Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

GhaiSyah - 29

Hari ini harusnya hari meet up dengan Agrafa sang Idolaku, tetapi gagal karena di undur lebih lama lagi. Akhirnya hari ini aku malah super badmood, malas mengerjakan apapun. Padahal hari ini adalah tugasku bersih-bersih rumah.

Dan yang aku kerjakan sekarang hanya menonton kartun sambil nyemil, sampah cemilanku pun juga sangat berserakan.

"Chia!" teriakan terdengar dari luar. Aku bisa tau suara teriakkan siapa, tetapi aku lebih memilih lanjut menonton.

"Chia!" panggilnya lagi, tetapi tidak dengan berteriak.

"Apasih Mas? Manggil-manggil terus? Mas Faddyl ngefans ya sama aku?" jawabku santai.

"Kamu gimana sih Chia, kita udah sepakat buat bagi tugas loh. Tapi apa sekarang, ini rumah berantakan sekali. Padahal tugas kamu harusnya hari ini untuk beberes." Aku memutar bola mata dengan jengah.

"Aku lagi males, Mas aja yang beresin," titahku seenaknya.

"Kamu itu ya, benar-benar deh. Ayo kita beresin rumah, saya. Bantu kamu." Aku menggeleng. "Mas aja, aku lagi beneran males banget soalnya."

"Sebenarnya kamu kenapa si Chi? Kamu aneh hari ini."

"Enggak papa."

"Kamu marah sama saya? Saya ada salah sama kamu? Kalau iya kamu kasih tau aja, saya pasti akan minta maaf."

"Enggak ada."

"Yaudah, kalau enggak ada. Bangun Chi, ayo kita beresin. Habis ini kita akan ke rumah orang tuaku."

"Mau ngapain?"

"Kita diundang makan malam di sana." Dengan malas aku mau membantu Mas Faddyl beres-beres, agar cepat selesai juga. Kan lumayan bisa makan malam enak di rumah mertua.

***

Setelah siap kami jalan ke rumah mertuaku, ya kami jalan kaki karena mobil Mas Faddyl tiba-tiba mogok saat hendak digunakan. Untungnya rumahnya dekat, walau mager jalan juga. Tapi enggak papa lah, naik taksi dengan jarak dekat juga sayang uangnya. Tuh, kan aku ketularan Mas Faddyl nih sekarang.

"Chi," panggilnya.

"Kenapa," balasku jutek.

"Kamu katanya hari ini ke Bandung ada tugas kuliah, ini kok enggak berangkat? Enggak jadi?" Pertanyaan Mas Faddyl mengingatkanku akan kebohonganku beberapa hari lalu. Padahal niatnya ke Bandung meet up sama Agrafa aku malah bilang ada tugas kuliah. Ampuni aku ya Allah sudah membohongi suamiku.

"Batal." Aku menjawab dengan padat, singkat dan jelas.

"Owh gitu." Dari jauh aku melihat pria wanita yang sepertinya adalah pasangan, menaiki sepeda dengan bahagia. Tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepalaku.

"Mas tadi liatkan barusan ada pasangan naik sepeda, kayaknya senang banget. Gimana kita beli sepeda gitu, kan kalau mobil mogok kita bisa naik sepeda. Atau pas Mas Faddyl libur, aku juga libur kita bisa sepedaan. Aah seru banget deh kalau di bayangin," kataku antusias.

"Yakin mau beli sepeda?" Aku mengangguk, dengan memperlihatkan wajah melasku. Agar ia mau menuruti mauku.

"Yaudah nanti kalau saya ada waktu senggang kita ke toko sepeda, kamu boleh memilih sepeda yang kamu mau. Kan bagus juga jadi kamu nanti punya kendaraan sendiri, yang bisa kamu pakai ke kampus," katanya santai.

"Apa?" Aku memekik. "Yang benar aja dong Mas, masa aku ke kampus naik sepeda. Capeklah, kan jarak dari rumah ke kampus jauh. Mau berangkat jam berapa nanti biar enggak terlambat."

"Sebelum subuh mungkin."

"Mas Faddyl ih." Kupukul saja tangannya, ada orang tega sekali kayak dia.

"Bercanda."

Karena sepanjang jalan kami mengobrol, tidak menyangka sudah sampai rumah. Kami beedua langsung masuk ke rumah dan berjalan menuju ruang makan.

Di ruang makan sudah ada kedua mertuaku yang sedang duduk, serta di meja makan sudah dihidangkan semua makanan yang terlihat begitu lezat membuatku sangat lapar.

"Akhirnya kalian berdua sampai juga," kata Papa Hikam.

"Maaf, Pa. Kalau kalian harus menunggu kami lama. Soalnya tadi kami jalan kaki dari rumah," jelas Mas Faddyl. Mata Mama Lia terbelalak mendengar kami berdua jalan kaki.

"Kalian jalan kaki? Memang mobil kamu ke mana, Faddyl?" tanya Mama Lia pada putra tunggalnya.

"Mogok, Ma."

"Kamu itu lupa service apa gimana, kok sampai mogok gini. Biasanya enggak pernah gini deh." Aku memutar bola mata jengah mendengar omelan Mama Lia, aku sudah sangat ingin makan. Namun, Mama Lia masih betah mengomel. Walau bukan padaku.

"Ma, Chia lapar. Kapan mulai makannya?" Dengan tidak tahu malunya aku bertanya pada Mama Lia, mau bagaimana lagi aku kan memang lapar. Apalagi harus jalan kaki juga.

"Tunggu sebentar, kita akan makan setelah orang yang kita tunggu sudah ada di meja makan." Aku menyergitkan kening, lalu menatap Mas Faddyl seolah bertanya siapakah yang di maksud oleh Mama Lia.

Tak lama muncullah seorang wanita dengan pakaian kurang bahan, yang tentu saja dianggap seksi oleh para pria yang melihatnya. Dengan reflek aku menutup mata Mas Faddyl dengan tanganku, Mas Faddyl malah melepaskan tanganku dari matanya. Aku kesal, memang ya semua laki-laki sama saja mata keranjang.

"Tiana sini, kami sudah menunggu kamu sejak tadi," ujar Mama Lia. Wanita itu berjalan ke meja makan, aku melotot tak percaya. Wanita itu mencium pipi Mas Faddyl sekilas. Sialnya, Mas Faddyl hanya diam.

Hatiku begitu panas melihat hal itu, dengan sok anggunnya wanita tidak tahu malu itu duduk di kursi sebelah kiri Mas Faddyl. Kursi itu memang kosong, karena aku duduk di sebelah kanannya. Sedangkan aku sendiri duduk di sebelah kanan Mas Faddyl.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro