Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[] Twilight in The Nortem Forest

Twilight in The Nortem Forest
Oleh: dewi_savitri_san

[] Fantasi x Action []

•••


"Biarkan aku lawan cacing imut ini, manis!" ujar Chris pada Sarah. Lelaki itu memang sangat sombong. Padahal sekarang ia sedang kesusahan mengeluarkan pedang dari sarungnya.

"Cacing imut? Ini bukan cacing imut! INI MAKHLUK YANG SANGAT MERESAHKAN!" hardik Sarah memperingatkan.

Ular raksasa di depan mereka sudah siap membelit tubuh. Sekujur tubuh ular itu ditutupi sisik bercahaya hijau, matanya menyala bagai terbakar api, wajahnya ditumbuhi tanduk-tanduk tajam. Dan jangan lewatkan, kekuatan taring dengan bisa beracun yang menyembur lewat mulut ganasnya.

"Cih! Kamu merendahkan kekuatan pedang Aeternum ini ya?" ucapnya, pria itu mengayun-ayunkan pedangnya di depan wajah Sarah. Setelah hampir 10 menit bersusah payah, pedang sang legenda akhirnya berhasil memancarkan cahayanya. Namun tidak seterang buku di legenda.

Hal itu buat Sarah makin emosi. Ia terus mengingatkan Chris kalau pedang yang dibawanya bukanlah pedang biasa. Itu pedang legenda yang bisa memancing monster garang manapun untuk menyerang. Dan menurut kutukan yang diturunkan oleh Pendeta Agung Pertama Kerajaan Hazelwish, setelah memutuskan untuk menyerang, korban secara otomatis akan terluka oleh pedang keramat itu. Dengan racun kutukan kuat yang bersemayam dalam pedang, monster akan binasa tanpa bekas. Jiwanya akan dibebaskan dari rasa sakit yang ditimbulkan kejahatan dunia maya.

Tanpa disadari, sang ular mulai meliuk-liuk mencari gelombang yang dipancarkan Pedang Aertenum. Erangan kebenciannya membangunkan lamunan Sarah dan Chris.

"CHRIS! Ular itu mulai bereaksi!" beber Sarah kuat. Ia segera mengambil tempat aman di balik pohon pinus, tak lupa juga memperingatkan Chris. Dalam Hutan Gelap Nortem ini, tak ada keputusan yang lebih tepat selain mengamankan diri. Apalagi tanpa senjata.

Benar saja, saat pedang itu keluar dari sarungnya, ular raksasa mulai mencari Chris. Suara desis ular bak kidung kematian menyeruak ke seluruh penjuru Hutan Gelap Nortem. Dedaunan kering yang berbunyi setiap perut sang ular melintas di atas tanah, menambah kengerian di hutan sunyi tak berpenghuni. Sarah yang memiliki intuisi kuat, bisa merasakan hembusan nafas kebencian dari sang ular.

Karena tak ingin jadi makan malam sang ular, Chris menaiki dahan pohon Ek yang berada disampingnya. Ia bersembunyi di balik salah satu dahan lebar itu. Chris menguatkan seluruh otot dalam tubuhnya serta mengangkat pedang di atas kepalanya. Ia memilih untuk bertahan pada posisi itu, sampai sang ular muncul dari balik sisi pohon yang lain. Berharap agar sang ular bisa binasa dalam satu kali hunusan. Setidaknya, itulah yang dikatakan legenda.

Lagi-lagi Sarah tepuk jidat, tak seharusnya Chris melakukan hal itu. Usahanya bersembunyi sangatlah sia-sia. Dengan radarnya yang kuat, makhluk itu pasti akan menemukan keberadaan Chris yang kebetulan memegang Pedang Aertenum. Keadaan bisa berbahaya, apalagi Chris tak mau merencanakan strategi apapun dari tadi. Keinginannya untuk mengalahkan sang ular sendirian, masih kukuh.

"Chris! Chris! Apa yang kau lakukan!" panggil Sarah setengah berbisik, karena jarak antara dirinya dengan sang ular makin dekat.

"Menunggu bidadari bertaring itu datang!" lawak Chris, ia menunjukkan ekspresi mengejek pada Sarah. "Diamlah, atau dia akan tahu keberadaanmu!"

"Bukan itu masalahnya, Chris! Tapi-"

"Huiss! Diamlah! Aku sedang berkonsentrasi."

Jarak sang ular makin dekat, matanya yang bersinar menimbulkan cahaya samar yang disadari oleh Chris. Dengusan nafas panasnya juga dirasakan kulit kedua insan itu. Bulu kuduk mereka merinding, menghadapi monster ganas yang jarang bisa dikalahkan orang biasa. Setelah dirasa cukup dekat, Chris mulai mengangkat pedangnya, ia membalikkan diri dan menghujamkan pedang sakti itu ke wajah sang ular. Namun sayang.

SLASH!!!

Suara pedang yang menolak menyerang itu bergeming diantara teriakan sang ular yang makin marah.

"GRAAAAAAAAH!" jerit sang ular.

Ular raksasa itu mengibaskan ekornya ke arah Chris. Dan pedang itu sama sekali tak berfungsi, bahkan malah terpental bersama Chris ke dasar jurang karena serangan sang ular. Badan Chris terguling berkali-kali karena bidang miring yang sangat curam. Banyak tubuhnya lecet terkena semak-semak berduri. Darah anyir yang dikeluarkan tubuh Chris membuat sang ular makin gila.

Untuk menyelamatkan diri, dengan sekuat tenaga Chris merangkak menuju batu besar. Ia juga melumuri tubuhnya dengan daun mint yang kebetulan tumbuh liar di samping batu besar itu. Setidaknya, tanaman herbal tersebut bisa menutupi eksistensinya untuk sementara.

Berkali-kali Chris menyumpahi kebodohan dan kesombongannya. Pedang Aertenum itu tidak mungkin berhenti berfungsi. Pasti ada sesuatu yang dilupakannya.

Entah dari mana datangnya, Sarah muncul dari pohon yang terdapat di sebelah batu. Memang agak jauh, tapi Chris masih bisa mendengar suara Sarah.

"Chris! Chris, dengarkan aku!" panggil Sarah, ia melambai-lambaikan tangannya pada Chris.

"Kenapa pedang ini tak berfungsi?" tanya laki-laki itu sembari mengimbuhkan bahasa isyarat.

"Mantranya Chris! Kau lupa baca mantranya!"

Chris tersentak, ia baru ingat kalau ada beberapa persyaratan tertentu saat ingin menggunakan pedang ini. Salah satunya adalah membaca mantra yang tertulis di buku legenda. Chris berusaha mengingat mantra itu, ia yakin sempat membacanya kemarin. Namun, seberapa kuat pun ia mengingat, pikirannya tak bisa menemukan mantra itu.

"Aku lupa mantranya, Sarah. Hehehe." Jujur Chris sembari menyeringai.

"Sialan kau." umpat Sarah emosi, melemparkan biji ek pada Chris, dahinya jadi sasaran empuk Sarah.

Hal itu menimbulkan kata 'aww' yang tak bersuara. Chris makin melebarkan senyumannya, kini ia mengaku salah. Dirinya terlalu sombong dan gegabah hingga lupa kalau ada mantra khusus yang harus mereka ucapkan.

"Kalau bagitu, lempar pedangnya padaku, Chris!" pinta Sarah tiba-tiba, menjulurkan tangannya untuk siap-siap menangkap pedang. Chris menaikkan salah satu alisnya. Ia tak yakin kalau Sarah bisa memakai pedang keramat ini dengan baik.

"Kamu kan belum tahu cara memakai pedang!" tandasnya menyebalkan.

"Bodoh! Aku lulus akademi kerajaan tahun kemarin! Jangan bercanda, ularnya makin dekat! Kalau kamu memilih untuk jadi dessert beliau, silahkan saja! Mati sana!"

Chris meneguk ludahnya, ia baru sadar kalau jarak ular tersebut hanya tinggal 5 meter darinya. Segera, lelaki itu melemparkan pedangnya pada Sarah. Tidak sampai 5 detik, ular itu langsung berbalik dan mengejar Sarah.

"Sini kamu cacing gila!" tantang gadis itu penuh keberanian.

Terjadi ajang kejar-kejaran yang sangat seru antara ular dan Sarah. Kekuatan kaki dan kecepatan lari Sarah tidak boleh diremehkan. Ia adalah lulusan akademi kerajaan terbaik tahun lalu. Ia seharusnya sudah dinobatkan sebagai pemimpin pasukan putri, kalau saja serangan dari iblis Venomshade tidak terjadi. Serangan itu membuat lima monster ganas lepas dari kurungan, yang berabad-abad lalu dibuat oleh Pendeta Agung Pertama Kerajaan Hazelwish.

Ular ganas ini adalah salah satu monster yang menurut mereka paling mudah untuk ditaklukan. Mereka harus mengambil panah sakti yang terdapat di kerongkongan sang monster. Senjata itu akan digunakan untuk membunuh monster selanjutnya.

"CHRIS! BERHENTI REBAHAN! BANTU AKU MENGALIHKAN FOKUS SANG ULAR!" omel Sarah berapi-api, masih berlari-lari dengan sang ular.

"Iyaa, bawel! Aku masih merangkak dari jurang ini!" protes Chris, tangan dan kakinya berusaha mendaki jurang dengan sulur-sulur pohon.

"Cari dan tusuk ekornya! Kelemahan dia ada disana! Kita bawa tombak permata, gunakan itu. Aku lupa memberitahumu tadi!" beber Sarah. Untung saja ingatannya kuat. Namun, ia masih berusaha menghindari serangan sang ular. Taring tajam itu hampir saja mengenai kepala Sarah saat dirinya melompat dari satu pohon ke pohon yang lain.

Dari kejauhan, ia bisa melihat Chris berlari sambil membawa tombak permata. Tombak tertajam yang ada di Kerajaan Hazelwish. Karena memiliki kesempatan emas, Sarah mengikat tali tambang dipinggangnya. Ia kemudian mengikat ujung tali yang lain menggunakan batu yang cukup berat. Setelah dirasa kuat, ia melemparkan tali itu layaknya koboi dan mengaitkan ujungnya pada dahan pohon ek yang tinggi.

Chris hanya berjarak 5 meter dari ekor sang ular yang santai. Tanpa basa-basi, Chris mengangkat tombak permata itu tinggi-tinggi dan menghujamkannya dengan sekali tusukan pada ekor sang ular.

GRAAAAAAAH!

Sang ular berteriak kesakitan. Darah kental berwarna hijau dan berbau busuk keluar dari ekornya yang tertusuk tombak. Sang ular terlihat melemah, kepalanya mendongak menahan perih dan sinar matanya mulai meredup.

Tidak menunggu waktu lama lagi, Sarah mengayunkan dirinya dari pohon ek menuju sang ular. Satu tangan memegang tali tambang, dan satu lagi menggenggam pedang kuat-kuat. Tubuh Sarah makin mendekati sang ular. Dengan keteguhan hati yang mantap, Sarah membaca mantra itu dengan tulus.

"Luxiam Viribus Sanctus Quod!"

Bersama mantra yang diucapkan Sarah, pedang itu mengeluarkan cahaya menyilaukan. Dengan sekali hunusan, Sarah berhasil merobek kerongkongan sang ular. Sang ular tak melawan, dirinya bahkan merelakan diri untuk jatuh tersungkur ke tanah. Chris bersorak kegirangan. Gadis yang dicintainya itu berhasil menumpas satu monster ular. Tinggal empat monster lagi untuk menyelamatkan Kerajaan Hazelwish.

Di lain sisi, karena kehilangan keseimbangan, Sarah tak dapat menghentikan ayunannya. Ia terus berayun hingga menabrak pohon beberapa kali. Terpaksa, gadis itu memotong tali tunjangannya hingga harus terjatuh. "Chris! Tangkap aku!" pinta Sarah.

"Dengan senang hati, sayaang!"

BUG!!

Dengan sekali rangkulan, tubuh Sarah terdekap sempurna oleh Chris. Keduanya mendapatkan momen romantis yang sempurna, ketika kedua netra itu saling bertatapan.

Namun, hal itu langsung dibuyarkan oleh suara dengung halus dan cahaya biru lembut yang berasal dari tubuh sang ular. Chris dan Sarah seketika menoleh. Pemandangan tak terduga disaksikan mereka berdua.

Sang ular berubah menjadi laki-laki muda yang tampan. Rambutnya biru seperti laut. Bukan hanya rambutnya, tapi matanya yang teduh dengan bibir tersenyum itu juga berwarna biru. Kulitnya bercahaya dan harum semerbak menyeruak dari jubah terangnya. Namun ia tak memiliki kaki, badan ular masih menjadi bagian dari dirinya. Ia melihat kearah Sarah dan meliuk menghampiri gadis itu.

"Terima kasih Sarah." ucapnya lembut. "Karena kamu, aku bisa terbebas dari belenggu kejahatan. Sekarang aku bisa kembali ke duniaku. Dunia makhluk biru."

Sarah dan Chris ternganga tak percaya. Legenda itu ternyata benar adanya. Pedang Aertenum dapat membebaskan jiwa-jiwa yang terjebak dalam kejahatan, menjadi baik.

"Sebagai balas budi, aku akan memberikan panah pusaka milikku padamu, Sarah." ujar sang ular. Ia membuka jubahnya dan mengeluarkan sebuah panah artistik pada Sarah. Gadis itu menerimanya sambil tersenyum.

"Terima kasih-"

"Panggil aku Ozheyan."

"Terima kasih, Ozheyan!"

"Dengan senang hati, aku akan membantumu jika diperlukan. Tuangkan tiga tetes air laut timur Hazelwish, dan panggil namaku. Aku akan datang, Sarah."

Setelah memberi panah itu, Ozheyan menghilang dari pandangan Chris dan Sarah. Mereka senang bisa mendapatkan senjata pusaka yang lain. Petulangan menegangkan masih menunggu mereka berdua.

"Ozheyan tampan sekali ya." gumam Sarah tak sadar. Chris berdehem beberapa kali dan melirik Sarah kesal.

"Kenapa, Chris? Kamu cemburu?"

"Huh, mana mungkin! Aku cuma kesal kalau ada orang yang lebih tampan dariku." ujarnya penuh kebohongan. 

Tamat

[] Gempita Shastra []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro