LEMBAR 07
Fajar menyingsing, matahari yang perlahan naik ke atas. Membimbing kelopak mata itu untuk kembali terbuka, merasakan perasaan yang lebih ringan dari pagi-pagi sebelum nya.
Dahi Changkyun mengernyit dengan kelopak mata yang kembali tertutup, dia memiringkan tubuh nya dan menaruh telapak tangan nya pada kening nya. Mencoba mengumpulkan kesadaran serta ingatan yang sempat meninggalkan raga nya.
Mata nya kembali terbuka setelah kepingan ingatan terakhir sebelum ia tak sadarkan diri kembali menyatu, dengan menggunakan tangan nya untuk menyangga beban tubuh nya. Dia bangkit dan segera melihat ke arah tubuh nya sendiri yang tidak mengenakan atasan.
Namun ada hal yang menarik perhatian nya dan memaksa mata nya untuk terbuka lebih lebar lagi, dia tidak lagi menemukan memar di dada nya. Bahkan tak ada bekas sama sekali.
Pandangan nya beralih pada pergelangan tangan nya, dimana bekas ikatan yang tak akan hilang dalam waktu tiga hari tersebut tiba-tiba menghilang. Melihat hal itu, dia segera menyibakkan selimut nya dan memeriksa kaki nya.
Terdapat rasa tak percaya ketika bekas luka di kaki nya juga lenyap tanpa bekas, dia meraba dada nya sendiri. Merasa aneh dengan apa yang terjadi.
Hingga ketertegunan nya tersebut berakhir setelah ia tersentak akan perasaan nya sendiri, tatapan sayu yang tiba-tiba menajam dan mengarah pada pintu balkon yang terbuka.
Perasaan aneh itu, dia kembali merasakan nya dan dia yakin pemicu dari semua itu berasal dari balkon kamar nya. Perhatian nya teralihkan oleh pintu kamar nya yang terbuka dan dengan cepat ia segera mengalihkan pandangan nya pada pintu.
Membuat Chung Hee sedikit terkejut karna tatapan tajam yang mengarah padanya, namun dengan cepat ia mengulas senyum nya dengan sekilas tundukan kepala.
"Tuan Muda sudah bangun?"
"Balkon nya." Ujar Changkyun yang kemudian membimbing pandangan Chung Hee terarah ke balkon dengan tatapan bertanya sebelum kembali pada Changkyun.
"Ada seseorang di sana."
Dahi Chung Hee mengernyit untuk beberapa detik sebelum ia tersadar akan siapa yang di maksud oleh Changkyun. "Aku akan memastikan siapa yang berada di luar."
Dia kemudian berjalan menuju balkon dan berhenti di ambang pintu, tepat saat itu pandangan nya langsung terjatuh pada sosok Jun yang masih berdiri di sana seperti dugaan nya.
Keduanya saling bertemu pandang dan Chung Hee menggunakan bahasa isyarat untuk menyuruh Jun agar segera meninggalkan tempat tersebut.
"Ada siapa?" Tegur Changkyun yang sedari tadi memperhatikan nya.
"Tidak ada siapapun yang berada di sini, mungkin hanya perasaan Tuan Muda saja." Ujar Chung Hee yang hendak kembali masuk.
"Tutup pintu nya!"
"Ye."
Chung Hee menutup pintu balkon seperti yang di inginkan oleh Changkyun sebelum datang mendekati nya.
"Tuan Muda ingin sarapan di bawah atau ku bawakan kemari?" Tawar Chung Hee.
"Di mana Hyeongnim?" Bukan jawaban, melainkan pertanyaan balik yang ia lontarkan.
"Beliau sudah tidak ada."
"Apa dia sudah pergi?"
Tak memiliki jawaban untuk di katakan, Chung Hee lebih memilih menjawab nya dengan seulas senyum.
"Tuan Muda ingin mandi terlebih dulu? Perlukah ku siapkan pakaian untuk Tuan Muda?"
"Aku ingin tidur saja, jangan bangunkan aku jika aku tidak bangun."
Dengan mudah nya Changkyun kembali menarik selimut nya untuk menutupi tubuh nya dan berbaring dengan posisi miring, membiarkan selimut tebal nya menutupi tubuh nya hingga sebatas bahu.
Chung Hee yang tidak ingin mengusik pun memutuskan untuk meninggalkan kamar, dan tepat setelah Chung Hee pergi. Changkyun meraih ponsel nya yang berada di atas nakas dan menghubungi ibu nya meski dia tahu bawah di Boston pasti sudah malam, namun dia benar-benar ingin mendengar suara ibu nya. Dan setelah menunggu beberapa waktu, pada akhirnya Soyoung menjawab panggilan nya.
"Eomma...." Sapaan pertama yang terdengar seperti sebuah rengekan.
"Changkyun-a... Bagaimana keadaan mu? Apa kau baru bangun?" Ujar Soyoung di seberang.
"Ne... Aku ingin tidur lagi."
"Kenapa? Apa kau sakit?" Pertanyaan kedua bernada khawatir.
"Tidak, aku hanya tidak ingin bangun. Mereka menunggu ku di luar kamar."
Soyoung sempat terdiam dan membuat sang putra menunggu jawaban dari nya.
"Eomma... Kenapa diam saja?" Tegur Changkyun, dan baru lah Soyoung kembali merespon.
"Kau sudah bertemu dengan Kim Taehyung?"
"Aku bertemu dengan nya semalam, tapi dia sudah pergi saat aku bangun."
"Apa yang dia katakan padamu?" Pertanyaan yang penuh dengan nada menyelidik."
"Dia mengatakan bahwa dia hampir menjadi ayah ku jika kakek tidak berubah pikiran, sebenarnya Hyeong itu siapa? Jika ini rumah kakek, kenapa dia tinggal di sini?" Pertanyaan bertubi yang tanpa sadar telah membuat sang Ibu tampak kesulitan untuk menjawab.
"Changkyun-a... Dengarkan ibu baik-baik. Jika kau bertemu lagi dengan nya, katakan apa yang selama ini kau lihat. Kau mengerti bukan?"
Changkyun terdiam, mencoba mencerna perkataan sang ibu sebelum menjawab. "Bolehkah aku mengatakan nya pada Hyeong itu?"
"Tentu saja, kau harus mengatakan semuanya. Dan mulai sekarang, kau harus menurut pada orang itu. Kau mengerti?"
"Tapi siapa Hyeong itu? Eomma tidak pernah mengatakan apapun selain nama nya." Tuntut Changkyun dan kembali membuat Soyoung terdiam.
"Kenapa Eomma diam lagi?"
"Tidak ada apa-apa. Jika kau penasaran dengan nya, kau tanyakan langsung saja padanya. Dia adalah orang yang baik, percayakan semuanya padanya."
"Ya sudah, Eomma cepat tidur. Di sana pasti sudah malam."
"Ibu mengerti, jaga dirimu baik-baik. Dan jika ada keluhan, katakan saja pada orang itu. Mengerti?"
"Ne... Aku tutup telepon nya."
Changkyun memutuskan sambungan dan menaruh ponsel nya di samping nya, berusaha untuk kembali menghilangkan kesadaran nya. Berharap semua bisa terlewati dengan mudah, dan hari itu hanya ia habiskan dengan beraktivitas di dalam kamar karna masih merasa takut untuk keluar rumah meski saat siang hari.
Hari itu dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur di bandingkan dengan hari-hari biasanya dan saat matahari kembali meninggalkan Seoul dan menggantikan nya dengan langit gelap yang menyelimuti Seoul, saat itulah matanya kembali terbuka untuk ke sekian kali nya.
Namun justru itulah yang menjadi sumber dari ketakutan nya, semakin gelap ruang yang ia tempati. Maka akan semakin besar ketakutan nya.
Dia ingin segera terlepas dari kutukan yang entah siapa pembuat nya, dia tidak perduli. Yang dia inginkan hanyalah hidup sebagai remaja normal seperti yang dulu.
Memiliki banyak teman meski pada akhirnya ia sadar bahwa sebagian besar dari teman nya bukanlah hal yang nyata.
Ya, dia kerap bermain dengan roh baik yang benar-benar berniat berteman dengan nya tanpa ada niatan untuk menyakiti. Namun entah itu baik atau jahat, dalam kondisi seperti ini, hantu dan kegelapan malam adalah dua hal yang paling di hindari oleh Changkyun. Dan seperti nya satu-satunya orang yang bisa mengatasi nya akan segera datang padanya memenuhi panggilan dari kegundahan hati nya.
Selesai di tulis : 07.09.2019
Di publikasikan : 28.09.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro