Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

GOB - 001


Jika kalian pernah mendengar dongeng Putri Salju, maka aku adalah versi nyatanya. Putri Salju yang berhasil mengubah hidup menjadi lebih bahagia, hidup dengan harta, rupa yang sempurna, serta segenap kenikmatan yang ada.

Aku penasaran, mengapa cerita dongeng di buku itu cukup menyedihkan kalau pun mereka bisa mengeditnya menjadi lebih berkesan? Iya, memang berakhir dengan bahagia, namun yang jelas aku lebih suka alur cerita yang dipenuhi keceriaan. Dan aku paling benci kesedihan.

Saranku, hiduplah pada apa yang kalian sukai. Jangan terlalu memaksakan diri keluar dari zona aman. Kalian mungkin akan berpikir bahwa aku tidak suka tantangan. Benar, seratus persen tepat. Aku mengakuinya.

Aku hanyalah seorang gadis yang punya prinsip sederhana. Menghindari masalah, dan berjalan melaluinya tanpa sedikit pun halangan, abai.

"Kim Sohyun, kau sudah lihat pengumuman?"

Yena tampak bersemangat menghampiriku. Digenggamnya tanganku dan aku diseret ke sebuah titik di mana para gadis mengerubung di sana. Aku mendengkus, tanpa kau seret-seret, aku sudah tau isi pengumuman itu, Yena.

"Kau di posisi pertama!"

Mereka memandangku sesaat setelah Yena berteriak. Tunggu, siapa pemenangnya di sini? Kenapa malah Yena yang paling bergairah memamerkan kemenanganku?

Setelah menjalani beberapa minggu kompetisi, akhirnya namaku, Kim Sohyun, keluar sebagai pemenang gadis tercantik di sepenjuru kampus.

Sebagai seorang wanita, aku merasa bangga tanpa perlu ditanya. Apalagi, aku berhasil memukul mundur salah seorang rival terberatku. Gadis yang dua tahun berturut-turut memenangkan kontes ini. Membayangkan hal itu, di otakku terlintas satu hal, sudah berapa ratus orang yang menjadi fans-nya?

Dan sekarang, aku lah idola baru mereka.

"Selamat Sohyun, kau sekarang jadi popular!"

Yena menjabat tanganku, disusul yang lainnya.

"Kulitmu seputih salju, rambutmu sehitam eboni, kau sangat cantik, Sohyun."

"Ya, dia memang wujud nyata dari Snow White."

Aku tergelitik mendengar pujian teman-temanku. Apakah aku secantik itu? Iya.

"Tidak-tidak," sela yang lain.

"Bagiku Sohyun adalah Cleopatra abad 21!"

Mereka semua mengangguk, mengiyakan satu lagi julukan baru untukku. Hm, kurasa aku lebih suka yang kedua.

"Apa kau berniat berkencan setelah ini?"

Sebuah pertanyaan pun menarik perhatianku, membuatku pucat dan membisu dalam satu waktu. Sulit sekali rasanya untuk menarik kedua sudut bibirku ke atas, menunjukkan bahwa aku baik-baik saja setelah mendengar kata 'kencan' itu. Seharusnya begitu ....

Ah ... aku mendesah dalam hati.

"Sohyun? Kau baik-baik saja? Kau pucat! Apa kau sakit?" tanya Yena mengkhawatirkan keadaanku.

"Tidak ... aku ... hanya sedikit pusing saja. Bisa antar aku ke UKS?"

"Baiklah."

***

"Sohyun-ah? Apa kau kambuh lagi?"

"Tidak, aku baik-baik saja."

"Jangan berbohong, Yena baru saja meneleponku. Pokoknya, nanti malam kita harus bicara empat mata, titik!"

"Hah ... terserah Mama saja."

Aku meletakkan ponselku di atas meja. Langit-langit UKS menatapku sedih. Kurasa selama aku bersekolah di sini, hanya mereka lah yang mengetahui dan ahli dalam membaca pikiranku.

Tempat ini sudah menjadi langganan merenungku. Aku adalah gadis dengan ribuan keberuntungan, tapi satu hal yang tidak pernah aku miliki. Keberanian.

Aku tidak tau apa yang terjadi padaku, rasanya sukar dijelaskan. Baiklah, di hadapan teman-temanku, aku adalah gadis dengan penuh kepercayaan diri. Namun, di luar area ini, aku adalah gadis pendiam, pemalu, dan penuh kewaspadaan.

Aku adalah mahasiswa tahun kedua. Aku sendiri yang memutuskan untuk bergabung dengan sekolah ini. Sekolah di mana kalian akan menemukan gadis penggosip di setiap sudut gedungnya, aktivitas-aktivitas ekstrakurikuler yang bergelut dengan kefeminiman. Kalian hanya akan menemukan para gadis dengan rok pendeknya, juga alat-alat make up di dalam tas mereka. Tidak ada permaian sepak bola, tidak ada basket, tidak ada celana panjang, tidak ada gaya rambut pendek dan rapi, tidak ada kumis tipis menawan, dan yang paling aku syukuri adalah tidak ada pacaran.

Bisa kalian tebak dengan mudah. Benar, aku berada di sekolah khusus perempuan, kampus lebih tepatnya.

Ada alasan mengapa aku lebih memilih sekolah ini, lebih membatasi diri dari kebercampuran antara laki-laki dan perempuan, dan lebih memilih kombinasi sempit yang lepas dari gender laki-laki.

Apa mungkin ini kelainan? Aku tak yakin.

***

"Pak? Kok telat, sih? Tumben."

"Maaf, Nona. Tadi nyonya minta diantar ke kantor agensi lebih dulu, jadi saya terlambat."

"Kan ada Pak Junyeong, sopir pribadi Mama."

"Pak Junyeong sedang sakit. Makanya saya yang menggantikannya hari ini."

"Oh ...."

Dengan sedikit marah, aku masuk ke dalam mobil. Dia adalah Pak Yoon, sopir pribadiku yang dipinjam Mama hari ini. Beliau pasti tahu. Jika aku sedang marah, maka tak bisa diganggu gugat.

Aku tidak bermaksud marah padanya, aku hanya kesal pada Mama. Kenapa tidak memakai kendaraannya sendiri saja? Atau cari cara lain selain menggunakan sopirku supaya aku tidak menunggu terlalu lama? Aku paling tidak suka menunggu. Terlalu banyak risiko yang bisa menghampiriku jika aku sendirian.

Tapi, baiklah. Aku memaklumi hal ini. Mama adalah wanita tersibuk yang perlu diutamakan.

***

"Hai Sweetie, bagaimana kuliah hari ini? Mama dengar kau menjadi juara pertama lomba kecantikan di kampus. Benarkah?"

Malam itu, Mama pulang dari kerjanya.

"Eoh ... Mama sudah tau jawabannya, jadi tak perlu aku jelaskan lagi," ujarku sambil menggigit roti selai yang baru saja aku siapkan di meja makan.

"Sweetie, kenapa murung begitu, sih? Kan Mama sudah pulang."

"Ma, aku bukan anak kecil lagi. Tolong perlakukan aku seperti seorang yang dewasa," gerutuku sebab Mama mengecup keningku tiba-tiba, memperlakukanku manja seperti seorang bayi.

Itulah dirinya. Dan aku tidak menolak, bodohnya di situ.

Bagaimanapun juga, dia orangtuaku kan? Tidak masalah dia mau berbuat apa padaku, asalkan orang lain tidak melihatnya sehingga mereka tidak akan mengejekku dengan sebutan 'anak mama'.

"Oh iya, Sohyun."

Mama duduk mengambil tempat di depanku. Raut wajahnya mulai serius, membuatku semakin penasaran.

"Apa kau berteman dekat dengan Yena?"

Oh, tentu saja Ma.

"Sedekat apa kalian?"

Dekat sekali.

"Apa Yena sudah punya pacar?"

Kurasa belum.

"Apa kau menyukainya?"

I–ya. Sebagai teman

Pertanyaan Mama berubah drastis, sempat membuatku terkejut.

"Sohyun? Kau sungguh tidak normal!"

Apa?!

"Tidak normal? Maksud Mama?"

"Kau menyukai sesama jenis, itu tidak normal Kim Sohyun!"

"Mama gila? Mana mungkin aku menyukai sesama jenis? Mama salah paham!"

"Lalu Yena? Mama memperhatikan kalian selama ini, jangan bohong!"

"Ma, kami hanya sahabatan. Sahabat. Apa yang aneh dengan itu?"

"Kalau begitu buktikan."

"Bagaimana? Apa perlu Mama menguntitku ke sekolah setiap hari?"

"Bukan itu maksud Mama."

"Lalu?"

"Mama akan memindahkan sekolahmu ke Perth Glory!"

"Perth Glory? Kedengarannya seperti nama klub sepak bola?"

"Itu sekolah, tempat kau bisa mendapatkan kekasih di sana."

"Hah?"

"Sekolah dua gender, laki-laki dan perempuan."

"Hah?"

"Satu lagi, disana lebih dominan murid laki-lakinya. Kau pasti akan suka!"

"HAH?!"

"Mama tau kan? Aku alergi sama laki-laki ...," ucapku lemas tak berdaya setelah mendengar penuturan Mama yang terkesan mutlak.

Sekolah di kampus yang didominasi oleh laki-laki?

Apa Mama mau membunuhku secara perlahan?

Benar, kekuranganku adalah, aku tidak punya keberanian untuk menghadapi laki-laki!

Aku takut pada mereka! Takut!




























Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro