebih tua dari ayahmu."
"Dia bukan ayahku." celetuk Changkyun yang seketika menarik perhatian Jimin.
Jimin lantas menaruh tangannya di atas meja dan sedikit merendahkan tubuhnya. "Kau bilang dia bukan ayahmu?"
Changkyun mengangguk.
"Lalu siapa ayahku?"
"Daniel Lim."
"Daniel Lim? Lalu?" Jimin mengarahkan telunjuknya pada Taehyung. "Siapa orang ini?"
Changkyun sekilas memandang Taehyung dan memberi jawaban setelahnya, "Taehyung Hyeong."
"Hyeong?"
Changkyun hanya mengangguk, tak merasa ada yang aneh dengan ucapannya. Justru dialah yang merasa aneh karna pria bernama Park Jimin itu selalu menyebutnya sebagai putra Taehyung.
Jimin lantas memberikan tatapan menuntutnya pada Taehyung yang hanya membalasnya dengan tatapan tanpa arti. Jimin pun kembali menjatuhkan pandangannya pada Changkyun. "Kalau begitu, kenapa kau malah memanggilku paman. Jika kau memanggilku paman, maka kau juga harus memanggil orang ini dengan sebutan paman juga. Mengerti?"
"Paman umur berapa?"
Jimin menggaruk dagunya dan bergumam, "ya ampun, dari mana kau mendapatkan anak ini?" dengan cepat Jimin kembali mempertemukan pandangannya dengan Taehyung, tak lupa pula dengan senyum lebar yang mengembang dengan sempurna. "Anak ini untuk saja, aku akan merawatnya dengan cuma-cuma." lanjutnya dengan binar mata penuh harap.
Namun saat itu tiba-tiba Taehyung meraih bahu Changkyun dan menyembunyikan wajah Changkyun dalam dekapannya, menunjukkan penolakan kerasnya yang membuat Jimin menegakkan tubuhnya sembari menelan ludahnya tak berselera.
Jimin lantas bergumam, "kau memang benar-benar pelit."
"Urusanku sudah selesai, kami akan pergi sekarang." cetus Taehyung kemudian.
"Ya! Kau bahkan belum mengatakan apapun padaku, apanya yang sudah selesai? Apa kau datang hanya untuk memamerkan anak ini padaku?"
"Benar."
Dahi Jimin mengernyit sebelum decakan itu keluar dari mulutnya. "Benar-benar orang yang menyebalkan. Jika kau tidak berniat bertamu, kenapa harus susah-payah datang kemari?"
"Salahmu. Berapa kali harus ku katakan? Jangan pernah sembarangan masuk ke tubuh manusia... Kau adalah Bangsawan, kenapa kau begitu tidak memiliki harga diri?"
"Apa? Kau bilang apa?"
"Jika kau ingin memasuki tubuh seseorang, masuklah ke tubuh anggota Dewan atau orang berpangkat lainnya. Setidaknya tunjukkan jika kau benar-benar seorang Bangsawan."
"Eih... Mulutmu itu, sama sekali tidak berubah... Jangan pergi dulu, aku dengar Cha Eunwoo sedang mengadakan pesta. Kau tidak ingin sekalian mengunjunginya?"
Selesai di tulis : 25.01.2020
Di publikasikan : 26.01.2020
Note : Karakter Park Jimin di sini di ambil dalam perannya di Book The Dynasty : Deadly Scandal Of Joseon.
Silla : Salah satu dari Tiga Kerajaan besar Korea pada masa lalu.
Stage Name: I.M (아이엠)
Birth Name: Im Chang-kyun (임창균)
English Name : Daniel
Group Name : Monsta X
Position: Lead Rapper, Maknae
Birthday: January 26, 1996
Zodiac Sign: Aquarius
Blood Type: O
Lahir di Gwangju, Korea Selatan sebagai putra dari seorang Ilmuwan. Pernah tinggal di Boston selama 3 tahun dan Israel 4 tahun.
Happy Changkyun Day🎉🎉🎉🎉
Di hari Special Changkyun hari ini, saya berharap kalian bersedia menyempatkan diri untuk menuliskan kesan pertama kalian saat mengenal Changkyun🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro