Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

GOB-012

Keributan datang di pagi hari, ketika kedua mata cantikku terbuka dan sekujur tubuhku terasa begitu panas, gerah, dan gatal.

"Ma!" teriakku memanggil mama yang tampak asyik menyiapkan sarapan keluarga kecil kami.

"Ma!" teriakku sekali lagi hingga tibalah seseorang yang takku harapkan—Choi Yeonjun.

"Ngapain kamu yang datang, sih? Lagian ini juga masih pagi, kuliah kan masih nanti siang."

Sambil mengendikkan bahu dan menyantap roti isinya, Yeonjun menjawab santai.

"Numpang makan."

Aku berdecak sebal, kemudian turun dari ranjang dan menemui mama di dapur. Jemariku terus menggaruk bagian tubuh atas. Tidak tahu apa yang telah terjadi. Yang jelas, aku jarang sekali mengalami hal demikian.

"Ma!"

"Ya, sweetie?"

"Oh, astaga! Apa yang terjadi dengan kulitmu?" kaget mama saat menemui tubuh mulus putrinya yang mengerikan.

"Itu yang mau aku tanyakan! Ini kenapa, Ma?" rengekku, mirip seperti balita yang menangis karena tidak mendapatkan lolipop.

"Kita harus ke rumah sakit!"

"Sekarang?"

"Iya!"

"Yeonjun, tolong jaga rumah Tante, ya! Tante mau ke rumah sakit dulu!" perintahnya pada pemuda yang masih sibuk menghabiskan roti isi tersebut.

***

"Nona Sohyun tampaknya alergi," ucap dokter begitu singkat, diikuti oleh keterkejutan ibu dan anak yang duduk di hadapannya.

"Sohyun, apa kamu makan udang?"

"Nggak, Ma. Sohyun nggak makan apa-apa yang bikin gatal."

Dokter tersebut kemudian mengelus dagunya seraya berpikir dan memperhatikan ruam di kulitku.

"Aneh," ungkapnya.

"Bagaimana dengan baju itu?" tambah dokter dengan menunjuk pakaian yang kukenakan. Tepatnya, kaos putih polos yang sangat jarang dijumpai melekat di tubuh seorang perempuan.


"Sohyun, itu baju siapa?"

Gawat! Mama bisa mikir macem-macem kalau sampai dia tahu soal baju ini. Batin Sohyun meronta.

"Ehm ... baju ini baru aku beli kemarin, Ma. Bagus kan?" elakku.

"Sejak kapan kamu tertarik sama baju model cowok?"

"Ini jelas-jelas kaos yang sering dipakai sama cowok-cowok keren ...," bisik mama tepat ke lubang telingaku, membuat saraf-saraf pendengaranku menegang.

"Saya pikir, kain kaos itu tidak cocok dengan kulit Nona Sohyun. Kemungkinan, ruam dan gatal yang dirasakan Nona disebabkan oleh kaos tersebut."

Memang dasar cowok jorok! Pikir Sohyun selagi kedua tangannya menjepit bagian leher kaos—merasa jijik.

Dokter pun menuliskan resep obat untuk menyembuhkan alergi dadakan ini. Sementara, mama sibuk membujukku agar tidak membolos kuliah hanya karena gatal-gatal kemerahan.

***

Aku yang memakai syal menjadi pusat perhatian teman-teman. Tidak biasanya gadis sepertiku berpenampilan dengan sweater lengan panjang, terlebih di musim panas begini.

Sebenarnya bukan keinginanku untuk berpakaian mencolok. Hanya saja, aku berniat menutupi bekas kemerahan yang terlihat memperburuk kecantikan kulitku. Dan yang paling utama, aku ingin menghindari ejekan dari Bora.

Kalau senior itu mengetahui keadaanku yang cukup menyedihkan, bisa jatuh harga diriku sebagai cewek tercantik se-Universitas Sookmyung.

"Kenapa, Hyun?" Yoojung memutari tubuhku kebingungan.

"Aneh banget hari ini," tambahnya.

"Biasanya, orang berpenampilan aneh karena sedang menutupi sesuatu," sahut Saeron ketus—seperti biasanya.

"Kamu tau?!" kagetku.

Sungguh aku berpikir bahwa Saeron memanglah seorang cenayang. Hebat dalam menebak situasi.

Belum sempat melanjutkan pembicaraan kami, Hanbin datang. Dengan keceriaannya yang pernah pudar, lelaki itu kelihatan lebih bersinar hari ini.

Aku ikut bahagia. Setidaknya, Hanbin bukanlah tipe pria yang terus berlarut-larut dalam kesedihan. Aku harus belajar banyak dari laki-laki itu, terutama tentang pelajaran positif yang dapat ia ambil.

"Hai, Nerd!" sapa Hanbin bersahaja, namun direspon datar olehku.

"Kenapa kau selalu memanggilku nerd? Hentikan itu! Aku tidak suka!"

"Bagaimana dengan princess?"

"Berlebihan."

"Kalau malaikat penolong? Atau ibu peri?"

"Cih. Selain konyol, ternyata kau juga percaya hal abal-abal, ya?"

Yoojung melongo. Sejak kapan aku dekat dengan Hanbin? Mungkin itu yang ada di pikirannya. Aku dan Hanbin justru berbicara santai dan terdengar lebih akrab. Yoojung pun menatap curiga.

"Kalian pacaran, ya?"

Uhuk.

Ucapan Yoojung membuatku terbatuk. Ah, bibir Yoojung memang suka ceplas-ceplos seenaknya. Bagaimana kalau yang lain dengar?

"Kalau kita pacaran, emangnya kenapa?" tukas Hanbin yang ditanggapi takjub oleh Yoojung.

"Dari sekian banyak cowok ganteng, kau memilihnya?" Yoojung melirikku tak percaya. "Padahal aku lebih mendukungmu dengan Eunwoo Sunbae."

"Ngomong-ngomong, aku ke kelas dulu." Pamit Hanbin. "Daa, Sayang," katanya tertuju khusus untuk padaku, membuatku bergidik ngeri.

Itu tadi tampak semacam ancaman dari psikopat di mataku. Bagaimana lelaki bisa seagresif ini? Aku belum pernah menjumpai hal yang sama pada laki-laki lain. Kecuali ... Eunwoo, mungkin?

Kelas selesai sejam yang lalu. Tanpa didampingi kedua sahabatku, terpaksa aku menuju ke kantin sendirian.

Risih. Begitulah kondisiku ketika harus mengenakan pakaian tebal tersebut. Rasa gatalku semakin menjadi setelah kulitku bersentuhan dengan benang-benang sweater yang lebat.

Sejenak, pikiranku kembali pada kejadian kemarin malam.

.



.

"Nih."

Seorang pria melempar kaos berwarna putih polos dan tepat mengenai wajahku.

Aku menghela napas dan cuma dapat mengepalkan kedua tanganku padat.

"Ganti dimanapun kau mau, asal jangan sentuh barang-barangku!" kata lelaki itu memperingati.

Lalu, aku yang agak takut dengan ragu melangkahkan kaki menuju sebuah kamar. Letaknya tak jauh dari posisiku berdiri tadi.

Perlahan, ia kugerakkan knop pintu yang berbahan dasar kayu tersebut. Sejujurnya, aku terkagum dengan suasana ruangan yang terkesan natural. Lantai berbahan dasar parket, pajangan tanaman bonsai di setiap sudut ruang, serta beberapa lukisan pemandangan alam kudapati di sepenjuru apartemen tempatku mampir.

Ya, tidak diragukan lagi bahwa si pemilik apartemen memang seorang pecinta alam dan kebebasan sejati.

Ceklek.

Pintu terbuka, diikuti oleh suara deritan khas yang diciptakannya.

Saat aku hendak melangkahkan kaki lebih dalam, sebuah tangan tiba-tiba menyerang, menghadangku masuk dan menutup pintu yang telah terbuka itu rapat-rapat.

Bruak.

"Jangan kesini!" teriak lelaki yang memberinya kaos, napasnya tersengal-sengal dan matanya melotot tajam.

Aku mencondongkan tubuh ke belakang, menelan ludah, dan suasana hening pun datang.

"K–kau bisa ganti di sana."

Kuikuti arah pandang lelaki itu dan menemukan sebuah pintu dengan corak yang hampir sama.

"Jangan coba-coba masuk ruangan ini, mengerti?"

Aku mengangguk patuh dan sesegera mungkin mengganti pakaian yang kotor dan bau ini. Kemudian, aku bisa pergi secepat mungkin dari apartemen pria menyebalkan tersebut.

Dan sebelum benar-benar pergi, aku penasaran. Mengapa lelaki itu tak memperbolehkanku masuk ke ruangan yang tadi?

Karena hanya ada diriku sendiri, kuberanikan diri melanggar perintah si pemilik apartemen.

Dan yang kudapati adalah ....

.

.

"Oh Tuhan! Aku tidak mau mengingatnya lagi! Menjijikkan!!" racauku yang tersadar dari lamunan.

Aku masih duduk di meja kantin seorang diri.

"Ambassador? Kurasa dekan perlu memeriksa kamar cowok itu sebelum memberikan gelar terhormat padanya! Taehyung sangat jorok!!"

Membayangkan kembali, betapa berantakannya kamar pemuda itu. Sisa-sisa snack yang berhamburan di lantai, baju-baju kotor yang menumpuk di atas kasur, belum lagi ... pakaian dalam yang bercecer tepat di bawah kakiku ketika aku membuka pintu.

"Astaga! Aku tidak percaya menyentuh benda itu!!"

"Hai, cleo!" panggil seorang gadis yang berjalan dari arah depan bersama seorang pria.

"Ngomong-ngomong, emm ... di mana pasanganmu?" tanya gadis itu dengan nada mengejek.

Ia sengaja mempertontonkan kemesraannya dengan seorang pria di depanku.

"Ingat, ya? Tantanganku masih berlaku. Tapi, coba lihat. Siapa yang ada di sampingku?"

Aku tak percaya. Bagaimana Bora bisa menggaet seorang cowok dalam waktu beberapa hari saja?

Ah, benar. Gadis itu memang berbakat merayu. Tidak sepertiku yang paling anti dengan laki-laki.

Namun, tetap saja. Seorang Kim Sohyun tidak bisa menerima kekalahan! Aku akan berjuang sampai titik darah penghabisan dan tidak akan pernah membiarkan Bora menang serta menjatuhkan predikatnya.

"Wah, kuakui. Kau hebat, Sunbae."

"Tapi, kau akan lebih terkejut dengan siapa yang aku dapatkan nanti."

Sohyun membalas pandangan mematikan Bora dengan seringaian mautnya.

"Kalau begitu, cepat buktikan. Aku sudah tidak sabar ...."

Kunetralkan emosi yang meruncing ini. Gadis sombong itu perlu diberi pelajaran.

"Hei, pencuri!"

Aku menoleh ke belakang ketika kedua telingaku mendengar panggilan yang tidak asing.

"Kembalikan kaosku secepatnya dalam keadaan bersih!"

Kedua pengelihatanku membola. Mengapa pria itu bisa ada di sini?!

"Kau?!"

Tak begitu lama, cukup saling memandang dalam beberapa sekon, laki-laki itu menghambur pergi.

Tunggu, apa benar yang aku lihat?

Kim Taehyung ada di fakultasku? Kenapa? Apa cuma mau meminta kembali kaos putihnya yang sudah kubakar?

Ops. Aku sungguh telah membakarnya tadi pagi! Gara-gara kaos itu, kulitku jadi tidak cantik lagi. Bagaimana ini? Bagaimana kalau Taehyung akan membunuhku karena telah membakar kaos polos itu?

Aku frustrasi dan menjambak helaian rambutku yang ada di kedua sisi.

"Wah, Sohyun. Ini menarik."

Pandanganku beralih pada Bora.

"Kau selangkah lebih maju rupanya. Apa yang kalian lakukan ketika tidur bersama?"

"Hah?!"

Aku terkejut. Bora berpikir sejauh itu? Padahal, Taehyung hanya membahas soal kaos saja! Ini gila! Dan kemana pria itu? Cepat sekali menghilangnya!

Ya ampun!! Dia meninggalkanku dengan kesalahpahaman ini! Memang dasar cowok nggak bertanggungjawab!

Sementara itu, dalam pikiranku, aku masih penasaran. Sebenarnya, apa yang pria menyebalkan itu lakukan di fakultas ini?

Apa benar cuma mau menagih kaos putih polosnya yang ia pinjamkan semalam?

Dan kepalaku semakin pusing memikirkan bagaimana cara mengembalikan kain yang sudah aku bakar itu. Juga, ketidakbenaran yang bertengger dalam otak Kim Bora.

Taehyung sialan.

Idiot! Bodoh!

Kaos pembawa sial!

Ahh ... gimana aku menghadapi Bora?




















To be Continued.

Sohyun sampe bakar kaosnya Taehyung gegara itu bikin gatel?

Wkwk.

Teganya kau, Sohyun~ Taehyung.

Masih banyak momen Sohyun sama tokoh utama cowok yang lain.

Tunggu update-ku ya guys..









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro