Bagian Satu
Tian Guan Ci Fu [Heaven Official's Blessing] oleh Mo Xiang Tong Xiu
Genom mörkret oleh bellassson
Warnings: out of characters, Alternate Universe-modern setting, typos, fem!Ming Yi, a little bit angst with happy ending, etc.
Pair: He Xuan x Shi Qing Xuan (Beefleaf), slight Pei Ming x Shi Wudu, He Xuan x fem!Ming Yi.
Selamat membaca.
***
Mendung menghias langit. Kilat cahaya sesekali muncul disusul bunyi gemuruh. Menandakan hujan segera membasahi bumi.
Di atas atap sekolah, di bawah langit yang terbuka, dua orang tidak segera menyingkir untuk menghindari hujan yang bisa turun kapan saja.
"Kumohon Qing Xuan, beri aku kesempatan." He Xuan memegang kedua bahu pemuda di depannya. Shi Qing Xuan mencoba melepaskan cengkraman itu.
"Kesempatan apa? Kita sudah tidak bisa lagi seperti dulu, He Xuan. Kita sudah menjadi orang yang berbeda." Shi Qing Xuan berhasil menepis cengkraman He Xuan di bahunya. Ia mundur selangkah menghindari He Xuan. He Xuan ingin meraih Shi Qing Xuan, tetapi sadar ia tak ingin terlalu membuat pemuda lebih pendek di depannya ketakutan.
"Aku minta maaf atas perlakuanku padamu dulu."
"Aku bisa memaafkanmu, He Xuan..." Shi Qing Xuan memberi jeda, "tapi aku tak bisa melupakannya."
"Aku mencintaimu, Qing Xuan."
Shi Qing Xuan terperanjat dengan pernyataan cinta He Xuan yang tiba-tiba.
"Kau gila! Bagaimana dengan Ming Yi?"
"Aku sudah putus dengan Ming Yi. Aku selalu memikirkanmu, Qing Xuan."
Shi Qing Xuan menautkan alis, "Lalu untuk apa kau berpacaran dengan Ming Yi?"
He Xuan diam. Maniknya memandang arah lain. Tidak berani menatap manik Shi Qing Xuan. "Itu... waktu itu aku masih bingung dengan perasaanku..."
Shi Qing Xuan menggeleng, "Kau bukan bingung, He Xuan." He Xuan balik memandang mata Shi Qing Xuan yang memesona. "Kau hanya tidak mau disebut gay. Kau mengencani Ming Yi supaya kau yakin kalau kau bukan seorang gay, kan?"
"Qing Xuan..."
He Xuan ingin mengatakan sesuatu tetapi segera ditahan.
Dugaan Shi Qing Xuan mungkin benar.
Shi Qing Xuan menghela napas. "Maaf He Xuan. Kita sudah tidak bisa lagi seperti dulu..." Maniknya berkaca-kaca memandang He Xuan. Sebelum air mata itu jatuh dari sudut mata Qing Xuan, kakinya segera melangkah pergi. Menuju tempat di mana ia bisa menangis sepuasnya.
He Xuan, yang masih belum puas dengan jawaban Shi Qing Xuan segera menahan. Lengan Shi Qing Xuan dicengkram dengan erat. Tak ingin kehilangan Shi Qing Xuan sekali lagi.
Shi Qing Xuan menunduk kepala dalam-dalam. Untuk saat ini ia berharap hujan segera turun dengan deras. Supaya He Xuan tidak sadar dengan air matanya yang segera tumpah.
"Apa karena Pei Su?" tanya He Xuan.
Shi Qing Xuan mendelik. "Kenapa kau membawa Pei Su ke dalam masalah ini?"
He Xuan menghela napas panjang. 'Mungkin bukan itu.'
"Qing Xuan..." panggil He Xuan dengan bisikan paling lembut yang pernah dia dengar. Pertanyaan berikutnya membuat jantung Shi Qing Xuan seperti berhenti bekerja. "Apa kau masih mencintaku?"
Shi Qing Xuan membeku.
Apakah ia masih mencintai He Xuan?
Pertanyaan yang sudah dikubur dalam-dalam menyeruak ke permukaan.
Tanpa ada jawaban. He Xuan menganggap sinyal positif dari Shi Qing Xuan. "Aku tahu kau masih mencintaiku, Qing Xuan..."
Shi Qing Xuan tertawa getir, "Jangan bercanda, He Xuan. Kejadiannya sudah lama sekali dan waktu itu kita masih kecil. Bagaimana bisa aku..."
"Lalu kenapa kau menangis?"
"Eh?"
Gemuruh masih bersahutan di atas langit. Seolah saling melempar batu satu sama lain. Namun langit pada hari ini tidak berpihak kepada Qing Xuan untuk segera menurunkan air yang sudah tertampung penuh di awan gelap itu.
Air mata yang memenuhi indra penglihatannya, segera mengalir seperti sungai menurun dari sudut mata menuju dagu.
He Xuan menghapus air yang mengalir dari sudut mata indah Shi Qing Xuan.
"Tidak He Xuan, biarkan aku pergi!" Qing Xuan ingin segera pergi dari tempat itu.
Namun He Xuan sudah mencengkram bahunya lebih kuat. Shi Qing Xuan meringis. Seperti ada kuku yang menancap di kulitnya.
"Tidak, Qing Xuan sampai kau memberiku kesempatan sekali lagi."
"He Xuan... Lepaskan!" Shi Qing Xuan berontak ingin melepaskan diri.
"Aku mencintaimu, Qing Xuan!" Detik berikutnya He Xuan meletakkan bibirnya di bibir Shi Qing Xuan. Menciumnya dengan paksa.
Shi Qing Xuan terkejut. Seluruh tubuhnya menegang. Sebuah memori yang sudah terkubur cukup dalam tiba-tiba digali dengan cepat. Timbul di dalam ingatan seolah kejadian itu terulang kembali. Terasa sangat nyata.
Shi Qing Xuan segera mendorong tubuh He Xuan. Tubuhnya gemetar. Bukan, bukan karena angin yang tiba-tiba berhembus kencang. Wajahnya pucat dan rautnya terkejut seperti melihat malaikat kematian dengan sabit kematian siap menebas jiwanya. Napasnya tiba-tiba memburu dengan kencang. Seperti baru saja dikejar seekor cheetah. Perutnya bergejolak. Merasakan sesuatu hendak keluar dari organ pencernaan, namun tidak ada yang keluar.
Shi Qing Xuan berjongkok, menahan mual di perut. Napasnya semakin tidak karuan.
He Xuan yang menyadari keanehan Shi Qing Xuan menjadi khawatir.
"Qing Xuan, kau baik-baik saja? Maaf, maafkan aku. Aku tak bisa menahannya." He Xuan mendekat. Tangannya menjulur ingin menyentuh punggung Shi Qing Xuan yang masih bergetar. Namun melihat reaksi Shi Qing Xuan ia semakin takut untuk mendekat. Setelah apa yang dia perbuat.
Rintik hujan perlahan membasahi bumi, berangsur menjadi deras.
Saat itulah Shi Qing Xuan tidak bisa menahan sakit hingga terjatuh pingsan. He Xuan sigap membopong dan membawa tubuh Qing Xuan ke ruang kesehatan. Sebagian tubuhnya basah terkena air hujan. Namun tak peduli. Hal yang ada di pikirannya saat ini adalah Shi Qing Xuan.
***
Derap langkah kaki yang berjalan dengan cepat menggema di lorong sekolah yang sepi. Penghuni sekolah sedang menerima pelajaran di kelas masing-masing. Hujan yang turun dengan deras di luar sama mengaburkan bunyi sepatu basah yang beradu dengan lantai koridor. Meninggalkan jejak air di lantai.
"Wudu, sayang. Jangan cepat, cepat!"
Shi Wudu, seolah tuli, mengabaikan panggilan mengesalkan dari seseorang di belakangnya.
Kakinya hampir sampai di depan pintu dengan tulisan 'Ruang Kesehatan' di atasnya. Tanpa peduli sekitar, ia membuka pintu dengan keras, seperti ingin menggrebek pasangan mesum di dalamnya.
Tentu saja, penghuni di dalamnya terkejut dan melirik tajam pelaku yang tiba-tiba masuk.
"Di mana Shi Qing Xuan?" teriaknya.
"Maaf, Pak. Tolong tenang!" petugas kesehatan sedang mencatat tugas harian. Kesal dengan kedatangan bar-bar seseorang telah membuatnya terkejut sehingga tidak sengaja menyoret panjang tulisan estetiknya. "Shi Qing Xuan ada di sebelah sana." Ia menunjuk gorden tertutup di sudut ruangan dengan pulpen.
Petugas kesehatan, Xuan Ji, mendengus kesal karena harus mengulang kembali pekerjaannya.
"Qing Xuan!" Shi Wudu, kakak Shi Qing Xuan, membuka gorden. Melihat adik kesayangannya pulas di atas kasur.
Di pikirannya hanya ada Shi Qing Xuan, hingga tak sadar ada orang lain di sana.
"Wudu-Ge." sapa He Xuan. "Lama tak jumpa."
Shi Wudu menoleh mendengar namanya dipanggil. Kerut di dahinya menyatu. "Kau...?" mengamati pemuda seusia adiknya dengan seksama. Merasa tidak asing dengan wajahnya.
"Aku... He Xuan..." ujar He Xuan dengan lirih. Namun masih bisa ditangkap oleh Shi Wudu.
"HE XUAN?" teriak Shi Wudu. Tidak peduli Xuan Ji di meja hampir mematahkan pulpen.
He Xuan menciut. Ia tahu pernah melakukan kesalahan terhadap adiknya. Ia tahu Shi Wudu menyayangi adiknya lebih dari apapun di dunia ini.
Dihiasi ekspresi terkejut dan bingung di wajah Shi Wudu, ia berkata kepada He Xuan―dengan segala cara mencoba meredam amarah agar tidak diseret keluar oleh petugas kesehatan. "Aku tidak tahu masalah apa di antara kalian. Tapi yang aku tahu, kau pernah membuat adikku sedih. Aku tak mau tahu motifmu muncul di hadapannya kembali. Kalau kali ini adalah ulahmu, aku tidak akan memaafkanmu."
"Wudu-Ge, aku bisa jelaskan..."
"Aku tak ingin mendengar alasan apapun. Aku minta kau keluar!"
He Xuan tak bisa berkutik. Ia bukan siapa-siapa. Keluarga? Jelas bukan. Teman? Ia tak yakin Qing Xuan menganggapnya sebagai teman. Apalagi lebih dari itu.
Dengan hati kusut, He Xuan keluar dari ruang kesehatan. Diikuti pandangan heran dan kasian dari Xuan Ji yang sedang masih berkutat dengan pekerjaan.
"Lho, He Xuan?"
He Xuan menoleh mendengar seseorang memanggil namanya. Ia sedikit familiar dengan suara ini. Pikirannya sedang berkecamuk tak karuan hingga tak sadar seseorang berdiri di depan pintu ruang kesehatan.
"Kau...?"
***
Sepuluh menit berlalu setelah He Xuan meninggalkan ruang kesehatan. Kelopak mata Qing Xuan terbuka perlahan. Shi Wudu segera mendekat. Membombardir adiknya dengan berbagai pertanyaan.
"Kau baik-baik saja?"
"Mana yang sakit?"
"Apa yang terjadi?"
"Apa kambuh lagi?"
"Kau bawa obatnya?"
"Apa yang He Xuan lakukan di sini?"
"Apa yang dia lakukan padamu?"
Shi Qing Xuan sakit kepala. Baru saja bangun sudah diberi rentetan pertanyaan seperti wartawan mencari berita skandal menghebohkan.
"Ge, satu-satu... aku pusing." Shi Qing Xuan bangkit, meminta air minum. Shi Wudu memberikan air di meja nakas. Setelah Shi Qing Xuan tenang dan sadar sepenuhnya, barulah Shi Wudu kembali melontarkan pertanyaan satu per satu.
"Kau baik-baik saja?" tanya si kakak.
"Tidak apa-apa, Ge."
"Gege takut sekali waktu diberitahu kau tiba-tiba pingsan."
"Maaf." Shi Qing Xuan menunduk.
"Apa yang terjadi? Apa karena He Xuan?" tanya Shi Wudu. Qing Xuan memandang kakaknya.
"Gege sudah bertemu He Xuan?"
"Iya, dia menunggumu di sini tadi."
Shi Qing Xuan diam. Enggan berbicara.
"Gege tidak mau memaksamu bercerita kalau kau tidak mau."
Shi Qing Xuan sedikit melonggarkan rasa tegang. Belum siap menceritakan masalah yang terjadi. Bahkan masalah yang terjadi antara He Xuan dan Shi Qing Xuan dua tahun yang lalu.
"Ge, aku ingin pulang." ujar Shi Qing Xuan.
"Oke. Barang-barangnya?" tanya Shi Wudu.
"Masih di kelas."
"Mau gege ambilkan?"
"Tidak usah, ge. Biarkan saja."
Shi Wudu memapah adiknya turun dari tempat tidur. Sebelum meninggalkan ruangan Shi Wudu meminta maaf karena telah membuat keributan.
"Itu barang milikmu, kan?" Xuan Ji menunjuk tas dan jaket di atas kursi. Shi Qing Xuan mengangguk. Sebelum ia bertanya, Xuan Ji menjelaskan, "Pemuda yang membawamu ke sini tadi yang mengantar."
'He Xuan...' batin Shi Qing Xuan.
"Terima kasih." Shi Qing Xuan membungkuk dan membawa barangnya, meyusul Shi Wudu.
Di luar ruangan sudah disambut oleh Pei Ming, tunangan Shi Wudu.
"Ayo pulang." ajak Shi Wudu.
***
Satu hari berlalu tanpa kehadiran Shi Qing Xuan di kelas. Lusa, ia kembali dengan senyum cerah ceria menyapa kawan sebangkunya, Xie Lian.
"Qing Xuan, aku khawatir banget dua hari yang lalu katanya kamu pingsan, ya?"
"Ya, hanya kecapekan kok. Sekarang udah mendingan habis istirahat satu hari."
"Udah ngerjain PR? Kemarin Pak Junwu galak banget lho..." Xie Lian menceritakan hal yang terjadi selama Qing Xuan absen.
"He Xuan dicariin!" Feng Xin dari arah depan kelas berteriak menginterupsi seluruh kelas untuk menoleh ke arahnya, termasuk Qing Xuan dan Xie Lian yang asyik bercerita. Dari balik pintu kelas, kepala seorang gadis cantik muncul. Pandangannya menelusur ke seluruh kelas.
"Dicariin Ming Yi." tambah Feng Xin.
Shi Qing Xuan terdiam saat He Xuan melewati bangkunya. Ia menundukkan kepala tidak ingin memandang sosok He Xuan yang berjalan mendekati Ming Yi.
'Aku sudah putus dengan Ming Yi.' ucapan He Xuan terngiang di kepalanya. Hari ini He Xuan dan Ming Yi masih berhubungan satu sama lain. Shi Qing Xuan memperhatikan punggung He Xuan menghilang dari balik pintu. Tangan Ming Yi meraih lengan He Xuan, ada rasa sakit di hati Qing Xuan saat melihatnya.
"Qing Xuan? Kau baik-baik saja?" tanya Xie Lian membuyarkan lamunan Qing Xuan.
"Oh, aku baik-baik saja." jawab Qing Xuan.
Xie Lian menghela napas lega, "Syukurlah kukira kau masih sakit."
"Aku segar bugar kok! Lihat!" Shi Qing Xuan berpose layaknya binaragawan memamerkan ototnya.
"Hahaha, oh ya... sampai di mana kita tadi?" tanya Xie Lian melanjutkan topik.
Bel berdering nyaring di seluruh sekolah. Menandakan pelajaran pertama dimulai. Siswa-siswi berlarian menuju kelas masing-masing. Pintu kelas macet oleh anak-anak yang bergegas ingin masuk kelas sebelum guru datang.
Shi Qing Xuan memperhatikan pintu kelas. Satu per satu wajah teman-teman diperhatikan. Dengan gelisah menunggu seseorang. Guru pelajaran pertama sudah masuk. Qing Xuan semakin gelisah. Detik berikutnya He Xuan masuk kelas dengan setengah berlari. Sebelum disadari oleh guru atas keterlambatannya, He Xuan segera duduk di bangku, melewati Shi Qing Xuan yang diam-diam bernapas lega.
Shi Qing Xuan terdiam kemudian menutup wajahnya dengan buku.
'Aku kenapa sih? Kok jadi mengkhawatirkan dia!' runtuknya dalam hati.
Xie Lian mengerutkan dahi melihat kelakuan aneh teman sebangkunya, "Qing Xuan, kamu beneran gapapa kan?" bisiknya khawatir.
"Gapapa kok, Lian." jawab Qing Xuan juga sambil berbisik.
Pelajaran dimulai. Qing Xuan mencoba fokus memperhatikan guru menjelaskan di depan.
Tanpa disadari, seseorang terus memperhatikan Qing Xuan di belakangnya.
***
He Xuan sudah menunggu sepuluh menit dari waktu janjian di sebuah restoran Jepang. Seorang pelayan memberikan minuman dan cemilan dango sebagai pelayanan gratis.
"Terima kasih." ujarnya.
He Xuan membuka ponsel. Kembali mengecek pesan dari seseorang yang ia beri nama 'Pei Ming' untuk memastikan waktu dan tempat.
Pagi tadi, Pei Ming sudah mengatakan kalau ia akan sedikit terlambat dari waktu janjian.
Teringat kejadian seminggu yang lalu setelah Shi Qing Xuan tiba-tiba pingsan.
"Wudu-ge, aku bisa jelaskan..."
"Aku tak ingin mendengar alasan apapun. Aku minta kau keluar!"
He Xuan tak bisa berkutik. Ia bukan siapa-siapa. Keluarga? Jelas bukan. Teman? Ia tak yakin Qing Xuan menganggapnya sebagai teman. Apalagi lebih dari itu.
Dengan hati kusut, He Xuan keluar dari ruang kesehatan. Diikuti pandangan heran dan kasian dari Xuan Ji yang sedang memainkan ponsel di waktu kerja.
"Lho, He Xuan?"
He Xuan menoleh mendengar seseorang memanggil namanya. Ia sedikit familiar dengan suara ini. Pikirannya sedang berkecamuk tak karuan hingga tak sadar seseorang berdiri di depan pintu ruang kesehatan.
"Kau...?"
"Aku Pei Ming. Kau ingat? Libur musim panas dua tahun yang lalu? Dengan Qing Xuan."
He Xuan mencoba menggali memori dua tahun yang lalu saat musim panas. "Oh!"
Kepingan memori berhasil ditemukan.
"Bagaimana kau bisa mengingatku?"
"Ingatanku ini adalah kebanggaanku!" kata Pei Ming sambil membusungkan dada. "Meskipun dua tahun berlalu, kau tak banyak berubah, ya? Hanya sedikit lebih tinggi."
"Kau juga tak banyak berubah, masih seorang buaya."
"Eits! Jangan salah!" Pei Ming memamerkan cincin di jari manis. "Aku sudah tunangan dengan Shi Wudu."
He Xuan memandang tidak percaya. Sebelum He Xuan berkomentar, Pei Ming segera menyela.
"Hei, ayo tukeran nomer!" pinta Pei Ming.
"Untuk apa?"
"Supaya mudah menghubungimu. Siapa tahu kau mau temu kangen denganku." canda Pei Ming.
He Xuan diam memandang curiga ke arah Pei Ming.
"Hish, tenang aku bukan mau menggodamu. Cintaku sekarang hanya untuk Shi Wudu." ujarnya. He Xuan mau tak mau mengeluarkan ponselnya, begitu juga dengan Pei Ming.
"Oke, makasih."
"Aku ke kelas dulu, Ge. Mau ambil barang-barang Qing Xuan." He Xuan pamit segera menuju ke kelas yang tak jauh dari ruang kesehatan. Pei Ming masih di sana begitu He Xuan kembali. Mengetik sesuatu di dalam ponsel.
Akhirnya di sinilah He Xuan sekarang. Menunggu kedatangan Pei Ming.
Jam menunjukkan lebih dari lima menit dari waktu janjian ketika seseorang menyapa ke dalam ruang privat yang sudah dipesan.
"Halo, He Xuan. Maaf aku sedikit terlambat."
"Tidak apa-apa, Ge."
Pei Ming memanggil pelayan untuk memesan makanan. Menu disodorkan kepada Pei Ming. "Kau mau pesan apa?" tanya Pei Ming kepada He Xuan.
"Apapun yang kau pesan." jawab He Xuan sekenanya.
Pei Ming memandang heran ke arah He Xuan. "Kupikir kau masih suka banyak makan."
"Apa itu yang kauingat dariku?" tanya He Xuan. Pei Ming hanya tertawa sebagai jawaban.
Pei Ming menyerahkan menu kepada pelayan. Pelayan mengulang pesanan. Pei Ming mengkonfirmasi dengan tanda 'oke'.
"Jadi... bagaimana sekolahmu? Kau sekelas dengan Qing Xuan, kan?"
He Xuan menautkan alis. Memandang curiga. "Bagaimana kau bisa tahu?"
"Pei Su."
"Pei Su?"
"Ya. teman sekelasmu juga. Dia adikku."
He Xuan semakin dalam mengerutkan alis. 'Aku tidak percaya. Kalian terlihat sangat bertolak belakang.' Seketika teringat ia sering cemburu melihat Shi Qing Xuan sangat dekat dengan Pei Su ketika di kelas ataupun di luar kelas.
Sekarang terjawab sudah.
"Jangan menatapku seperti itu." Pei Ming menyesap minuman yang baru datang. "Kau mungkin tidak mengingatnya karena waktu itu dia sibuk dengan kegiatan sekolah. Walaupun kalian hanya beberapa kali bertemu, tapi dia langsung ingat begitu melihatmu."
'Memang sudah gennya kah?' batin He Xuan.
"Jadi, untuk apa kau memanggilku kemari?" tanya He Xuan langsung kepada intinya.
Pei Ming meletakkan cangkir di atas meja. Pandangannya menjadi serius menatap tajam ke arah He Xuan.
"Ada hal penting yang ingin kuceritakan kepadamu..."
He Xuan menegang. Belum pernah melihat Pei Ming dalam mode serius. Suasana menjadi tegang. Pelayan yang baru saja melatakkan pesanan ikut merasakan atmosfer ketegangan di antara keduanya. Jantung He Xuan berdegup kencang. Penasaran apa yang akan dikatakan oleh Pei Ming.
"...mengenai kakak beradik Shi, dan dosa yang pernah kulakukan bersama Shi Wudu."
***
Bersambung
***
Terima kasih sudah membaca.
Salam,
Bella.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro