GhaiSyah - 17
Sebenarnya aku mager sekali pergi, apalagi harus pergi dengannya. Namun, aku tidak mau juga melewatkan memakai gaun yang telah Mas Faddyl siapkan.
Aku buru-buru pergi ke tempat yang sudah di sherlock olehnya, sampai aku terkena musibah jatuh dari motor. Abang ojeknya juga sih di suruh cepat bukannya tetap hati-hati saat mengemudi ini malah seenaknya saja. Berakhir aku dan sang Abang ojek terjatuh dari motor, mana jatuhnya di genangan air hujan. Apes sekali bukan.
Penampilanku super kacau, ingin memaki Abangnya tapi sudah tidak ada waktu. Pria moster itu pasti akan dengan senang hati memarahiku jika terlambat, setelah perjalanan yang cukup melelahkan. Akhirnya aku sampai juga, buru-buru masuk ke butik. Aku melihat Mas Faddyl sedang berdiri menungguku sepertinya, ku putuskan jalan perlahan untuk mengagetkannya.
"Mas Faddyl," teriakku sengaja untuk mengagetkannya. Terlihat ia memang kaget, tetapi bukan karena aku kagetkan melainkan karena penampilanku. Beruntung tadi aku juga berhasil masuk, tidak harus merasakkan di usir satpam walau penampilanku sangat berantakan.
"Chia! Kamu habis ngapain aja sih? Kotor semua gitu seluruh badan, apa kamu sengaja mau mempermalukan saya makannya berpenampilan seperti ini," marahnya. Aku terdiam, baru pertama kali aku melihatnya semarah itu.
"Kalau kamu memang tidak mau menemani saya, lebih baik kamu bilang. Jangan malah berusaha menghancurkan reputasi saya dan keluarga dengan datang ke pesta dengan penampilanmu itu."
Tak terasa air mataku menetes, ingin sekali aku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, ia sama sekali tidak membiarkanku membela diri atau menjelaskan sesuatu.
Seorang wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik menghampiri kami, lebih tepatnya menghampiriku. "Maaf, Tante sudah melihat pertengkaran kalian berdua. Menurut Tante adikmu tidak sengaja membuat dirinya kotor, mungkin saat perjalanan kemari adikmu mendapatkan musibah," katanya membelaku.
Aku terkikik geli saat mendengar Tante itu mengira aku adalah adik Mas Faddyl, bukan istrinya. Sebetulnya aku memang lebih pantas menjadi adiknya dibandingkan istrinya.
"Wanita itu istri saya, Tan," tukasnya. Aku cemberut mendengar ia malah mengakuiku istrinya.
"Owh maaf, saya kira adiknya. Sebaiknya istri Anda ikut saya untuk membersihkan dirinya kebetulandi butik ini ada kamar mandi yang bisa di pakai." Mas Faddyl mengangguk, aku berjalan mengikuti Tante Nessa yang tidak lain adalah pemilik butik.
Saat aku sudah bersih, bahkan sudah berganti pakaian baru. Aku menghampiri Mas Faddyl.
"Mas Faddyl." Ku panggil ia dengan lembut.
"Hmm."
"Aku sama sekali enggak berniat mempermalukanmu, tadi saat perjalanan ke butik. Ada musibah, aku jatuh dari motor dan terkena genangan air." Entah kenapa aku memang menginginkan menjelaskan semua pada Mas Faddyl semua yang terjadi padaku.
"Ya, saya juga minta maaf sudah berburuk sangka. Sana ganti bajumu dengan gaun yang saya pilihkan. Jangan lama-lama siap-siapnya, setelah kamu siap kita akan langsung berangkat dari butik ini." Aku mengangguk paham, lalu berjalan ke ruang ganti.
Aku sudah ganti dengan gaun indah pilihan Mas Faddyl, bahkan aku juga sudah di make up oleh Tante Nessa. Beliau memang sangat baik, mau memake upiku menjadi sangat cantik. Namun, aku begitu deg-degan saat ingin keluar dari ruang ganti.
Berjalan dengan perlahan, kuhampiri Mas Faddyl. Kupanggil ia dengan lembut hingga ia menengok ke arahku, menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun, aku bisa menebaknya ia sedang terpesona dengan kecantikkanku yang paripurna.
"Mas aku cantik ya?" Dengan centil aku malah bertanya seperti itu pada Mas Faddyl, tak apalah centil pada suami sendiri ini.
"Enggak, biasa aja. Sudah siap kan? Ayo berangkat, kamu ke mobil saya duluan. Saya mau urus pembayarannya dulu." Aku cemberut setelah mendengar jawabannya yang tidak memuaskan bagiku, tetapi aku tetap menurutinya pergi ke mobil duluan.
Di mobil sambil menunggunya, aku berselfi ria. Tentu aku harus memanfaatkan kesempatan dengan baik, mumpung lagi cantik ya aku harus mengabadikannya sebanyak mungkin.
Mas Faddyl masuk ke dalam mobil dengan wajah datarnya, ia langsung mengemudikan mobilnya ke tempat pesta. Selama perjalanan ia hanya diam tanpa ada satu patah pun yang keluar dari bibirnya, kalau aku tentu bosan. Namun, aku juga tidak sudi mengajaknya mengobrol duluan.
Kami berdua sampai di sebuah hotel mewah yang tempat pestanya, saat berjalan masuk Mas Faddyl tiba- tiba menggandengku. Aku sama sekali tidak bisa menolaknya, mungkin Mas Faddyl melakukan itu karena ingin kami berdua terlihat sebagai pasangan yang serasi padahal sebenarnya tidak juga.
Namun, aku akui memang kami terlihat serasi. Aku cantik bagai paripurna, Mas Faddyl juga tampan sekali malam ini. Mau aku mengakuinya atau tidak, kenyataannya Mas Faddyl memang tampan sekali walau dengan wajah datar tanpa senyuman.
"Kamu bangga kan Mas, bisa berpasangan denganku yang cantiknya paripurna ini. Kalau enggak ada aku, pasti kamu seperti jomblo yang datang ke pesta mewah sendirian," ledekku dengan pelan, tetapi aku yakin ia masih bisa mendengarnya.
Bukan membalas ledekanku, ia malah menarikku ke tempat teman-temannya berada. Tidak lupa ia memperkenalkanku pada semua temannya, aku senang semua temannya memujiku. Hanya dia saja yang tidak mau memujiku, sungguh sangat menyebalkan. Aku sendiri merasa aneh dengan diriku sendiri, kenapa sangat ingin dipuji olehnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro