Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

First Page

Namaku Simon, umurku 14 tahun lewat 3 bulan. Aku sudah lulus SMP dan tahun ini adalah tahun pertamaku di SMA. Setelah melewati 3 hari ospek, akhirnya aku resmi menjadi anggota masyarakat SMA Pelita, Jakarta Barat.

Hobiku menyanyi, tapi aku enggak ada rencana masuk paduan suara. Aku melihat ada tulisan ruang band saat melihat denah sekolah, berarti ada ekskulnya dong ya?

"Permisi." Aku mengetuk lalu membuka pintu kayu yang di depannya ada tulisan "R.Band" dan mendapati ruangan itu kosong. Kok enggak dikunci? Enggak takut peralatan bandnya dimalingin apa?

Karena aku baik, aku pun menunggu di dalam ruangan ini dengan niatan untuk mengamankan semua harta benda yang ada di dalamnya, siapa tahu anggotanya lagi kebelet pipis masal makanya ditinggalin begitu aja.

Tok Tok Tok! Seseorang mengetuk pintu, refleks saja aku menyahut dan menyuruhnya masuk.

"Hai, lu anggota band?" sapanya tanpa basa-basi, minimal nanya nama kek.

"Bukan, kamu pasti bukan anggota juga, ya?"

"Kok tahu?"

Soalnya, kamu telah jadi anggota di hatiku! Eh maaf, tiba-tiba jiwa gombalku keluar, padahal dia juga laki. Tidak, aku tidak boleh kepincut sama pesona cowok ganteng, di negara ini hal yang begituan masih tabu!

"Intuisi?" jawabku singkat.

"Main apa?" tanyanya lagi.

"Vokal. Coba kutebak, kamu pasti bukan drummer?"

Ia mengerutkan dahinya. "Kok tahu?"

Well, yakali aku enggak tahu, jelas-jelas di punggungnya ada tas yang berisikan istrumen, hanya saja aku enggak tahu isinya gitar atau bass, tapi yang pasti itu enggak mungkin drum!

"Kamu mau banget digombalin sama aku?" godaku.

"Hahaha... lu bisa aja! Becanda kok. iya gue bukan drummer, tapi gitaris." Ia menurunkan tas itu dari punggungnya dan mengeluarkan gitarnya.

"Vokalizing dulu yuk? Hitung-hitung pemanasan sambil nunggu yang lain," ajaknya.

Karena dia yang ngajak, sebagai orang yang budiman, aku pun menawarinya sebuah kemudahan, "Mau lagu apa?"

"Terserah, kan lu yang nyanyi."

Aku mengambil mic dan menekan switch pada speaker-nya.

"I met you in the dark," Aku menyanyi tanpa memberikan aba-aba, kalau dia emang jago, pasti langsung bisa ketemu chord-nya tanpa harus googling dulu, "You lit me up."

Wajahnya seperti sedang berkonsentrasi. "You made me feel as though," di bait kedua ini dia mulai memainkan petikannya, "I was enough."

Hebat! Dia menembak nadanya dengan tepat, padahal aku menyanyikan lagu itu dengan pitch yang lebih tinggi dari lagu aslinya. Setelah selesai menyanyikan lagu Say you wont let go-nya James Arthur, aku mendengar suara ketokan pintu lagi.

"Maaf, kak kalo mengganggu, boleh join?"

Kak? Ah, pasti kami dikira anggota ekskul band. Aku pun menunjukkan lambang "X" yang artinya 10 kalo di bahasa romawi, biar dia tahu kalo sebenarnya kami itu seangkatan.

"Eh? Katingnya mana? Kok cuman ada kalian berdua?"

Ini orang satu juga enggak punya tata kerama, nanya nama dulu kek!

"Udah, nunggu dulu aja di dalam. Btw namaku Simon, terus cowok jelek yang lagi duduk di atas ampli gitar itu emang enggak punya nama, jadi enggak usah ditanya." Aku menjabat tangan orang baru itu, berharap dia menunjukkan sedikit sopan-santun dan memberitahu namanya.

"Enak aja, gue enggak jelek! Gue punya nama kok!" protesnya sembari berdiri dan berjalan mendekat kemudian bersalaman dengan kami berdua. "Kenalin, nama gue Rian, pake i, bukan pake y. Dan seperti yang kamu ketahui, cowok menyebalkan yang ada di sampingku ini namanya Simon."

"Oh, ternyata punya nama toh? Kok tadi enggak bilang?" Aku menoleh ke arahnya.

"Soalnya lu enggak nanya!" balasnya, dengan nada yang cukup jutek. Kok kesel ya?

"Inisiatif dong!" singgungku.

"Sudah, sudah... jangan berantem, baru juga kenalan! Namaku James, dan tadi aku denger kalo kalian lagi nyanyiin laguku, apa kalian ngefans?"

"Oh, maaf ya pak, aku tidak tahu kalau itu lagu bapak. Btw nama lengkapnya bukan James Arthur kan?" tanyaku lagi, mencoba mengimbangi kegajeannya.

"Ngaco, ya enggak mungkin lah!"

"Kali aja kan kebetulan sama, mana kita tahu? Padahal nih, kalo namamu beneran ada Arthurnya bakal aku teraktir mie ayam."

"Wait!" potong Ryan, eh salah... Rian, "Nama Gue Rian Arthur! Berarti lu fix neraktir kita berdua!"

"Mana bisa begitu! Curang!" protesku.

"Yaudah yuk, kita ke kantin dulu!" ajak James sembari berjalan menuju pintu disusul oleh Rian.

"YES! Makan gratis!"

Aku mengekori mereka berdua dengan pasrah. Enggak apalah, anggap aja ini sebagai perayaan karena punya teman baru.

Sesaat setelah membuka pintu, kami bertiga terpaku tanpa bisa melangkah keluar, ini lantaran ada sesosok gemrot yang tengah berdiri tepat di depan pintu dan menghalangi jalan kami untuk keluar.

"Mau kemana?" tanya sosok itu.

"Mau ke kantin, soalnya dari tadi nungguin yang lain tapi enggak datang-datang," jawabku mewakili kami bertiga.

"Nanti aja jajannya, sekarang sudah saatnya latihan, ayo masuk lagi!" perintahnya, kami pun mengurungkan niat untuk keluar.

"Selamat datang di ekskul band. Saya pembina resmi yang ditunjuk oleh pihak sekolah, nama saya Purwanto. Cuman kalian bertiga nih yang daftar?"

"Iya nih Pak, btw katingnya ada berapa ya? Sepi nih," tanyaku penasaran.

"Enggak ada kating, kalian anggota pertama ekskul ini, soalnya ruangan ini baru dibikin tahun ini. Bertiga cukup kok, biar enggak kebanyakan yang diurus. Untuk sekarang target kita bikin band akustik dan jadi artis youtube, hasil monetize-nya bakal dibagi 4, bagian saya 50% selaku manager kalian."

Itulah awal mula terbentuknya Boys Avenue KW. Yup, nama channel youtube kami senora itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro