Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 13





    Changkyun terlonjak dari tidurnya. Tepat setelah matanya terbuka, saat itu pula dia bangkit dan terduduk. Namun hanya dalam hitungan detik, mata yang sempat melebar itu berubah menjadi sayu dengan tubuh yang terlihat lemas.

    Tepat setelah pandangannya menangkap sosok Junhee yang berdiri di dekat pintu balkon yang terbuka, dia kembali berbaring dan menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya.

    "Kenapa sudah pagi?" gumaman itu berasal dari balik selimut.

    "Tuan Muda sudah bangun?"

    Changkyun segera menyibakkan selimutnya dan sedikit terkejut karna Junhee tiba-tiba berada di sampingnya.

    "Jika ingin ke tempatku, Hyeong berjalan saja. Jangan mengagetkanku seperti ini." protes Changkyun.

    "Tapi aku sudah berjalan."

    "Berjalan dengan standar manusia, jangan menggunakan standar yang Hyeong miliki."

    "Aku akan mencobanya setelah ini."

    "Taehyung Hyeong dimana?"

    "Beliau sudah tidak ada."

    "Lagi?"

    "Ye."

    Changkyun mengalihkan pandangannya dari Junhee, tampak keraguan di garis wajahnya. Keraguan akan kemana perginya Taehyung sebenarnya.

    "Akan lebih baik jika Tuan Muda segera mandi dan turun untuk sarapan."

    Tanpa berucap sepatah katapun, Changkyun turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar ganti. Namun tak lama kemudian dia keluar masih dengan pakaian yang sama dan hanya bagian wajah yang terlihat basah karna alih-alih mandi, dia hanya mencuci wajahnya.

    "Tuan Muda tidak mandi?"

    "Sudah, kemarin." ujar Changkyun dengan santai sembari berjalan melewati Junhee yang kemudian mengikuti langkahnya.

    "Tapi manusia harus mandi setiap hari."

    "Nanti saja, aku kan tidak pergi kemana-mana."

    Keduanya berjalan menuruni anak tangga. Changkyun sempat sesekali menoleh ke belakang guna memastikan bahwa Junhee benar-benar berjalan kali ini, dan hal itu yang membuat senyum tipis sekilas menghiasi kedua sudut bibirnya.

    Tepat saat hampir menjangkau lantai dasar, Changkyun tiba-tiba melompati dua anak tangga yang tersisa dan membuat Junhee sempat mengerjapkan matanya. Merasa sedikit aneh akan hal itu, namun setelahnya dia teringat bahwa Changkyun masihlah seorang bocah.

    Keduanya kemudian berjalan menuju ruang makan, di mana sudah terdapat Chunghee yang tengah mempersiapkan makanan di atas meja.

    "Tuan Muda sudah datang?" sapa Chunghee dengan senyum ramahnya.

    Changkyun kemudian menempati tempat duduknya dan mengedarkan pandangannya ke arah meja, di mana terdapat begitu banyak makanan yang di hidangkan. Dia kemudian mengarahkan pandangannya pada Junhee yang berdiri di sebelahnya.

    "Hyeong bisa makan tidak?"

    Pertanyaan konyol yang membuat Chunghee menahan tawanya. Sebenarnya Changkyun sendiri sudah tahu jawabannya, namun dia hanya ingin memastikan karna begitu banyak makanan di meja yang dia sendiri tidak akan sanggup untuk menghabiskannya meski hanya separuh.

    "Jun tidak bisa memakan makanan yang Tuan Muda makan." Chunghee menyahuti, menggantikan Junhee yang hanya berdiam diri.

    "Lalu kenapa makanannya banyak sekali? Siapa yang akan menghabiskannya?"

    "Untuk itu Tuan Muda tidak perlu khawatir, aku akan memberikannya kepada para tetangga."

    Changkyun terdiam, berpikir sejenak tentang tetangga mana yang di maksud oleh pak tua itu, karna setahunya tidak ada rumah yang berdekatan dengan rumah yang kini ia tinggali. Namun dia tidak mempermasalahkan hal itu dan memutuskan untuk segera menghabiskan sarapannya.

    "Tuan Muda ingin pergi pagi ini atau siang nanti?" Chunghee melontarkan pertanyaan dan berhasil menarik perhatian Changkyun.

    "Pergi kemana?"

    "Membeli pakaian yang sesuai dengan keinginan Tuan Muda."

    Changkyun sejenak terdiam, seperti tengah mempertimbangkan sesuatu sebelum kembali menjatuhkan pandangannya pada Chunghee.

    "Kakek saja yang pergi, aku di rumah saja."

    "Kenapa? Apa ada masalah?"

    Changkyun menggeleng. "Aku hanya ingin di rumah saja, jadi Kakek saja pergi."

    "Baiklah, jika itu sudah menjadi keputusan Tuan Muda."

    Chunghee kemudian meninggalkan keduanya di ruang makan, dan setelah selesai sarapan. Changkyun berinisiatif kembali ke kamarnya untuk mandi, namun saat akan menaiki tangga, langkahnya terhenti begitupun dengan Junhee yang berada di belakangnya.

    Dia menolehkan kepalanya ke samping dan sedikit memicingkan matanya ketika sempat melihat siluet yang tampak aneh berjalan di luar kaca yang menjadi pembatas dengan halaman belakang, tepatnya di pinggir kolam.

    "Kenapa Tuan Muda berhenti?" tegur Junhee.

    "Aku... Seperti melihat sesuatu yang lewat di sana."

    Junhee mengarahkan pandangannya ke arah yang di tunjuk oleh Changkyun sekilas dan dengan cepat kembali pada pemuda tersebut.

    "Sepertinya, Tuan Son Hyunwoo datang untuk berkunjung."

    "Son Hyunwoo? Siapa?" Changkyun tampak mempertimbangkan sesuatu ketika mendengar sebuah nama yang seperti tak asing dalam ingatannya. Namun setelahnya matanya melebar ketika ia menyadari siapakah sosok yang baru saja di sebutkan oleh Junhee tersebut.

    "Anjing yang semalam?"

    "Ye, tapi ada baiknya jika Tuan Muda tidak memanggilnya dengan sebutan-" perkataan Junhee terhenti ketika Changkyun tiba-tiba meninggalkannya menuju halaman belakang dan mau tidak mau dia pun harus mengikuti pemuda tersebut.

    Changkyun sampai di tepi kolam, namun tak ada siapapun yang bisa ia lihat di sekitar kolam meski sebelumnya dia jelas-jelas melihat sosok Anjing besar yang berjalan di tepi kolam.

    "Tadi dia di sini, kenapa sekarang tidak ada?"

    "Beliau berada di halaman samping saat ini."

    Changkyun menatap penuh selidik ke arah Junhee yang memperlakukan Hyunwoo seakan-akan mahluk yang ia sebut sebagai Anjing tersebut adalah manusia.

    "Kenapa Hyeong memanggilnya seolah-olah Anjing itu adalah manusia?"

    Junhee terdiam, tak memiliki jawaban untuk di katakan meski ia tahu alasannya sekalipun. Namun tampaknya Changkyun tak terlalu peduli akan jawabannya, karna pemuda itu segera bergegas menuju halaman samping rumah yang berada di bawah kamarnya.

    Tak sampai satu menit, keduanya telah menginjakkan kaki mereka di rumput hijau yang membentang luas di halaman samping. Changkyun mengedarkan pandangannya ke sekeliling guna menemukan keberadaan Hyunwoo, namun langkahnya terhenti ketika tak ada apapun di sana selain air mancur yang berada di tengah halaman.

    "Di sini juga tidak ada."

    "Tuan Muda mungkin harus memanggilnya terlebih dulu."

    "Bagaimana cara memanggilnya?"

    "Dia memiliki nama, dan Tuan Muda sudah mengetahui hal itu."

    Changkyun terlihat begitu ragu, akankah Anjing itu muncul setelah ia memanggilnya? Namun hal yang membuatnya sangat ragu adalah nama yang di gunakan oleh Anjing itu adalah nama manusia.

    "Tuan Muda coba saja dulu."

    "Ya! Son Hyunwoo." celetuk Changkyun dengan lantang dan sempat membuat Junhee tersentak.

    Namun perhatian keduanya segera teralihkan oleh kemunculan Srigala besar yang keluar dari balik air mancur yang berada beberapa langkah di hadapan keduanya, dan dialah Son Hyunwoo dengan satu catatan bahwa dia bukanlah seekor Anjing.

    Saat itu pula Changkyun terdiam cukup lama hingga Srigala tersebut terduduk tepat di hadapannya dan jujur, dia merasa bahwa tubuhnya lebih kecil di bandingkan dengan ukuran tubuh Srigala di hadapannya yang menatapnya dengan tatapan teduhnya.

    "Tuan Muda tidak apa-apa?" tegur Junhee ketika tak melihat respon dari Changkyun.

    Changkyun segera mengarahkan pandangannya pada Junhee dan bisa di lihat oleh Junhee, keraguan dalam sorot mata pemuda itu.

    "Apa dia benar-benar sudah jinak?"

    "Jika tidak, dia tidak akan berada di hadapan Tuan Muda."

    Changkyun kembali menjatuhkan pandangannya pada Hyunwoo dan dengan ragu menggerakkan tangan kirinya untuk menyentuh telinga Hyunwoo yang di penuhi oleh bulu panjang yang begitu halus.

    Setelah beberapa detik bermain dengan telinga Hyunwoo, dia kemudian duduk bersila dan tubuhnya benar-benar terlihat lebih kecil di bandingkan dengan Hyunwoo di saat kini berganti dialah yang harus sedikit mendongak dan itu adalah hal yang sedikit mencengangkan bagi Changkyun.

    "Besar sekali." gumam Changkyun, Hyunwoo yang mendengarnya pun merendahkan tubuhnya hingga posisi keduanya sejajar.

    Senyum Changkyun tiba-tiba melebar setelah benar-benar yakin bahwa Srigala yang ia sebut sebagai Anjing tersebut memanglah hewan jinak, dia bahkan tak ragu untuk menyentuh Srigala yang hanya berdiam diri tersebut.

    "Aku tidak pernah melihat ada Anjing sebesar ini sebelumya."

    Hyunwoo yang kembali mendengar kata 'Anjing' keluar dari mulut bocah di hadapannya pun segera mengarahkan tatapan menuntutnya pada Junhee yang sedikit salah tingkah oleh tatapan tersebut.

    "Hyeong, apa kita punya bola?" celetuk Changkyun dan membuat Hyunwoo serta Junhee menatap ke arah pemuda tersebut dengan tatapan bertanya.

    "Kenapa Tuan Muda menanyakan hal itu?"

    "Tentu saja untuk bermain."

    "Mohon tunggu sebentar."

    Dalam sekejap mata Junhee tiba-tiba menghilang, namun dengan cepat kembali sembari membawa bola futsal di tangannya.

    "Apa ini yang Tuan Muda inginkan?"

    "Itu terlalu besar, aku butuh yang lebih kecil."

    "Mohon tunggu sebentar." Junhee kembali menghilang dan Changkyun mengembalikan perhatiannya pada Hyunwoo.

    Dia sejenak menepuk wajah Hyunwoo beberapa kali, di tujukan untuk bercanda. Namun saat itu Hyunwoo justru menggigit tangannya namun tidak sampai menancapkan taringnya.

    "Akh... Kenapa kau menggigitku?" Changkyun yang gemas pun memeluk kepala Hyunwoo dan menggoyang-goyangkannya.

    "Tuan Muda." suara teguran yang sempat membuat Changkyun terlonjak.

    "Ini benda yang Tuan Muda maksud." Junhee mengulurkan bola basbol di tangannya ke arah Changkyun yang kemudian menerimanya.

    "Lain kali jika ingin datang, datang baik-baik. Jangan datang tiba-tiba seperti ini." protes Changkyun, bagaimanapun juga dia belum sepenuhnya mengatasi traumanya. Terlebih ada begitu banyak hantu yang berkeliaran di sekitar rumah saat malam, dan nyatanya Junhee pun juga seorang hantu.

    "Aku tidak mengulanginya lagi."

    Changkyun kemudian beranjak berdiri. "Kajja, Hyunwoo."

    Dia hendak membangunkan Hyunwoo, namun apalah daya jika tangannya sendiri tidak cukup di gunakan untuk memeluk wujud Srigala dari Hyunwoo.

    "Berdiri!"

    Hyunwoo perlahan berdiri dan mempertemukan pandangannya dengan tatapan antusias milik Changkyun.

    "Kau lihat ini? Jika aku melemparnya, kau harus menangkapnya. Mengerti?" ujar Changkyun sembari memainkan bola di tangannya di hadapan Hyunwoo.

    Hyunwoo yang merasa bahwa hal ini sudah berlebihan pun mengarahkan tatapan menuntutnya pada Junhee seakan mengatakan, 'aku bukan anjing.' namun Junhee hanya memberikan gelengan pelan yang mengartikan bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan anak manusia tersebut.

    "Kajja." celetuk Changkyun yang kembali menarik perhatian Hyunwoo.

    Dengan antusias, Changkyun segera melemparkan bolanya mengarah pada ujung halaman. Namun senyum lebar di wajahnya seketika memudar setelah pandangannya terjatuh pada Hyunwoo yang masih terdiam di tempatnya, tampak tak memiliki niat untuk mengambil bola yang baru saja ia lempar.

    "Kenapa kau tidak lari? Cepat ambil bolanya!"

    Hyunwoo tetap diam dan hal itu membuat Changkyun heran. "Kau tidak pernah bermain sebelumnya?"

    Diam-diam Hyunwoo menghela napas beratnya, dia kemudian berbalik dan segera berlari ke arah bola yang baru di lempar oleh Changkyun. Dan hal itu pula yang membuat senyum di kedua sudut bibir Changkyun kembali melebar.

    Dia kemudian berjalan maju, berinisiatif untuk menyambut Hyunwoo yang kembali berlari ke arahnya dengan membawa bola di mulutnya.

    "Good boy... Kemari, kemari!" riangnya, namun semakin Hyunwoo mendekat ke arahnya. Saat itu pula dia sadar dengan ukuran tubuh Hyunwoo.

    Bukannya menyambut Hyunwoo dengan sebuah pelukan, dia justru berjongkok sembari menutupi kedua telinganya menggunakan kedua tangannya dengan mata yang tertutup. Takut-takut jika Hyunwoo tiba-tiba menerkamnya, namun dia segera membuka matanya setelah merasakan bulu halus yang menyentuh lengannya.

    Senyumnya melebar, merasa menjadi orang bodoh karna berimajinasi terlalu tinggi. Karna pada kenyataannya Hyunwoo tidak berniat untuk menerkamnya.

    "Good boy..."

    Kalimat pujian yang justru terdengar seperti sebuah penghinaan di telinga Hyunwoo. Bagaimana bisa anak manusia itu memperlakukan seorang Alpha sebagai Anjing rumahan. Hyunwoo ingin memberontak, namun kenyataan bahwa bocah di hadapannya tersebut adalah Lost Child, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Terlebih mengingat akan janjinya kepada Taehyung.

    Changkyun kemudian kembali mengambil bola yang sebelumnya di taruh di atas rumput oleh Hyunwoo. Dia kembali melemparnya, begitu pun Hyunwoo yang segera berlari mengejarnya. Dan untuk beberapa waktu, keduanya bermain bersama dengan satu ketentuan bahwa Hyunwoo harus rela menjadi Anjing rumahan hari itu.

    Namun untuk pertama kalinya tawa Changkyun kembali terdengar setelah dalam waktu yang lama, dan setelah memastikan bahwa semua baik-baik saja untuk di tinggalkan. Junhee pun tiba-tiba menghilang, menyisakan seorang bocah yang tengah bermain bersama seekor Srigala yang tengah menjelma menjadi seekor Anjing rumahan.

    Setelah beberapa waktu berlalu, tampaknya Hyunwoo telah mendalami perannya sebagai seekor Anjing rumahan. Keduanya kerap berlari bersama, saling kejar-kejaran dan bahkan Hyunwoo kerap menerkam bocah itu karna saking gemasnya. Tak heran tawa Changkyun kerap terdengar memenuhi halaman samping dan membuat Chunghee yang tengah melakukan aktivitas di dalam rumah pun turut tertawa.

    "Anda mendengarnya Tuan, Tuan Muda bisa tertawa." ujar Chunghee yang seakan tengah berbicara dengan angin di saat tak ada siapapun di sekitarnya.

    Changkyun berhenti berlari dan memegangi lututnya dengan napas yang sedikit tak beraturan, namun dia di kejutkan oleh kedatangan Hyunwoo dari arah samping yang begitu tiba-tiba dan langsung menerkamnya, membuat tubuhnya terjatuh dengan Hyunwoo yang menimpanya.

     "Akh!!" ringis Changkyun ketika wajahnya yang tidak sengaja tergores oleh kuku Hyunwoo.

    Hyunwoo segera bangkit begitupun dengan Changkyun yang mengusap pipinya dengan dahi yang mengenyit. Bisa di lihatnya darah yang berada di tangannya dan seketika hal itu membuat Hyunwoo merasa bersalah.
    Srigala itu kemudian mengusapkan kepalanya ke lengan Changkyun untuk meminta maaf.

    "Tidak apa-apa, ini bukan salahmu. Ini hanya luka kecil." ujar Changkyun yang mengelus kepala Hyunwoo namun Hyunwoo tak henti-hentinya meminta maaf padanya.

    "Aku bilang tidak apa-apa."

    Secara tak sengaja, Changkyun menggunakan tangannya yang terkena darahnya untuk mengusap wajah Hyunwoo dan tanpa di sadari oleh keduanya bahwa bekas luka yang tidak bisa di tumbuhi oleh bulu di wajah Hyunwoo, perlahan tertutupi oleh bulu yang tiba-tiba tumbuh di sana dan menghilangkan bekas luka tersebut.

    Setelah beberapa saat, keduanya menjadi tenang. Hyunwoo yang berbaring di belakang Changkyun dan Changkyun yang menggunakan tubuh penuh bulu Hyunwoo sebagai bantal dengan sesekali memainkan telinga Srigala tersebut.

    "Sebenarnya kau tinggal di mana? Jika kau berkeliaran di luar, bukankah itu sangat berbahaya?" ujar Changkyun yang masih memainkan telinga Hyunwoo yang kerap bergerak karna merasa geli.

    "Seperti apa Korea itu?" kali ini Changkyun bergumam, seakan-akan pertanyaan itu lebih di tujukan pada dirinya sendiri.

    Dia pun berhenti memainkan telinga Hyunwoo dan beralih memeluk leher Hyunwoo meski tangannya tak cukup untuk melakukannya. Dia menaruh kepalanya pada leher Hyunwoo dan hanya berdiam diri hingga perlahan matanya mulai tertutup ketika perasaan nyaman di sekitarnya membuat rasa kantuk menyerangnya.

    Namun saat itu juga sorot mata Hyunwoo menajam ketika ia merasakan kehadiran seseorang di sana. Dia kemudian segera bangkit dan membuat Changkyun tersentak ketika tubuhnya jatuh di atas rumput.

    Tak mempedulikan Changkyun, Hyunwoo segera berjalan melewati pemuda yang kemudian bangkit dan terduduk di rumput tersebut.

    "Kau ingin pergi?" lantang Changkyun, namun tak ada respon dari Hyunwoo yang berjalan menjauhinya.

    Dan kejadian selanjutnya benar-benar berada di luar nalar Changkyun. Changkyun terperangah ketika dalam sekejap mata, sosok Srigala di hadapannya berubah menjadi manusia berperawakan tinggi dengan tubuh yang atletis.

    Matanya sempat mengerjap beberapa kali, mencoba untuk memahami apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Bagaimana seekor Srigala bisa menjadi seorang manusia? Srigala, manusia, Srigala, manusia. Itulah yang berputar-putar di kepalanya hingga ia menemukan satu jawaban yang membuat matanya membulat dengan sempurna.

    Dengan cepat dia beranjak berdiri dan segera melarikan diri masuk ke dalam rumah sembari berteriak memanggil Chunghee.

    "Kakek..... Anjingnya...."

    Chunghee yang saat itu berada di ruang tengah pun segera berlari menuju ruang tamu setelah mendengar teriakan Changkyun. Takut jika hal buruk terjadi pada Tuan Muda.

    "Kakek..."

    "Tuan Muda, kenapa Tuan Muda berteriak? Apa yang terjadi?" panik Chunghee ketika keduanya telah berhadapan.

    "Anjingnya."

    "Ada apa dengan Anjingnya?"

    "Dia bukan Anjing, tapi manusia." cetus Changkyun dan membuat Chunghee sedikit tercengang. Dia pikir telah terjadi hal yang serius.

    "Anjingnya berubah menjadi manusia, aku benar-benar melihatnya. Sungguh."

    Chunghee yang mendengar itupun terkekeh pelan dan hal itu membuat guratan keheranan muncul di garis wajah Changkyun.

    "Kenapa Kakek malah tertawa?"

    "Tuan Son Hyunwoo memang bukanlah Anjing."

    "Ne?"

    "Jika Tuan Muda penasaran, Tuan Muda bisa menanyakannya langsung kepada Tuan nanti malam."

    Chunghee lantas pergi meninggalkan Changkyun yang di landa kebingungan yang sangat besar. Dia tahu tentang manusia Srigala, tapi apa masuk akal ada hal semacam itu di tahun yang sudah modern seperti ini?

    Meninggalkan kebingungan Changkyun, di sisi lain Hyunwoo justru berhadapan dengan pemuda yang tampak tidak lebih tua darinya. Berperawakan tinggi namun lebih kurus jika di bandingkan dengannya, tatapan yang mengintimidasi serta tangan kiri yang di masukkan ke dalam saku celana bahannya. Keduanya berdiri saling berhadapannya.

    "Seekor Anjing, kah?" gumam si pemuda asing yang lebih terdengar seperti sebuah cibiran.

    "Ada apa lagi? Kita sudah bicara semalam." Hyunwoo menyahuti cibiran tersebut dengan ramah, seakan ia yang tak tersinggung akan ucapan yang ia dengar barusan.

    "Di bandingkan kembali ke Pack mu, kau lebih memilih menjadi seekor Anjing demi bocah manusia itu. Sadarlah siapa dirimu sebenarnya." sarkas pemuda asing tersebut dengan pembawaan yang tenang.

    "Aku masih memiliki urusan yang harus ku selesaikan di sini."

    "Berulang kali kau mengatakan hal yang sama. Kau pikir seorang Beta saja cukup untuk memimpin sebuah Pack? Sudah waktunya kau meninggalkan Kim Taehyung. Kita berbeda dengannya."

    "Pernahkan aku mengatakan tentang apa itu kesetiaan kepadamu, Chae Hyungwon?" suara Hyunwoo sedikit mendominasi keadaan, menunjukkan siapakah pemimpin yang sebenarnya di sana meski dengan nada bicara yang terdengar lembut.

    Dan Chae Hyungwon, pemuda yang lebih muda darinya tersebut tidak lain adalah Beta dalam Pack nya. Dan dari pembicaraan mereka, bisa di simpulkan bahwa sang Alpha tengah terlibat perselisihan dengan sang Beta.

    "Kesetiaan bukan berarti kau harus menjadikan dirimu sebagai Anjing."

    "Itu hanyalah permainan anak-anak, kau tidak harus mengambil hati tentang hal itu... Kita sudah membicarakan ini semalam, dan jawabanku sama seperti tadi malam."

    Hyunwoo lantas berbalik dan hendak berjalan meninggalkan Hyungwon, namun tatapan tajam Hyungwon menyadari sesuatu yang berbeda dari Alpha nya tersebut.

    "Hyeong." teguran ringan yang membuat langkah Hyunwoo terhenti dan berbalik.

    Saat itu pula mata Hyungwon memicing, menyadari ada hal yang telah hilang dari wajah Hyunwoo.

    "Kembalilah lebih dulu, aku akan menyusul setelah ini."

    "Kemana luka di wajahmu?" celetuk Hyungwon dan membuat Hyunwoo menatapnya dengan aneh.

    Dia kemudian meraba wajahnya dan seketika terkejut ketika kulit wajahnya yang sebelumnya terluka, kini terasa halus.

    "Apa yang terjadi?" gumam Hyunwoo seakan tak percaya jika luka yang sudah berada di wajahnya selama ribuan tahun itu tiba-tiba menghilang.

    "Apa yang sudah kau lakukan?" selidik Hyungwon.

    Hyunwoo tak mampu memberi jawaban di saat ia sendiri tidak tahu apa yang sudah terjadi. Dia kemudian menjatuhkan pandangannya pada rumah yang menjadi tempat persembunyiannya Kim Taehyung bersama Lost Child.

    Dia mengingat semua dengan baik, seseorang yang bisa menyembuhkan luka hanya dengan menyentuhnya. Dan orang tersebut tidak lain adalah Kim Taehyung sendiri, namun faktanya kemampuan Kim Taehyung telah hilang sejak lama dan itulah sebabnya luka di wajahnya tidak bisa menghilang. Namun yang terjadi sekarang merupakan sebuah keajaiban, siapakah yang telah menyembuhkan lukanya?

    Dan sepertinya, hanya Kim Taehyung lah yang tahu akan jawaban itu.

Selesai di tulis : 19.11.2019
Di publikasikan : 30.11.2019

   

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro