Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Realize It

Tahun 2110, manusia saat ini dalam kejayaannya yang paling atas. Semua yang dikerjakan oleh manusia selama kurang lebih 100 tahun berbuah manis untuk membuat manusia tidak bersusah payah lagi dalam bekerja. Saat ini tidak ada lagi pekerjaan yang di lakukan oleh manusia itu sendiri semua instan mereka lakukan dengan menyuruh robot-robot buatan mereka.

Hingga akhirnya, kepintaran manusia terlampau melalui batas. Hingga terjadinya perpecahan antara manusia-manusia pintar lainnya untuk membuat benteng-benteng pertahanan di rumahnya sendiri.

Semua ini berawal dari dia, penguasa keji yang membabi buta membedakan si pintar dan si bodoh. Di jaman ini jika kau tidak pintar kau akan terbuang dan jika kau pintar kau akan memiliki tempat nyaman dan aman. Aku rasa standar dunia ini semakin membodohi jati diri manusia itu sendiri.

"Dion! Cepat sembunyi!" pekik Reika yang sudah menarikku menjauhi jalan kosong yang segera dilewati oleh robot pengawas.

Aku adalah salah satu manusia bodoh di era yang canggih ini. Dan aku sudah hidup selama 15 tahun mengendap-endap seperti pencuri semenjak aku di nyatakan gagal memiliki otak yang pintar.

"Dion! Kau ini sudah gila? Kenapa kau malah berdiri di tengah jalan seperti itu?" Reika memarahiku, nadanya penuh penekanan. Sesekali matanya liar mencari-cari darimana robot-robot pengaman itu lewat.

"Kau tidak usah khawatir, malam ini kita akan makan." ucapku pelan, aku tatap dalam mata reika yang lelah. Reika adalah istriku, dia tidaklah bodoh sepertiku tapi dia ingin terus mendampingiku dan hidup denganku seperti ini.

Padahal aku sudah menyuruhnya untuk pergi dan gunakan kepintarannya untuk hidup tenang dan nyaman tapi dia wanita yang sangat keras kepala dan ingin terus menemaniku.

"Mana bisa aku tidak khawatir, ini hari terakhir dari minggu ini untuk bisa mengambil makanan yang bisa kita ambil dari para penghuni surga itu." ucapnya sedikit mengomel, matanya menatapku galak. "Kali ini, aku akan mengambil buku di perpustakaan. Dan kau fokus ambil makanan, jangan lengah!"

Aku mengangguk cepat. Reika cekatan sudah menekan password pintu perpustakaan menggunakan handphonenya yang ia buat sendiri dan membuka pintu tersebut tanpa menimbulkan keributan.

Aku dan Reika masuk, kami mengambil arah jalan yang berlawanan. Karena kebetulan bagian makanan ada di sebelah kiri menuju brankas bawah tanah. Sedangkan Reika kearah sebaliknya untuk mengambil beberapa buku yang bisa ia bawa untuk membantu para manusia buangan seperti kami agar bisa mencuri.

hal seperti ini yang sebenarnya paling aku benci, aku seperti tidak berguna untuk Reika sebagai suaminya. tapi, aku juga sadar diri karena belum bisa mempelajari sesuatu untuk membantunya.

"Dion, jika kau sudah menemukan makanannya segera keluar. Karena aku tadi melihat beberapa robot penjaga akan mengecek ruangan itu." ucap Reika sangat pelan, aku dapat mendengar suara Reika melalui implan yang sudah terpasang di dalam tubuhku saat menjalani tes layak atau tidaknya aku hidup di era ini.

"Ya, aku akan segera keluar. Aku sudah mendapatkan makanan yang cukup untuk kita makan."

"Baguslah, aku akan segera menemuimu di jalan kecil tadi."

Suara terputus, aku bergegas meninggalkan ruangan yang penuh dengan makanan itu dan mengemas makanan yang aku dapat kedalam kantung kecil yang bisa menyimpan beribu-ribu makanan. Tanpa harus merasa susah membawa banyak makanan dengan keberatan lagi. Setiap kali kami beraksi, kami hanya akan mengambil 100 sampai 200 makanan kotak saja. Satu kotak makanan pun saat ini bisa membuat kami merasa kenyang selama 2 hari.

Sesuai permintaan Reika aku sudah menunggu di jalan kecil. Tidak lama dari aku menunggu, Reika datang dengan wajah yang sangat ceria. Baru kali ini aku melihat Reika sesenang ini.

"Apakah kau membawa banyak buku?" tanyaku.

Reika mengangguk "Ya, aku membawa buku yang sangat banyak saat ini. Sepertinya mereka sedang mengembangkan suatu project baru dan mereka menaruh tentang penelitian itu secara ceroboh."

"Benarkah? Bagus lah kalau begitu."

"Tunggu! aku mendengar suara langkah kaki." Reika menepi mengajak aku untuk bersembunyi di bagian dalam dan gelap celah jalan kecil itu.

Suara kaki melangkah semakin mendekat, beberapa robot penjaga besar membawa beberapa orang kami. Yang sangat menyedihkannya, orang kami sudah terlihat sangat babak belur. Reika menutup erat mulutnya, saat yang ia lihat orang yang tertangkap itu adik angkatnya.

"Dion, apakah itu adikku?"

Aku diam, aku tidak berani menjawab. Karena tanpa aku jawab pun Reika sudah tahu.

"Kita harus kembali, sepertinya ada yang tidak beres." ucapnya, aku melihat matanya berkaca-kaca.

"Reika, jangan memaksakan diri. Kau bukanlah pemimpin mereka, kau hanya orang baik yang ingin membantu kesejahteraan kami."

"Aku tidak bisa tinggal diam lagi." ucapnya penuh amarah, ia segera berlari dan memberanikan diri untuk menikam robot itu tepat dimana sumber energinya.

Reika berhasil merobohkan para robot itu, karena memang robot penjaga level 2 bukanlah hal yang sulit untuk Reika kalahkan. Reika segera menepuk pipi adiknya tapi tidak ada respon.

Hingga aku melihat implan yang terpasang di belakang telinga Reom sudah rusak. Aku segera menarik Reika menjauh dan berlari menjauhi tubuh Reom dan satu orang dari wilayah kami.

"Kenapa kau menarik aku, Dion?"

"Implannya rusak, adikmu sudah tidak bisa di selamatkan. Untuk saat ini kita harus kembali dan melihat keadaan sekitar."

"Tapi...."

"Tidak Reika, untuk kali ini dengarkan aku. Sepertinya ini ada sangkut pautnya dengan project yang kau temukan di dalam perpustakaan tadi."

Reika diam, aku tahu saat ini hatinya pasti sangat sakit. Karena baru saja dia mengangkat Reom sebagai adiknya. Aku mengutuk rasa kemanusiaan para petinggi sudah musnah, hanya karena kami mulai sedikit meresahkan mereka, mereka mulai memusnahkan kami satu persatu.

Desingan peluru terdengar, tidak jauh dari posisi kami. Reika segera membuka kotak kecil yang berisi robot lalat kesayangannya yang bisa melihat kejadiaan tanpa terdeteksi dan di ketahui oleh para robot. Ia mulai mengetik pada layar handphonenya, lalat itu terbang dan menampilkan hologram.

Desingan peluru saling berashutan terus menerus. Dan Reika tetap menatap holgram pada handphonenya. Aku tidak mengerti mimik wajah Reika sangat khawatir. Aku terlalu bodoh untuk mengerti apa yang di tampilkan oleh hologram yang timbul secara abstrak itu.

"Dion, sepertinya aku juga harus turun tangan. Pegang ini! Kau hanya perlu menembak para robot level 4 itu dengan pistol yang sudah ku modifikasi ini. Dan aku minta, jika ini adalah perjalanan terakhirku, aku ingin kau pelajari semua catatan yang sudah aku simpan di bawah kasur." ucap Reika, dia tersenyum sekilas dan memberikan pistol di tangannya kepadaku. "aku akan menembus jaringan untuk menonaktifkan implan kita yang tidak terdaftar, sehingga orang-orang kita tidak di lacak lagi oleh para petinggi kurang ajar itu lagi."

Belum sempat aku membalas ucapannya, Reika sudah mulai keluar dari persembunyian dan menembaki para robot yang sudah mencabut paksa implan orang-orang yang tertanam di bawah telinga. Aku dengan sigap melindungi Reika dengan tembakan yang tidak meleset sama sekali. Mungkin hanya ini keahlianku satu-satunya yang bisa aku banggakan.

"Kalian sangat menganggu, tidak henti-hentinya kalian menganggu kesejahteraan para petinggi dan penghuni masyrakat atas. Apa mau kalian?" ucap wanita di balik kegelapan memandangi kami yang sudah berhasil melumpuhkan semua robot penjaga.

"Ternyata benar, kau adalah subjek sempurna yang sangat menyebalkan Reika 001" ucap Reika dengan tenang. Ia mendekatiku dan menyuruhku untuk segera menyingkir.

"Jadi, kau..."

"Dion, tidak usah pikirkan itu. saat ini bagaimana caranya kau masuk dan memencet tombol warna merah yang berada di lantai atas gedung itu."

"Reika, jelaskan dulu padaku."

"Tidak ada waktu!"

"Baiklah."

Aku bergegas, aku tidak menurunkan kewaspadaanku sama sekali selama aku berlari. Desingan peluru yang terdengar membuatku ingin segera sampai dan memencet tombol merah itu secepat mungkin. Tapi kenyataannya, di dalam gedung sangat banyak sekali robot yang sudah siap menghalangiku.

"Demi Reika!" teriakku, suaraku memenuhi lorong. Dengan sigap aku merobohkan satu persatu robot yang berusaha medekatiku. Tapi karena mereka juga sangat banyak beberapa anggota tubuhku tergores cakar-cakar besi mereka.

Dengan susah payah, hingga akhirnya aku sampai. Aku memencet tombol merah itu. aku sudah sempat senang tapi kemudian rasanya bayang-bayang sekelilingku berputar dengan hebat hingga aku terjatuh. Tidak lama dari itu suara Reika terdengar.

"Maafkan aku, aku gagal. Dia sempat merubahnya. Maafkan aku." ucapnya lirih. Kemudian semua terasa gelap, petinggi itu menang dan berhasil melump

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro