Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Maherat Niskala

Dia menyesap secangkir kopi hambar yang rusak.

Benar, tidak ada yang salah di kalimat di atas. Wanita itu menyesap secangkir kopi yang rusak, airnya yang hangat tak bisa menyentuh lidahnya, dan garis-garis keabuan bergerak membuat secangkir kopi itu retak.

Aneh, ada yang aneh. Padahal, awalnya tidak seperti ini. Wanita itu masih ingat, bertahun-tahun ia telah tinggal di kota yang damai, dengan tetangga yang baik, kehidupannya bahagia. Namun, kilatan abu yang berisi titik-titik semut itu mulai mengganggunya.

Ia mulai menyalahkan pikirannya sendiri, mungkin ia gila. Tangannya melempar cangkir kopi dan tatakannya, membuat isinya yang berkilat keabuan itu terhambur ke udara.

Aneh, ada yang aneh. Ia berlari menuju rak makanan, menemukan suplemen makanannya juga berkilat abu. Beralih ke kantung beras, sama, roti pun berkilat abu, kucingnya retak dan berkilat abu, cericip burung virtual di pojok ruangannya bersuara parau dan berkilat abu. Ia angkat kakinya keluar dari apartemen, hanya untuk melihat langit biru cerah yang berkilat abu, bertemu dengan orang-orang berwajah bahagia yang berkilat abu.

Dunianya glitch, aneh, ia rasa ia mulai gila. Sebelum kakinya benar-benar menginjak Peristirahatan Mental terdekat, wanita berambut kucir kuda itu berhenti. Ada yang mengikutinya, berdengung di telinganya, lalat? Yang paling penting ... wanita itu berbalik, berhadapan dengan toko TV Hologram di pinggir jalan sedang memperlihatkan gambar seorang wanita porselen.

Sekali lihat, wanita itu tahu bahwa siapapun di hologram itu adalah android dengan kecerdasan buatan. Wajahnya yang mulus terbingkai pasmina panjang yang menutupi sebagian telinga dan leher. Kedua ujung kain itu salah satunya turun menutupi dada, salah satunya tersampir ke bahu dan jatuh di belakang.

"Kau akhirnya menyadariku?" Dengung di kepalanya tergantikan, wanita itu melirik serangga buatan yang melayang di salag satu telinga.

"Siapa kamu?" tanya wanita itu.

"Sophia-T057. Versi penyempurnaan dengan mimik yang lebih halus dari Sophia-Uncode." Android itu tersenyum sejenak lalu kembali ke wajah yang serius. "Tugasku di sini memblokir dan berusaha menyelamatkanmu. Aku berkomunikasi dengan chip yang dipasang pada otakmu, anggota Resistan."

Wanita itu mengernyit.

"Aku akan menjelaskan sambil jalan. Namun, kau harus segera keluar dari realitas maya ini, semua ini adalah tipuan."

"Kau bergurau? Siapa pemrogram—"

"Lihat sekelilingmu, visual mereka mulai rusak karena aku yang menahan laju aktivitas data yang dikirim ke otakmu. Kau akan dicuci otak oleh Kelompok Para Orang Tua."

Wanita itu melihat sekeliling. Menemukan dunia rusak di hadapannya, berkilat abu seperti televisi yang siarannya terganggu. Namun, apakah android itu dapat dipercaya?

"Kau harus memercayaiku. Dunia damai ini hanya realitas maya, dan dunia ini adalah dunia yang membahayakan. Dengar, posisimu sekarang berada di ruang laboratorium dengan pengamanan super, dan kau tertidur selama tiga hari."

"Bohong! Aku sudah tinggal di sini bertahun-tahun!" Wanita itu menyangkal. "Dunia ini damai! Jadi kembalikan saja, hentikan semua kilatan abu—"

"Maya, namamu Maya Oktaviani. Atas perintahmulah, dipasang chip pada seluruh anggota Resistan untuk menghalau gerakan Para Orang Tua. Kau, sekarang dipenjara, dan otakmu akan ditulis ulang. Bangunlah, ikut bersamaku."

Yang dipanggil Maya menggigit bibirnya. Ia mengedarkan pandangan hanya untuk memastikan bahwa kilatan abu "kesemutan" itu tetap di sana. Dunianya rusak, apa iya dia hanya hidup di realitas maya?

"Baik, tapi jika ini tipuan, aku tidak akan kalah dari android sepertimu!"

Sophia-T057 tersenyum.

"Aku akan memandumu, larilah ke barat. Waktu kita tidak banyak. Para Orang Tua pasti akan segera tahu bahwa aku menyusup melalui sistem pemrograman mereka." Maya berlari diikuti lalat di salah satu telinganya. "Firewall baru pasti akan segera dibuat, tugasku adalah segera membangunkanmu, kau adalah harapan Para Resistan."

Alis Maya berkedut. Resistan dan Para Orang Tua, dia pernah mendengarnya, tapi itu semua rasanya tidak pernah ada di dunia yang penuh damai ini. Di mana ia hidup dalam harmoni yang menjaga privasi dan tidak mempermasalahkan perbedaan.

Karena setiap manusia sama. Bukan, setiap manusia harus sama.

"Setiap manusia harus sama. Itu yang dikatakan Para Orang Tua." Maya jadi merasa takut karena android itu memikirkan hal yang sama.

"Hei, apa kau juga diprogram mendengarkan pikiranku?" tanya Maya.

"Tidak." Jawabnya, kaku. "Kau tidak menambahkan program itu, tapi sekarang aku menyusup ke dalam pikiranmu, aku dan kau berada dalam pikiranmu."

"Jelaskan!" perintah Maya sambil terus berlari lurus ke arah barat.

"Otakmu sekarang berada dalam gelombang theta karena pengaruh obat, sebenarnya, sebelum itu kau telah dimasukkan dalam gelombang delta, di mana kau tertidur dalam keadaan tanpa mimpi, belok kiri!" Maya segera berbelok menyusuri gedung-gedung meliuk yang melawan gravitasi.

Gedung-gedung itu berkilat abu, begitu juga jalan yang ia lalui, semuanya berkilat abu—rusak.

"Lalu kau diberikan sugesti," android itu melanjutkan, "sehingga kau berada dalam keadaan bermimpi. Semua ini adalah data sugesti yang dikirim ke alam bawah sadarmu. Lima ratus meter lagi, belok ke kiri."

Maya hanya merasa ini semua tidak mungkin terjadi. Mungkin benar ini adalah mimpi, dan saat ia bangun, ia akan berada dalam rumahnya. Di kota, di negara, dan di dunia bahwa semua manusia adalah sama ....

"Sepertinya mereka sudah menemukanku. Aku akan menambah kerusakan di dunia ini lewat virus, sementara itu—awas!" Maya melompat menghindari aspal yang naik ke atas.

Maya tersungkur, wanita itu melihat keadaan sekeliling yang masih berkilat abu, justru bertambah banyak, ditambah tulisan error dan berbagai macam kombinasi huruf dan angka. Dunianya rusak, siaran dunianya terganggu? Apa-apaan ini?

"Ayo lanjut berlari. Aku masih memasukkan virus untuk mengacaukan data dunia ini." Lalat di telinganya memerintah

Wanita itu kembali bangkit dan berlari, seratus meter di depannya, ia telah dihadang oleh sekumpulan humanoid bersenjata.

"Err ... Sophia—"

"Jangan khawatir."

Di sekeliling tubuh Maya muncul persegi panjang tipis transparan, ketika peluru-peluru laser mulai berdesing dari pistol para pasukan humanoid. Maya spontan menyilangkan tangannya, bagaimana pun juga, ini terlalu tiba-tiba dan terlalu aneh. Dunianya damai, mengapa tiba-tiba dunianya rusak seperti siaran di televisi? Android itu yang memandunya? Apa dia dimanfaatkan? Atau ... dia memang harus percaya?

"Belok kanan." Maya berbelok mengikuti perintah.

Wanita itu terus berlari di lorong panjang keabuan dan berhenti di depan pintu logam yang terlihat berat. Di sebelahnya terdapat mesin pengunci untuk memasukkan kata sandi.

"Risetmu mengatakan bahwa Para Orang Tua tidak memiliki kata sandinya—"

"Apa?" Maya merasa aneh gara-gara berteriak dengan lalat.

"Maaf, tapi itu yang ditulis olehmu. Alasannya karena Para Orang Tua tidak ingin misi mereka dibobol dari luar, apa yang menjadi kata sandi adalah apa yang kau ketahui sendiri. Misalnya di risetmu ini tertulis: kata sandi adalah kenanganmu sendiri. Mungkin, kenangan yang menurutmu paling menempel dan tak bisa dilupakan. Lalu, kau cukup memikirkannya saja, mesin itu akan segera merespons."

Maya mencoba memfokuskan pikirannya.

"Bagaimanapun juga, dunia ini hanya ada di dalam pikiranmu, jadi mencobalah," lanjut si android.

Mesin memverikasi, deru terdengar dan pintu mulai bergeser. Maya segera masuk diikuti oleh lalat yang senantiasa terbang rendah di salah satu telinganya.

"Apa ini?" tanya Maya setelah melihat gedung-gedung tinggi yang keadaannya berbalik 180 derajat dengan ruangan di sebelahnya.

Berbeda dengan dunianya yang rapi dan nyaman serta serba teratur, dunia ini bobrok, berkilat keabuan dan memunculkan tulisan error di mana-mana. Selain itu, kadang visi di penglihatannya berubah buram.

"Teruslah berlari, para humanoid itu akan segera menembaki kita lagi."

Maya berlari sambul bertanya. "Kalau ini hanya mimpi, bukankah ditembak bukan sesuatu yang masalah?" Entah kenapa Maya bisa mendengar android itu menggeleng.

"Masalahnya, kau dipakaikan baju dengan hipersensitivitas tinggi, peluru laser yang ditembak ke tubuhmu sama dengan disetrum listrik yang akan membuat tubuhmu kaku, atau mati, adalah variabel terburuk yang bisa dipikirkan mesin sepertiku. Belok ke kanan."

Kaki Maya menapaki jalanan aspal yang retak-retak, sesekali tersandung dan berusaha menjaga keseimbangan kakinya. Setiap lima menit sekali—jika hitungan Maya benar—dunia disekitarnya berubah buram.

"Omong-omong Para Orang Tua, itu siapa?" tanya Maya.

"Orang tua, sebagian dari mereka sudah beruban, sebagian besar. Menurut apa yang dikumpulkan Resistan, Para Orang Tua adalah golongan konservatif yang akan mengubah ideologi negara ini, menjadi sesuatu yang ... buruk."

"Lanjutkan," perintah Maya.

"Mereka akan membangun negara dengan satu agama yang dianut mereka, dengan dalih untuk mendapat berkat dariNya, tapi mereka akan melakukan segala cara untuk melakukan represi terhadap wartawan dan utamanya anak muda. Tidak ada kreativitas, tidak ada seni, tidak ada lagi pertanyaan kritis, semua harus hidup teratur dalam satu pemikiran mereka."

"Jadi, mereka menciptakan sistem ini untuk mencuci otak dan meyakinkan mereka? Bentuk Represi?"

"Ya. Belok ke kiri."

Wanita itu sebenarnya masih tidak percaya, jika ia menemukan siapa atau apa Sophia berkode yang tidak dapat ia hapal, ia bertekad akan membunuh manusia buatan itu. Android itu telah mengubah pagi damainya dengan kilatan keabuan dan tulisan error yang tidak wajar. Maya merasa, ia seharusnya tidak percaya, tetapi ia akan mengikuti permainannya.

"Kondisi tubuhmu ada dalam keadaan setengah sadar dan tidak. Itu menjelaskan mengapa kau melihat dunia di sekelilingmu buram—dan berita buruk, akan ada tembakan."

Persegi panjang biru transparan segera menyelubungi tubuh Maya 360 derajat. Detus peluru laser yang terpental membuat Maya berjengit, lalat—android—di telinganya masih menyuruhnya untuk berlari hingga ia sampai di sebuah monumen beton besar. Satu lagi mesin verifikasi.

"Mesin itu yang terakhir, setelah ini, kau akan sepenuhnya sadar, sementara itu," tiba-tiba di sekeliling Maya muncul android duplikat Sophia mengangkat senjata laras panjang, "aku yang akan mengurus manusia-manusia logam yang mengganggu."

Duplikat itu berlari, mendetuskan peluru laser, sementara Maya memejamkan matanya. Ia harus menggali memorinya sendiri, bagian tersulit karena rasanya dia masuk dalam jurang yang tak tentu arah percabangannya, ia menemukan satu kata dan mesin mulai memverikasi.

Tidak ada deru dari monumen beton itu, tapi dunia Maya terbalik, secara literal. Maya berputar, lalu segera kehilangan pijakan, ia jatuh ke langit mendung di bawahnya ....

Lalu dia tergeragap dan terengah-engah.

"Di mana?" tanyanya, tubuhnya tak dapat digerakkan karena terkunci di kasur tidur beku dengan berbagai alat menempel di tubuhnya.

"Operasi Maherat Niskala sukses, Maya." Seorang wanita berkerudung mendekat.

"Sophia?"

"Dengan kode."

"Maaf, aku tidak hapal." Maya terkekeh. "Tak salah merencanakan untuk menanam chip di kepalaku agar kau menyelamatkanku. Konfirmasi tahun."

"Tahun 2040, lima tahun sebelum Operasi Dunia Baru oleh Para Orang Tua dimulai," jawab Sophia dengan lancar.

"Bagus, sekarang ayo kita bergerak ke operasi selanjutnya, kita akan hajar Para Orang Tua itu sampai mampus." Maya menyeringai

Sophia tersenyum dengan baik dan halus, lalu meletakkan tangannya di sebelah alis.

"Operasi Maherat Sekala, dimulai."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro