Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Calon Suami

Pagi hari, mamaku menyuruhku untuk pergi kebawah. Aku yang baru saja mandi pagi pun langsung bergegas pakai daster yang biasa dipakai dirumah.

Begitu dibawah, aku hanya bisa melongo begitu melihat tumpukan disamping mama yang ditaruh dimeja.

"Ma... Itu apa?" Aku pun bingung.

"Kamu ndak tau? Ini foto calon suami kamu." Jawab Mama.

"Again? Ma, Aku itu nggak bakal mau kalo menurutku kurang sreg." Kataku.

"Kamu itu kan udah tua, cepet-cepet lah nikah biar bisa punya cucu mama ini."

"Ma, Aku itu baru dua puluh satu tahun ma... baru juga selesai kuliah D3."

"Mama umur sembilan belas sudah nikah loh." Jawab Mama.

Ya ilah, nikah kok cepet-cepetan sih? Mentang-mentang dulu mama dilamar papa yang kaya pada masa mudanya sih. Tapi gak gini juga caranya ngajakin aku nikah muda, pikirku,

"Ya sudah, nanti aku lihat... tapi kalo ada foto si monyet itu diantara tumpukan, aku batalkan semuanya." Kataku.

Mama langsung merinding mendengarkan pernyataanku. Kalau aku duga dia beneran memasukan foto si monyet brengsek bermuka dua denial dan penyuka rebung itu... mungkin aku bakal mengancam kalau menjadi perawan tua sekalian.

Tapi sudahlah, aku pun mending ambil dan periksa semua dikamar... setidaknya sampai waktu makan siang tiba.

Begitu aku cek isinya... banyak calon-calon yang menurutku cocok... tapi itu semua sukses bikin galau milih yang mana... masa kudu temuin semua? Oh tunggu, kan ada akun sosmednya. Stalk aja deh.

Akhirnya aku pun ngestalk para calon yang menurutku cocok.... Ternyata semuanya gagal. Sedikit sekali yang bisa distalk tanpa harus diadd.

"Mama ada-ada saja sih nyuruh nikah cepet-cepet. Padahal DKI udah banyak banget manusianya. Efeknya... macet dan berdesak-desakan kalo naik umum. Lelah deh gue." Aku pun menghempaskan badan ke kasur.

Sudahlah mending temui dulu aja satu calon ini. Pak Ahmad Cahyadi. Ternyata atasanku yang satu ini masih jomblo toh walau umurnya... baru 25an.

Aku pun langsung WA pak Ahmad untuk ketemuan besok membahas pekerjaan... sekaligus untuk melamarnya kalo sempat.

Keesokan harinya, aku pun ngomong ke mama kalau mau ketemu ama atasan ngomongin pekerjaan walau hari ini emang hari minggu sih. Tapi aku nggak bilang kalau mau ketemu untuk urusan pacaran dulu. Ntar kejadian dengan mantan pun terjadi... dan itu memalukan.

Kami janjian di sebuah restoran di Senopati. Konsepnya yang nyaman dan terkesan santai pun membuatku rela berlama-lama untuk ngomongin pekerjaan sekaligus... percintaan.

Aku yang berpenampilan seperti Office lady dengan setelan berwarna hitam ini pun menunggu karena pak Ahmad baru saja berangkat. Dia bilang... lima menit sudah sampai di restoran.

Ternyata, memang tepat waktu dia datangnya. Begitu dia sudah memesan minuman, dia pun langsung menanyakan apa yang aku akan konsultasikan. Aku pun sigap menunjukkan rancangan proyek untuk perusahaan yang sudah diacc oleh pihak direksi. Walau sudah diacc pun aku merasa kalau masih ada kekurangan dalam rancangan.

Pak Ahmad memang hebat. Begitu dia membaca rancangan proyek itu, dia langsung sigap menunjukkan apa yang kurang dan bahkan rancanganku dicorat-coret untuk menunjukkan bagian apa saja yang perlu diperbaiki.

Selesai bimbingan, aku pun iseng melemparkan pertanyaan untuk Pak Ahmad.

"Pak, sudah punya pacar atau calon istri?" Tanyaku.

Dia pun membatu begitu mendengar pertanyaanku. Aku tak tahu kalo dia syok atau gimana. Ekspresinya sangat tegang begitu mendengar pertanyaan itu.

"Be... belum sih. Kenapa, Dea?" Tanyanya.

"Se... sebenarnya. A... aku ingin..." Aku pun ragu-ragu untuk mengatakannya.

"Ingin... jadi istriku?" Tanya Pak Ahmad seakan membaca kode yang mungkin absurd itu.

"EH?!" Aku pun kaget.

"Sebenarnya... ibuku juga memaksaku menikah... mungkin karena dia udah 50an makanya dia memaksaku menikah." Kata Pak Ahmad.

"Kok rasanya mirip ya... bedanya ibuku juga baru 42 tahun. Tapi... kalo soal jodoh tetap saja maksa." Jawabku.

"Tapi... sayang sekali." Kata Pak Ahmad.

"Kenapa...?" Tanyaku.

"Prinsipku... kalau belum 27 tahun aku belum bakal menikah." Jawab Pak Ahmad.

Aku pun merasa amsyong begitu mendengar prinsipnya Pak Ahmad. Tapi... dua tahun atau setahun lagi ya...

"Kalau misalnya kita temenan dulu gimana? Toh aku sebenarnya kepingin mengenalkanmu pada orang tua ku sejak kau pertama kali bekerja di divisiku." Kata Pak Ahmad.

Tunggu... temenan tapi... mau dikenalkan pada orang tuanya...??

"Pak Ahmad ini serius kan?" pikirku.

Aku pun langsung mengiyakan perkataan pak Ahmad untuk menjadi temannya dulu. Walau nanti dia akan bertemu dengan orang tuaku sambil mengenalkan orang tuanya nanti...

Ah, akhirnya gak pusing mikirin kalau mamaku akan meneror soal calon suami nanti.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro