[] A Million Envy • 2
A Million Envy
Oleh: chaoticimpulse
•
[] Fanfiction x Romance []
•••
26th NOVEMBER , 1982
Di waktu yang telah ditentukan, sang surya nampak telah menyinari Kota San Antonio. Sedikit demi sedikit, segelintir orang-orang dari kalangan manapun telah keluar dari kediamannya, termasuk Bonnie. Sekeranjang bunga mawar serta tulip telah terisi penuh di dalam keranjang anyaman bermaterial dasar rotan yang tengah ia genggam tersebut.
Tak seperti biasanya dengan membubuhkan senyuman di setiap paginya, pagi ini firasat Bonnie terasa tak tenang dan menentu dengan tak baik. Gadis itu masih khawatir pasal keadaan kedua orang yang ia temui sore kemarin, Sam dan Five, yang hampir berkelahi hanya karena dirinya.
"F-Five?!" Batin Bonnie membentak kala sepasang netranya menangkap seorang pemuda yang tengah tertidur pulas tepat di depan daun pintu toko bunga peninggalan mendiang neneknya.
"Five! Hey! Wake up!"
Beberapa kalimat yang memerintah diri Five agar dirinya bangun dari alam bawah sadarnya itu perlahan berhasil membuat Five menyadarkan dirinya. Ia membuka kedua kelopak matanya, dan mendapati sebuah pemandangan di mana Bonnie tengah memperhatikannya.
"Bunny, can i stay?" Sambar Five pelan dengan suara khas seseorang yang baru saja bangun dari tidurnya.
"Five, sebaiknya kau bangun dari sini dahulu."
Arah jarum jam semakin berputar, semakin bergerak, agar tujuannya tercapai, yaitu menuju ke angka jam berikutnya. Namun, Five dan Bonnie belum menyatakan topik pembicaraan apapun. Mereka hanya saling bertatap sembari menyesap minuman pagi mereka, Five menyesap kopi hitamnya, dan Bonnie menyesap teh bunga telang favoritnya.
"Five, bukankah hari ini kau pergi ke Dallas? Kau akan terlambat," celetuk Bonnie setelah meletakkan cangkirnya yang kini telah kosong di atas meja bundar berdiameter sedang.
"Answer me first, can i stay?"
Masih dengan pertanyaan yang sama, gadis itu memutar kedua netranya lelah yang diikuti dengan hembusan nafas pasrah setelahnya.
"Tidak Fi---"
"Jika tidak, maka aku akan membunuh diriku sendiri,"
Perkataan yang Five ucap barusan membuat sepasang netra Bonnie membulat sempurna, seiring dengan jemari Five yang meraih sebuah pisau pinset yang berada di saku celananya.
"FIVE NO! STOP! BERHENTI MELAKUKAN HAL BODOH!"
Bonnie memekik sembari menggenggam kuat pergelangan tangan kiri Five yang tengah membawa pisau pinset tersebut, pandangannya seketika menajam ke arah Five, gadis itu merasa bahwa Five semakin di luar kendali sejak perdebatan serta datangnya Sam di waktu yang tak tepat kemarin.
"Five, what's wrong with you? Aku sudah mengatakan hal ini berkali-kali, kau tak bisa bersama denganku selamanya setelah ini, Five,"
"BUT I NEED YOU!"
Sahutan lembut yang ditunjukkan oleh Bonnie dibalas dengan gertakan Five, terlihat jelas bagaimana pemuda itu sangat menginginkan Bonnie di sisinya. Nampak sepasang netra Five yang kini mengeluarkan semu merahnya, yang lambat laun terbentuk menjadi sebuah cairan bening kristal yang menetes membasahi pipi kanannya.
"Five! Tak seperti itu caranya!"
Perang dunia ketiga bagai akan dimulai setelah ini, di tengah kacaunya kedua insan tersebut, datanglah kembali Sam. Si pemuda yang juga mempunyai perasaan khusus terhadap Bonnie. Ia memberanikan diri dengan mendekat ke arah Five, dan membuat pemuda itu berdiri dengan bantuannya yang kurang sopan---dengan cara menarik kerah kemeja yang Five kenakan.
"Berhenti mengganggu Bonnie dengan sifat posesifmu!" Ancam Sam dengan nada penekanan di setiap katanya, membuat emosi Five semakin meluap-luap bak gunung berapi yang tengah erupsi.
Five bukanlah pemuda yang bisa diperbudak ataupun diperintah begitu saja, seringainya justru ia tampakkan sekilas dan segera menggunakan kekuatan teleportasinya. Oh ya, pemuda itu mencoba memberi pelajaran untuk Sam.
"God! Kalian jangan coba-coba melakukan perkelahian di dalam toko bungaku!" Bonnie ikut memekik ke arah dua pemuda tersebut. Sayangnya, ia terlambat. Gerakan gesit yang Five miliki tersebut membuat kedua jenjang kaki Sam terluka sebab tendangan Five barusan.
Five menarik kasar tubuh Sam dan mengajak pemuda itu ke tempat yang lebih luas dengan kekuatan teleportasinya. Lebih tepatnya, area belakang toko bunga milik Bonnie.
"Lawan aku, lemah!" Bentak Five setelah membanting tubuh Sam di atas aspal, pemuda yang tersungkur di atas permukaan kasar tersebut nampak sedikit melemah. Apalagi, jenjang kakinya yang semakin terasa nyeri.
Walau Sam tahu bahwa Five mempunyai kekuatan, tubuhnya tetap memaksa untuk melawan pemuda yang kini telah mengambil ancang-ancang untuk melakukan aksi teleportasinya lagi.
"PLEASE STOP! HENTIKAN SEMUA INI!"
Tak peduli dengan pekikkan yang Bonnie ucap, mereka justru saling maju untuk saling menyakiti, pisau yang terbuka tersebut mendominasi isi fikiran Bonnie bahwa akan ada pertumpahan darah setelah ini.
Sekali lagi, Bonnie Ringwald. Gadis itu, ternyata bukan gadis biasa. Ketika tangkapan netranya mendapati tubuh Five yang tengah melakukan portal, gadis itu juga mengikuti bagaimana kekuatan Five bekerja. Ya, Bonnie melakukan teleportasi, persis seperti yang dilakukan Five.
Sewaktu pisau pinset itu hampir menusuk ke bagian leher Sam, nyatanya, Bonnie mendaratkan tubuhnya tepat di depan tubuh Sam, ia membelakangi pemuda itu agar ia tak terluka sebab perlakuan Five. Kedua pemuda itu terkejut, jelas terkejut. Bagaimana Bonnie bisa melakukan hal yang sama dilakukan oleh Five?
"Aahkk!"
Bonnie terkesiap seiring dengan pisau yang telah menusuk di bagian leher kiri gadis itu, membuat tubuh Bonnie seketika ambruk di atas permukaan aspal yang panas dan kasar, nampak darah mulai meletup dari luka tusukan yang cukup dalam tersebut. Sedikit demi sedikit, darah segar juga mulai keluar dari mulut dan sudut bibir kirinya.
"W-why F-Five?"
"BONNIE?! N-NO!!"
***
15th FEBRUARY , 2002
"Selamat pagi, kembali lagi pada sebuah acara berita harian kami yaitu Capitol News,"
"Kami akan menyajikan banyak berita terkini. Salah satunya, hilangnya salah satu superhero cilik yang baru saja di ekspos lusa lalu oleh sang pendidik yang terkenal dengan kekayaannya, yaitu Sir Reginald Hargreeves,"
"Superhero tersebut diketahui dengan sebutan Number Eight. Number Eight menghilang tepat setelah melakukan aksi heroiknya bersama dengan keenam saudaranya di sebuah bank bernama Capital West Bank."
FLASHBACK OFF .
18th JANUARY , 2020
"I don't know, but. Have you guys remember about Bonnary?" Celetukan Allison membuat beberapa atensi Hargreeves bersaudara itu teralihkan.
"Bon, who?" Klaus menambahkan setelah meneguk habis segelas winenya
"Kau begitu saja melupakan saudarimu sendiri? She's Bonnary Hargreeves! The Doppelganger! " Ujaran Allison membuat saudara di sekitarnya seketika mengingat saudarinya yang entah kemana sekarang.
"Ah! Apakah ia yang menghilang sewaktu misi awal kita yang itu?" Diego menambahkan, dan wanita dengan surai hitam lurusnya itu mengangguk cepat, merasa bahwa ucapan Diego menunjukkan akurasinya yang tepat.
"Oh! Bonnary, aku baru ingat. Bukankah ia pernah dipisahkan oleh Father karena ia terlalu dekat dengan Five?"
Allison juga mengangguk kala mendengarkan respon terakhir dari Luther pasal Bonnary Hargreeves, percakapan yang tak begitu berat tersebut perlahan terhenti ketika derap langkah kaki semakin mendekat ke arah mereka.
"Hey Five, duduklah. Kami sedang membicarakan saudari kesayanganmu," kekeh Klaus pelan mencoba menghibur Five sembari menepuk-nepuk sofa di sebelah kirinya.
"Siapa?" Tanya Five dingin pada Klaus, pemuda itu akhirnya terpaksa bergabung dalam acara berbincang bersama dengan para saudaranya, setelah berjam-jam menumpahkan rasa bersalahnya pada Bonnie.
"Bonnary Hargreeves."
"I, I don't get it. Apakah kita pernah mempunyai saudari bernama Bonnary Hargreeves?" Five justru kembali bertanya kepada siapapun yang berada di sekitarnya.
***
Tamat
•
[] Gempita Shastra []
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro