Lembar 19
Semua orang refleks menggunakan lengan masing-masing guna menutupi wajah mereka ketika angin kencang berhembus menerpa mereka dan seketika suhu udara di sekitar Istana Gyeongbok menurun drastis dan bahkan lebih dingin di bandingkan dengan puncak terdingin pada musim dingin, namun Changkyun yang berada di balik jeruji es tak bisa merasakan dinginnya udara malam itu.
"Iblis sepertimu memang tidak layak mendapatkan keabadian!" sarkas salah satu Bangsawan yang segera melompat ke udara dan melayang ke arahnya.
Bangsawan tersebut menarik pedangnya dan hendak menebas Taehyung dari atas, namun siapa sangka di tangan kosong Taehyung tiba-tiba muncul sebuah pedang yang sebelumnya menghilang dari tangannya. Taehyung menggunakan pedang tersebut untuk menghalangi serangan lawannya hingga kedua kaki lawannya menapak lantai.
"Kau menyebut ini sebagai pedang? Bahkan aku bisa menebas lehermu dengan mudah, Kim Taehyung!"
"Buktikan ucapanmu!"
Taehyung menangkis pedang si Bangsawan dan memberikannya sebuah tendangan yang membuat Bangsawan tersebut mundur. Taehyung lantas melemparkan pedang di tangannya ke udara hingga pedang itu kembali jatuh dan beralih ke tangan kirinya.
Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Taehyung berjalan menghampiri para Bangsawan yang menyerangnya secara bersamaan. Tapi jangan lupakan si Panglima yang turut melibatkan diri dalam pertarungan yang sudah tidak adil sejak awal.
Taehyung terkepung oleh puluhan pedang yang mencoba mencabik tubuhnya, namun tak terlihat jika ia tengah mengalami kesulitan. Dia sempat menebas tubuh beberapa Bangsawan yang kemudian menghilang, namun sayangnya lawan terkuatnya di sana adalah Panglima Sun Shin yang berhasil menyerangnya dari belakang.
Semua pergerakan terhenti ketika ujung pedang Panglima Sun Shin berhasil menembus dada Taehyung dari arah belakang, menyentak tubuh Taehyung dengan netra yang membulat dan juga napas yang memberat.
Darah dengan cepat mengotori kemeja putihnya, dan Changkyun yang merasa penasaran sekaligus khawatir pun tak henti-hentinya mengintip dari celah kecil di hadapannya. Namum kerumunan orang, bukan! Tapi hantu. Kerumunan hantu di sana membuatnya tidak bisa melihat keberadaan Taehyung.
Di sisi lain, saat itu perlahan darah hitam keluar dari sudut bibir Taehyung. Membuat para Bangsawan di hadapannya tersenyum puas seakan tengah berpesta akan kematiannya.
"Aku sudah mengatakan akan mengakhirimu malam ini."
Sudut bibir Taehyung tersungging ketika mendengar suara berat Panglima Sun Shin. "Kau kah itu, Yi Sun Shin?"
"Sudah berakhir, Kim Taehyung!" ujar salah seorang di hadapan Taehyung.
Taehyung menundukkan kepalanya namun saat itu seulas senyum terlihat mengembang di kedua sudut bibirnya ketika ujung pedang di tangan kanannya telah menyentuh lantai dengan pita di ujung gagang pedang yang sedikit terangkat ketika terkena hembusan angin yang begitu tenang.
"Sayang sekali." Taehyung mengangkat tangan kirinya dan menyentuh ujung pedang yang menembus tubuhnya.
"Ini harus menjadi pertemuan terakhir kita."
Taehyung mengenggam pedang Panglima Sun Shin dan bersamaan dengan itu pedang es di tangannya melebur menjadi salju yang kemudian terbawa hembusan angin, begitupun dengan tubuhnya yang menghilang bagaikan tertiup oleh angin hingga tak menyisakan jejak sedikitpun.
"Menyedihkan! Bukankah dia terlalu bermulut besar... Pada akhirnya dia mati dengan cara yang memalukan." cibir salah seorang Bangsawan yang kemudian mengarahkan pandangannya ke tempat Changkyun.
"Ucapkan terima kasih padanya karna telah meninggalkan sesuatu yang berharga di sini." perkataan yang membuat pandangan semua orang terarah pada tempat Changkyun.
"Jangan bertindak di luar kewajaran, dia hanyalah anak manusia." Panglima Sun Shin memberi nasehat, namun sayangnya nasehatnya berbalas oleh seulas senyum yang begitu merendahkan.
"Urusan Panglima sudah selesai, akan lebih baik jika Panglima segera meninggalkan Istana Gyeongbok ini."
"Bocah kurang ajar! Kau pikir kau berbicara dengan siapa?"
"Panglima Yi Sun Shin, seseorang yang paling berpengaruh dalam invasi prajurit Jepang pada era Joseon. Tapi ketahuilah bahwa aku sudah melihatmu sejak hari kelahiranmu, Yi Sun Shin."
Panglima Sun Shin hanya bisa tertawa, membenarkan bahwa meski ia lebih tua dari para Bangsawan di sana, namun nyatanya para Bangsawan di hadapannya sudah mengalami kematian sejak ia belum terlahir.
Para Bangsawan yang tersisa pun berjalan mendekati Changkyun, mereka mengitari benteng yang telah di buat oleh Taehyung dan tentunya hal itu membuat Changkyun terlihat panik. Terlebih melihat bagaimana tatapan tajam dari beberapa Bangsawan pucat di sekelilingnya. Dalam hati ia bertanya-tanya, kemanakah perginya Taehyung.
"Apa yang akan kita lakukan pada anak ini?" salah satu dari mereka membuka suara yang kemudian di sahuti oleh lainnya.
"Pantang bagi kita membunuh manusia."
Si Bangsawan yang sebelumnya berbicara dengan Panglima Sun Shin pun menyunggingkan senyumnya dan berucap, "siapa yang mengatakan bahwa kita akan membunuh anak manusia?"
"Apa maksudmu?"
"Anak ini... Adalah Lost Child."
Semua Bangsawan yang mendengarnya membulatkan mata mereka, merasa terkejut akan apa yang baru saja di lontarkan oleh rekan mereka.
"Lost Child?"
Changkyun perlahan melangkah mundur ketika mendapati netra tajam yang penuh dengan ambisi, namun dia terlonjak ketika seseorang tiba-tiba memukul jeruji es di belakangnya. Dia pun kembali berdiri di tengah-tengah dengan tatapan was-was yang melihat ke sekeliling.
Dia bisa saja tewas dalam hitungan detik jika para Bangsawan itu menghunuskan pedang mereka di celah yang tercipta di antara jeruji es yang menjadi pelindungnya dalam waktu bersamaan.
"Biar ku tebak... Kau berniat membunuh anak ini untuk mendapatkan keabadian, begitukah?" sahut yang lain.
"Aku tidak tertarik dengan hal seperti itu... Bagiku, Lost Child bukanlah manusia yang pantas berada di dunia ini."
Netra Changkyun bertemu dengan netra tajam dari si pemilik suara, meski tidak terlalu jelas. Changkyun masih bisa melihat bahwa hantu Bangsawan itu memiliki mata yang jernih dan itu artinya dia belum menjadi Hollow, namun kenapa mereka berencana membunuhnya. Dan satu hal yang menjadi pertanyaan besar bagi Changkyun, apakah Taehyung sudah meninggalkannya sendirian di sana bersama dengan hantu-hantu aneh yang tengah mengancam keselamatannya. Apapun itu, Changkyun tidak akan pernah rela jika akhir hidupnya akan seperti ini.
"Keberadaan Lost Child di dunia ini hanyalah membawa petaka. Tidak peduli seberapa suci darah yang ia miliki, dia tetaplah putra dari seorang Iblis... Biarkan darahnya kembali ke tanah dan lenyapkan keberadaannya... Dengan begitu peradaban di dunia akan berjalan dengan semestinya."
Changkyun tanpa sadar menahan napasnya ketika perkataan yang terlalu kasar itu di tujukan padanya, dan meski dia berada di antara jeruji es yang pasti sangatlah dingin, namun keringat dingin justru berhasil membasahi wajahnya.
Dia benar-benar berada dalam situasi yang tidak menguntungkan, tidak bisa mengeluh atau merengek. Namun seketika batinnya tersentak, teringat sesuatu yang sangat penting.
Buru-buru ia mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi sang Ibu dengan tatapan was-was yang tak berhenti mengawasi sekitarnya.
"Eomma..." lantang Changkyun yang langsung merengek dengan suara beratnya ketika sambungan terhubung, dan hal itu sempat menarik perhatian dari para Bangsawan di luar tempatnya.
"Changkyun... Ada apa? Apa yang sedang terjadi?" suara panik Soyoung terdengar dari benda tipis di tangan Changkyun.
"Hyeong itu meninggalkanku."
"Apa? Kau di mana sekarang?"
"Dia meninggalkanku di Istana Gyeongbok, aku dalam bahaya sekarang." panik Changkyun yang justru semakin membuat sang Ibu panik.
"Di mana Taehyung sekarang? Bagaimana kau bisa ada di sana?"
"Aku tidak tahu... Hyeong itu tiba-tiba pergi, di sini banyak orang aneh."
"Dengarkan Ibu baik-baik, tenangkan dirimu, jangan panik dan tetap tunggu Taehyung di sana. Dia pasti akan segera kembali, kau mengerti."
"Bagaimana aku bisa tenang? Mereka ingin membunuhku..." suara Changkyun semakin meninggi, namun saat itu juga sambungan tiba-tiba terputus.
"Eomma, Yeoboseyo, Eomma... Yeoboseyo... Eomma... Aish!!! Aku harus bagaimana....?"
Merasa frustasi, pemuda itu bahkan ingin menangis saat itu juga. Apa bedanya mereka dengan hantu berwajah jelek jika pada akhirnya mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu membunuhnya.
Merasa putus-asa, Changkyun memberanikan diri bertatap muka dengan si Bangsawan yang sebelumnya mengatakan ingin membunuhnya.
"Kau sudah mengatakan kalimat perpisahan pada Ibumu, bocah?"
Changkyun tak merespon, namun keadaan yang begitu tenang justru berhasil menambah kewaspadaannya. Dia tidak bisa bergerak ketika para Bangsawan itu mengepungnya, tapi jika hanya berdiam diri, nyawanya sudah pasti akan segera melayang.
"Aku tidak mengenal kalian, jangan mengangguku!" Changkyun memberanikan diri untuk memberikan sebuah peringatan di saat satu-satunya senjata yang ia miliki di tangannya adalah sebuah ponsel yang sudah pasti tidak ada di era Dinasti Joseon.
"Kau memang tidak mengenalku, tapi aku mengenal darah siapa yang mengalir di tubuhmu... Kau adalah petaka! Kelahiranmu adalah sebuah kutukan! Dan kau harus segera di lenyapkan sebelum dunia semakin dekat menuju kekacauan... Kau mendengarnya bukan?"
"D-di mana Taehyung Hyeong? Apa yang kalian lakukan padanya?"
"Kau akan menyusulnya sesaat lagi."
Changkyun melangkah mundur, namun saat itu ia merasakan sesuatu menusuk punggungnya. Dengan cepat ia memutar tubuhnya ke sampaing, dan benar saja bahwa Bangsawan yang berdiri di belakangnya tengah menghunuskan pedang ke arahnya. Dan dia tahu ke arah mana kisah ini akan berakhir, dia mendongak menatap langit yang gelap dengan perasaan putus-asa.
"Hyeongnim!!!"
Selesai di tulis : 19.12.2019
Di publikasikan : 30.12.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro