chapter 2
Nabila side
Nabila, adik dari Melan sekarang tengah menempuh pendidikan di SMAS Adiwira. ia seorang siswi kelas 11, Nabila memiliki paras yang cantik, anggun, dan menawan. Nabila juga cukup populer dikalangan teman teman SMA-nya.
Kini Nabila tengah duduk santai di Taman belakang sekolahnya, meminum jus yang ia beli tadi sembari menatap bunga kesukaannya yaitu bunga mawar putih, ia mendekati bunga tersebut dan memetik salah satu bunga mawar itu, ia langsung berlari ke kelasnya dan mengambil botol minum yang ia bawa dari rumah, meletakkan bunga mawar putih itu ke dalam botolnya.
Zakia, teman sebangku Nabila bertanya padanya "kamu ngapain sih? Ga capek apa bawa botol cuman buat bunga doang, lagian kok bisa kamu gak takut kena marah?" Nabila menjawab santai "ngapain takut? Lagian aku bayar SPP kok, gak apa-apa dong kalo aku ambil satu atau dua mah, hehe."
Zakia hanya menggeleng melihat tingkah teman sebangkunya, ia berbicara sekali lagi "satu atau dua gimana? Kamu ngambil bunga tuh hampir setiap hari Nabila, SETIAP HARI." Ujarnya sembari menekan kata 'setiap hari'. Nabila hanya bisa tersenyum mendengar pernyataan temannya.
⊙﹏⊙
Selang beberapa saat, bel masuk berbunyi. Nabila dan teman-temannya mengikuti pembelajaran seperti biasanya. 3 jam berlalu, bel pulang sekolah mulai terdengar. Murid-murid mulai berlarian keluar kelas, bergegas pulang ke rumah.
Nabila duduk di halte depan sekolah, menunggu bus yang biasa ia naiki lewat, ia memainkan handphone-nya sembari menunggu, tanpa ia sadari Talita teman satu ekstrakurikuler-nya menghampiri dirinya.
"Halo Nabilaaa," sapanya pada Nabila, "hai juga ta," sapanya kembali. Talita mendekati Nabila, duduk disampingnya mulai berbincang bincang, tak lama setelahnya teman Nabila yang lainnya mulai berdatangan. Suasana yang awalnya membosankan menjadi ramai kembali.
"Kita main aja dulu yuk!" Celetuk salah satu teman Nabila yang bernama Raisya. Raisya merupakan kakak kelas Nabila, Nabila bisa mengenalnya dikarenakan Raisya merupakan kakak pembinanya saat MPLS berlangsung.
"Main kemana?" Tanya Ikla selaku teman satu kelasnya Nabila.
"Kita ke taman rekreasi yang ada di kota!" Jawabnya dengan semangat.
"Yakin kak? Itu lumayan jauh lho," Zakia cukup takut jika pergi terlalu jauh dari rumah-nya, sejak kecil Zakia selalu diawasi oleh orang tua-nya, banyak sekali larangan yang orang tua-nya berikan.
"Tenang aja! Kita naik kendaraan online, Tapi kalo kalian gak mau gapapa sih." Semuanya tampak berpikir, selang beberapa saat Ikla mengangguk antusias.
"Ayolah guys, kapan lagi kita main? Lagian besok libur kok." Akhirnya semuanya menyetujui, kecuali Zakia.
"Kayaknya aku gak ikut, maaf ya." Bukan tanpa alasan Zakia tidak ikut, hanya saja ia memiliki feeling yang buruk, maka dari itu ia memilih untuk berdiam diri saja dirumah.
"Gapapa kok, Zak, nanti kalo ada waktu kita main dekat rumahmu saja ya." Zakia tersenyum mendengar pernyataan Raisya.
⊙﹏⊙
Akhirnya, kendaraan online yang mereka pesan datang bersamaan dengan jemputan Zakia. Zakia melihat teman-temannya mulai memasuki mobil tersebut dan mulai berangkat. Tapi entah mengapa, saat Zakia melihat supir mobil tersebut ia merasa sangat aneh, rasa gelisah memenuhi dirinya.
"Pak Dian, tolong ikutin mobil itu pak!" Akhirnya Zakia mengambil keputusan, mobil Zakia segera mengikuti mobil teman-temannya.
Selang beberapa saat, mereka tiba di tempat rekreasi yang disebut oleh Raisya, namun anehnya mereka tidak turun, mobil terus melaju melewati taman itu.
Zakia memberikan perintah lagi pada supirnya untuk menyalip mobil tersebut, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat samar-samar teman-nya tertidur pulas. Supir mobil tersebut menyadari akan kehadiran Zakia dan supirnya, ia mulai melajukan mobilnya dengan kencang. Zakia yang menyadari hal itu panik tak karuan, "PAK KEJAR PAK!" Supirnya mengangguk mengerti. Selagi supirnya sibuk mengejar mobil tersebut, Zakia mengambil ponsel-nya menelepon polisi.
Tibalah mereka di sebuah hutan, disana Zakia dan supirnya dibuat terkejut sejadi-jadinya, mobil mereka ditembak olah seseorang.
"Neng, gak bisa neng. Kita pulang dulu aja ya, kondisinya tidak memungkinkan." Zakia hanya bisa mengangguk pasrah dan meng-iya-kan perintah supir pribadi-nya.
⊙﹏⊙
Zakia kini berada di rumah Nabila, memberikan kabar buruk itu pada ibu-nya, kala mendengar kabar tersebut ibu Nabila menangis sesenggukan, sedangkan ayah Nabila menelepon mengabarkan kabar buruk itu pada Melan.
Para petugas kepolisian sudah berhadapan dengan Zakia, meminta informasi lebih tentang penculikan itu, kapan terakhir kali ia melihat teman-temannya, apa plat nomor mobil tersebut, dan perawakan supir yang mengendarai mobil itu.
Kini Zakia hanya meminta teman-temannya kembali dengan selamat tanpa kekurangan apapun.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro