Kenapa?
Sebuah Skyline berwarna hitam pun berasap, pengemudinya menangis meratapi nasib Skylinenya yang mengeluarkan asap dari kap mesinnya.
"KENAPA KAU MENCEGAHKU UNTUK MELOMPAT DI GUNUNG HARUNA!? KENAPA?"
Kita pindah ke beberapa jam sebelum kejadian. Kisah ini bermula dari pembicaraan di kantor... pengolahan bahan makanan.
"Oh iya, boss. Apakah pernah mengunjungi makam teman atau sodara sebelumnya?"
Perepuan yang dipanggil boss pun hanya bisa sweatdrop mendengar pertanyaan itu.
"Padahal panggil Haku juga ga apa-apa..."
"Tapi kan lagi di kantor..."
"Bener sih, hm, jujur. Aku belum pernah sih." Balas Haku.
"Padahal sekarang lagi musim Obon loh. Mungkin mereka bakal kembali loh rohnya. Mungkin dia pengen curhat apa gimana."
Haku pun menatap perempuan itu. Wajahnya mencerminkan kalau dia sebenarnya masih ragu untuk menemuinya sekali lagi. Wajahnya mencerminkan penyesalan yang sangat mendalam.
Tangannya pun merasakan sebuah genggaman. Kemudian perempuan yang menjadi lawan bicaranya pun mengatakan sesuatu.
"Walau bagimu ada penyesalan mendalam, mereka yang pergi hanya bisa melihatmu dari sisi yang berbeda darimu. Jadi, hadapilah, Haku-shacou."
"Tapi, aku takut menghadapinya, Matsuri. Sangat takut. Apakah kamu mau temani aku menghadapinya nanti malam?" tanya Haku kepada Matsuri yang menyarankan itu.
Matsuri pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Jawaban itu memang sudah Haku duga sebelumnya. Tetapi, Matsuri malah menambahkan jawaban setelahnya.
"Tetapi, kalau lusa aku bisa. Soalnya malam ini waktunya pengetesan."
"Haa, enaknya ya. Yang bisa kembali ngebut," Haku pun menarik nafasnya.
Matsuri pun tertawa kecil mendengarnya.
Malam pun telah tiba, sebuah Skyline berwarna hitam pun sedang berjalan melewati jalanan kota Saitama dan bergerak menuju Gunma. Suara radionya pun membuat dia teringat beberapa bulan yang lalu. Sebuah deklarasi yang dilakukan dengannya dengan temannya yang saat ini sudah tiada.
"Ayo kita bikin Roadster tercepat se-Kanto... tidak. Se-Dunia kalau perlu!"
Saat Skylinenya sudah melewati rute pegunungan Haruna, dia berjalan sedikit menuju jalan akses ke sebuah kuil. Sesosok cahaya berwarna putih pun memantulkan cahaya lampu Skylinenya. Tentu saja hal ini membuat dia menggelengkan kepalanya sesaat.
"Hah? A-a-apa itu?"
Haku pun berhentikan mobilnya sesaat kemudian. Sosok cahaya putih itu pun semakin terlihat jelas di matanya Haku. Sosok inilah yang membuat muka Haku langsung memucat.
"C-c-c..."
Sebelum dia menyebut sebuah nama, tangan kirinya pun langsung reflek memindahkan tuas giginya ke posisi mundur dan tangan kanannya pun langsung memutar setir untuk memutar balik.
Lalu, Skylinenya pun berlari kencang menuruni pegunungan Haruna malam itu.
"Makanya ga mungkin aku bisa menemuinya kalau ternyata bisa seseram ini!" Gumamnya.
Saat belokan didepan sudah terlihat. Sosok putih itu pun bertambah menjadi dua. Hal ini membuat Haku semakin takut dan Skylinenya semakin dipacu menuruni pegunungan Haruna.
Lalu, Haku pun memiliki sebuah rencana agar dia tidak melihat sosok putih itu lagi. Dia pun berencana terjun bersama mobilnya di Haruna malam ini. Dia pun sudah melepaskan sabuk pengamannya. Skylinenya sudah meraung kencang suara mesinnya.
"Selamat tinggal, semoga saja perusahaan baik-baik saja sepeninggalku nanti..."
Namun, suara hentakan keras terdengar dari mesin Skylinenya. Tepat menjelang tikungan dimana dia berencana untuk terjun dan akhirnya berhenti tepat dekat pembatas jalan yang memisahkan jalan dengan jurang didepannya.
Haku pun keluar dengan perasaan sangat kecewa. Rencananya pun gagal dieksekusi. Seakan-akan ada yang mencegahnya untuk terjun malam itu.
Keesokan harinya, dia membeli sebuah koran yang membuat ekspresinya kaget. Sebuah kecelakaan yang membuat Matsuri, rekan kerjanya yang berencana menemaninya lusa rupanya sudah pergi mendahuluinya. Penyebabnya, sebuah Celsior mengirimkan pengemudi Dyna menuju mobilnya Matsuri.
"Chisato, Carla... apa kalian sengaja mencegahku untuk mendengar kabar ini terlebih dahulu?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro